Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
PERHATIAN TERHADAP
TERORISME
Serangan terhadap Gedung World Trade
Center dan Pentagon, 11 September
2001, Persoalan terorisme merebak
menjadi isu utama INTERNASIONAL
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor
S/Res/1368 dan S/Res/1373, upaya
memerangi terorisme internasional perlu
melibatkan PBB
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
KONVENSI
INTERNASIONAL
Terdapat 13 Konvensi Internasional
tentang pencegahan dan penindakan
terhadap terorisme Internasional
Indonesia baru meratifikasi 3 Konvensi
berdasarkan UU No 2 Tahun 1976, dan
satu konvensi pada tahun 1999
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
13 Konvensi International
Convention on offences and Certain Other Acts Commited on
Board Aircraft
Convention for the suppression of Unlawful Zeizure of Aircraft
Convention for the Suppression of Unlawgul Acts Against the
Safety of Civil Aviation
Convention on the Prevention and Punishment of Crime Against
Internationally Protected Persons
Convention on the Physical of Nuclear Material
International Convention Against the taking of Hostages
Protocol for the Suppression of Unlawful acts of violence at
Airport Serving International Civil Aviation
Convention for the suppression of Unlawful Acts the safety of
Maritime Navigation
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Latar Belakang Aksi Terorisme
Nasionalisme yang berlebihan
Fanatisme fundamentalisme Agama
Spartisme
Aksi Kelomok teroris profesional
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Sifat TERORISME
Amorf (tidak berbentuk)
Tidak mengakui batas-batas negara dan
kedaulatan
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Human security
Keamanan manusia menetapkan
perorangan dan masyarakat sebagai
ukuran keamanan, bukan negara.
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
FILOSOFI PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA TERORISME
Terorisme merupakan musuh umat manusia
Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan
Terorisme merupakan kejahatan terhadap peradaban
umat manusia
Terorisme merupakan Internasional dan Transnasional
Organized Crime
Perlindungan masyarakat, bangsa dan Negara
Pembatasan HAM tersanka/terdakwa merupakan
pengecualian
Preemtif dan preventif lebih diutamakan dari represif
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
PerUUan Pemberantasan
TERORISME
Perpu No 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
(UU No 15 Tahun 2003)
Perpu No 2 Tahun 2002 tentang
Pemberlakuan Perpu No 1 Tahun 2002
pada persitiwa peledakan bom Bali (UU
No 16 Tahun 2003)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Kebijakan Perpu Terorisme
Pemberantasan tindak pidana Terorisme
merupakan kebijakan dan langkah-
langkah strategis untuk memperkuat
ketertiban masyarakat, dan keselamatan
masyarakat dengan tetap menjunjung
tinggi hukum dan hak asasi masyarakat,
tidak bersifat diskriminatif, baik
berdasarkan suku, agama, ras, maupun
antar golongan.
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Lingkup Berlakunya
UU Terorisme
Asas Teritorial
Pengakuan yuridiksi negara lain
Asas Resiprositas (pilihan)
PASAL 3 UU No 15 Tahun 2003
Asas Personal
Ancaman terhadap Organisasi Internasional
Tidak memiliki WN tetapi bertempat tinggal di
Indonesia.
PASAL 4 UU No 15 Tahun 2003
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Syarat Yuridiksi Negara Lain
Pelaku Kejahatan WN Negara tsb.
Kejahatan terhadap WN Negara tsb.
Kejahatan juga dilakukan oleh pelaku di Negara tsb.
Kejahatan dilakukan/juga dilakukan terhadap
kepentingan/fasilitas Negara tsb.
Kejahatan dengan kekerasan/ancaman kekerasan yg
memaksa Negara tsb melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
Kejahatan terhadap pesawat yg dioperasionalkan
negara tsb.
Kejahatan terhadap pesawat yg terdaftar/ kapal
berbedera Negara tsb.
