Anda di halaman 1dari 14

HOSPICE

KELOMPOK 1
1. Emmy Putri Wahyuni 6. Sandra Ekha Diergantara
2. Putri Rahmah Jamal 7. Wawan Wijayanto
3. Prili Amalia Amanda
4. Ramsyah
5. Rivan Firdaus

DOSEN PEMBIMBING : Ismansyah, S. Kp., M. Kep.


•HOSPICE
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif,
Hospice/ Hospis diartikan sebagai tempat dimana pasien dengan penyakit stadium
terminal yang tidak dapat dirawat di rumah, namun tidak melakukan tindakan yang
harus dilakukan di Rumah Sakit.
Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari
pasien, dengan berlandaskan pada aspen bio-psiko-sosio-spiritual (Hospice
Home Care, 2011).
•MEKANISME KERJA HOSPICE
Bersama dengan klien dan anggota keluarga, anggota tim pelayanan kesehatan
interdisiplin dan kolaborasi menentukan tujuan perawatan dan memilih intervensi
yang sesuai. Perawatan hospice berfokus pada hal-hal berikut ini :
 Klien dan keluarga sebagai unit perawatan
 Perawatan rumah yang terkoordinasi dengan tetap tersedianya tempat tidur
Rumah sakit
 Mengontrol gejala (fisik, sosiologis, psikologis, dan spiritual)
 Pelayanan langsung oleh dokter
 Fasilitas medis dan keperawatan tersedia setiap saat
 Tindak lanjut proses kehilangan setelah kematian
•PERKEMBANGAN HOSPICE
Di Indonesia, perawatan di Hospis atau Hospice Care merupakan hal baru.
Falsafah Hospice Care adalah manusia yang menderita harus dibantu dan
diringankan penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan selama sakit
sampai ajal dan meninggal dengan khusnul Khotimah.
Tujuan Pelayanan Hospice Care, diantaranya:
 Meringankan pasien dari penderitaannya
 Memberikan dukungan moril, spiritual mupun pelatihan praktis dalam hal
perawatan pasien bagi keluarga pasien dan perilaku rawat
 Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita
•PERKEMBANGAN HOSPICE
Lembaga Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:
 Rawat Jalan
 Institusi
 Hospice Care
 Community Based Agency

Tim Pelaksana Hospice Care, diantaranya :


 Dokter
 Perawat
 Pekerja sosial
 Relawan
•PERKEMBANGAN HOSPICE
Ruang Lingkup :
 Pasien yang tinggal didaerah pedalaman-pedalaman
 Pasien dengan CA, Heart Disease, AIDS, Kidney and Lung Disease
 Pasien Nursing Home
 Pasien yang tinggal sendirian
•PERKEMBANGAN HOSPICE
 Beberapa rumah sakit yang sudah memberikan pelayanan perawatan paliatif,
yaitu hanya ada di 5 kota besar yaitu DKI Jakarta (RSCM dan RS Kanker
Dharmais), DIY (RS Dr. Sardjito), Surabaya (RSUD Dr. Soetomo), Denpasar
(RS Sanglah) dan Makassar (RS Wahidin Sudirohusodo). Pelaksanaan
perawatan paliatif di RS Dr. Soetomo sudah berjalan dengan baik. Bahkan pada
tanggal 15 Mei 2010 telah dideklarasikan secara resmi Surabaya sebagai
kota paliatif pertama di Indonesia. Perawatan paliatif yang diberikan berupa
perawatan paliatif rawat jalan (poliklinik), rawat inap, rawat rumah (home care),
day care, dan respite care. Tenaga kesehatan yang berperan juga telah
mendapat pelatihan mengenai perawatan paliatif.
•TEAMWORK/ TIM KERJA
 Teamwork atau yang disebut sebagai tim kerja adalah satu kumpulan anggota
yang tergabung menjadi satu untuk menjalankan tujuan yang sama. Dalam hal
ini teamwork adalah satu kumpilan ahli medis yang bekerja untuk mmberikan
perawatan paliatif pada klien yang membutuhkan.Tim paliatif terdiri atas tim
terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja
sosial medis, ahli gizi, rohaniawan dan relawan.
•TEAMWORK/ TIM KERJA
Tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang digariskan oleh WHO yaitu:
 Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
 Tidak mempercepat dan menunda kematian klien
 Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
 Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
 Berusaha agar klien yang sakit tetap sakit sampai akhir hayatnya.
 Berusaha mambantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien.
•KEKHUSUSAN TIM PALIATIF
 Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya.
 Para profesional ini bergabung dalam satu kelompok kerja.
 Secara bersama, mereka manyusun dan merancang tujuan akhir perawatan,
melakukan langkah tujuan pendek.
 Bila perlu, kepemimpinan dapat terbagi di antara anggota tim, bergantung pada
kondisi yang paling diperlukan oleh pasien lanjut tua.
 Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien.
 Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.
•KEKHUSUSAN TIM PALIATIF
Tim harus mampu mengupayakan dan menjamin agar pasien lanjut usia mendapat
pelayanan seutuhnya yang mencakup bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual.
Artinya, tidak ada anggota tim yang menjadi primadona.

Pemimpin tim dibantu anggotanya harus berusaha keras untuk mencapai tujuan
perawatan. Kerjasama yang erat antara anggota tim perawatan paliatif dengan
keluarga pasien dirasakan sebagai kebutuhan utama yang saling mendukung
kelancaran perawatan. Dukungan keluarga saat masa sulit sangat penting yaitu:
 Pada saat perawatan
 Pada saat mendekati kematian
 Pada saat kematian
 Pada saat masa duka
•KESULITAN DALAM HOSPICE
Tren dan isu kesulitan dalam Hospice Home Care menurut WHO, diantaranya :
 Pengembangan Kebijakan Nasional
Perawatan paliatif tidak diakui dalam banyak perencanaan pemerintah. Sebagai
contoh, Uganda adalah satu-satunya negara di sub-Sahara Afrika yang telah
mengadopsi langkah-langkah dasar WHO untuk mendirikan layanan perawatan
paliatif. Sementara segelintir negara lain di wilayah ini memiliki beberapa ketentuan
untuk perawatan paliatif, ini disediakan di luar layanan kesehatan pemerintah.
 Pelatihan untuk pekerja kesehatan dan pendidikan publik
Untuk HIV, pelatihan perlu dikaitkan dengan pelatihan pada area khusus untuk HIV
seperti transmisi dan pengendalian transmisi, masalah stigma dan diskriminasi, dan
penghormatan terhadap kerahasiaan.
•KESULITAN DALAM HOSPICE
 Kontrol Nyeri
Nyeri merupakan bagian penting dalam kasus HIV, sama seperti dengan kasus
kanker. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa rasa sakit dilaporkan sebagai
gejala utama oleh lebih banyak dari setengah orang dengan HIV. Di banyak negara,
ini membutuhkan pelatihan dan peningkatan kesadaran di kalangan profesional
kesehatan, dan advokasi untuk mengubah hukum untuk membuat pereda nyeri yang
efektif tersedia.
Thank you…

Anda mungkin juga menyukai