PASAL 3 ayat (2) UU 15 Tahun 2003
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Pasal Karet UU Terorisme
Pasal 6 dan Pasal 7 UUPTPT merupakan pasal
karet (all embracing act)
Pasal 6:
Menggunakan kekerasan/ancaman kekerasan
Menimbulkan suasana teror/rasa takut
Terhadap orang secara meluas atau Menimbulkan
korban secara massal
CARA:
Merampas kemerdekaan/ hilangnya nyawa/ dan harta benda
kehancuran terhadap objek vital (strategis) atau lingkungan
hidup atau fasilitas umum atau fasiltas internasional
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Pasal Karet UU Terorisme (2)
Pasal 7:
Menggunakan kekerasan/ancaman kekerasan
BERMAKSUD untuk:
Menimbulkan suasana teror/rasa takut
Terhadap orang secara meluas atau Menimbulkan korban
yang bersifat massal
Cara:
Merampas Kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta
benda orang lain atau
Menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek
vital (strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas umum
atau fasilitas internasional
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
TINDAK PIDANA
TERORISME (1)
Pasal 6 dan 7
Pasal 8
Kejahatan Penerbangan dan Fasilitas pendukungnya.
Pasal 9
Senjata api, amunisi atau suatu bahan peledak
Pasal 10
Menggunakan bahan kimia, senjata biologis, radiologi,
mikroorganisme, radioaktif atau komponennya.
Pasal 11
Penyediaan Dana bagi pelaksanaan aksi terorisme pada
Pasal 6-10.
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
TINDAK PIDANA
TERORISME (2)
Pasal 12
Menyediakan dana, mengumpulkan harta kekayaan
untuk:
Menerima, memiliki, menggunakan, menyerahkan,
mengubah, membuang bahan nuklir, kimia, senjata
biologis dan sejeninya.
Mencuri dan merampas bahan berbahaya sebagai
dimaksud Pasal 11.
Menggelapkan bahan berbahaya (Pasal 11)
Meminta bahan berbahaya (Pasal 11) secara paksa atau
ancaman kekerasan.
Mengancam menggunakan bahan berbahaya (Pasal 11),
mencoba melakukan, serta turut serta.tindkan tersebut
diatas.
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
TINDAK PIDANA TERORISME (3)
Pasal 13
Memberikan bantuan dan kemudahan terhadap pelaku tindak
pidana terorisme (memberikan uang, menyembunyikan terorisme,
menyembunyikan informasi terrorisme)
Pasal 14
Merencanakan dan atau menggerakkan orang lain melakukan
tindak pidana terorisme (P 6-12)
Pasal 15
Melakukan permufakatan jahat, percobaan atau pembantuan
(P 6-12) dipidana sama sebagai pelaku
Pasal 16
Orang diluar Indonesia memberikan bantuan, kemudahan,
sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana
terorisme dipidana sama sebagai pelaku (P 6-12)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
PARADIGMA
PEMBERANTASAN TPT
Perlindungan kedaulatan NKRI
Perlindungan HAM Korban dan saksi
Perlindungan HAM Tersangka/terdakwa
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
FUNGSI PEMBERANTASAN
Tindak Pidana Terorisme
Fungsi Preemptif (26,28)
Fungsi Preventif (2-23)
Fungsi Represif (25-27,29,32)
Fungsi Rehabilitatif (36,42)
Fungsi Integratif (4,43)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
PRINSIP PEMBERANTASAN
TERORISME
National Security
Balance of Justice
Safeguarding rules
Safe-harbor rules
Sunshine principle
Sunset principle
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
TINDAK PIDANA
TERORISME
Pasal 1 angka 1 Terorisme adalah segala
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pengganti Undang-
undang ini.
Unsur-unsur TP diatur dalam Pasal 6-18
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Tindak Pidana Terorisme
Delik Materiel (6,8-12)
Delik Formil (7)
Delik Percobaan (15)
Delik Pembantuan dan
Delik Penyertaan (13,15)
Delik Perencanaan (14)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
TINDAK PIDANA TERKAIT
TERORISME
Ancaman kekerasan/kekerasan/intimidasi
kepada aparatur penegak hukum
Kesaksian/alat bukti
Mempengaruhi/menyerang saksi
Memberikan identitas pelapor
Mencegah/merintangi/menggagalkan
langsung/tidak langsung penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan
PASAL 20-23 UU 15 Tahun 2003
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Subjek TPT
Setiap Orang
Perseorangan, kelompok orang sipil-militer,
militer, polisi, bertanggung jawab secara
individual atau korporasi
Korporasi
Kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi/ Badan Hukum dan Bukan
badan Hukum
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Terorisme oleh Korporasi
Korporasi melakukan terorisme, bila dilakukan orang
dalam hubungan kerja maupun hubungan lain,
bertindak dalam lingkungan korporasi baik sendiri
maupun bersama-sama
Pertanggungjawaban pidana dilakukan terhadap:
Korporasi;
Pengurusnya;
korporasi dan pengurusnya
Korporasi yang dituntut diwakili oleh pengurus
Tuntutan terhadap korporasi, panggilan dilakukan
kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di
tempat pengurus berkantor
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Pemidanaan Korporasi
Pidana Pokok HANYA denda paling
banyak satu triliun rupiah.
Korporasi terlibat tindak pidana
terorisme dapat:
Dibekukan, atau
Dicabut izinnya
DAN
Dinyatakan sebagai korporasi terlarang
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Sistem Perumusan Sanksi
Minimal dan maksimum khusus
Rumusan Tunggal Penjara
Korporasi rumusan TUNGGAL denda
Percobaan tindak pidana terorisme
dipidana sama sebagai pelaku tindak
pidana
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Jenis-jenis PIDANA
Pidana Pokok
Mati
Penjara
Denda
Pidana Tambahan
Pencabutan hak-hak tertentu
Perampasan barang-barang tertentu
Pengumuman putusan hakim
Pembekuan korporasi
Pencabutan izin korporasi
Pelarangan korporasi
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Pengaturan & Lamanya Pidana
Mati
Pasal 6, 8, 9, 10, 14, 15 dan 16 (sama dgn pasal yang
dilanggar 6-12)
Penjara
Seumur Hidup (Pasal 6, 8, 9, 10, 14 {15 - 16})
4 Tahun – 20 Tahun (Pasal 6, 8, 10 {15 - 16})
3 Tahun – 20 Tahun (Pasal 9 {15 - 16})
3 Tahun – 15 Tahun (Pasal 11, 12, 13 {15 - 16})
15 Tahun (Pasal 7 {15 - 16})
Denda
Khusus KORPORASI
Ketentuan minimum khusus (6,8,9,10,11,12,13,15,16)
pidana mati, SH (14) tidak berlaku bagi teroris yang
berusia di bawah 18 Tahun)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
HUKUM ACARA
Ketentuan Umum KUHAP
Ketentuan Khusus (Lex specialis derogat lex generali)
Penangkapan 7 hari (28)
Penahanan maksimum 6 bulan (25 (2))
Laporan Intelijen (26)
Ketua/Wkl Ketua PN verifikasi data intel (26 (2,3,4))
Bukti Elektronik atau alat optik, sandi (27)
Penerobosan rahasia bank (30)
Membuka kiriman Pos/jasa pengiriman, dan melakukan
penyadapan utk waktu 60 hari (31)
In absentia (35)
Perlindungan Saksi, Pol, JPU, Hakim dan keluarganya (33)
Kompensasn, Restitusi dan Rehabilitasi ( 36-42)
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007
Peradilan In Absentia
Terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut
tidak hadir di pengadilan tanpa alasan yang
sah.
Kehadiran terdakwa pada sidang berikutnya
maka pemeriksaan secara inabsentia dianggap
diucapkan dalam sidang.
Putusan inabsentia diumumkan: papan
pengumuman pengadilan, kantor pemerintah
daerah atau diberikan pada kuasanya
Upaya hukum putusan Inabsentia KASASI
Terdakwa meninggal dapat dirampas harta
kekayaan yang telah disita
Fahmi,SH.,MH/FHUnilak/2007