Anda di halaman 1dari 14

Oleh:

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2018
 Tanah lempung lunak (soft clay) didefinisikan sebagai tanah lempung yang memiliki
kuat geser undrained, Cu < 0.25 kg/cm2 , atau
perkiraan nilai SPT, N < 5 blows/ft, atau
nilai perlawanan konus qc < 15 kg/cm2

 Problem utama pembangunan infrastruktur transportasi pada tanah lempung lunak (soft clay) yakni:
• Daya dukung tanah dasarnya yang relative rendah dan
• Pemampatan tanah dasarnya yang relatif besar serta berlangsung relatif lama

 Apabila tanpa dilakukan perbaikan pada atanah dasarnya terlebih dahulu maka infrastruktur
transportasi yang dibangun berpotensi akan mengalami kerusakan sebelum mencapai umur yang
direncanakan. Untuk menanggulangi problema tersebut maka ada beberapa alternatif yang bisa
dilakukan adalah melakukan perbaikan tanah dasar (subgrade).
Metode Perbaikan 1
Jurnal : Investigation of Stability Batu Pahat Soft Soil Pertaining on its CBR and
Permeability Properties for Road Construction (M M Mohd Idrus, J S M Singh , A L A
Musbah, D C Wijeyesekera);( Soft Soil Engineering International Conference 2015
(SEIC2015)
Penelitian ini membahas tentang menciptakan Nano-clay dengan menggunakan Batu Pahat Soft Clay (BPSC)
yakni memberikan hasil bahwasanya:

 Meningkatnya Bentonit dan Nano clay menurunkan kekosongan di BPSC. Ketika kekosongan di BPSC
menurun, laju air yang mengalir melalui tanah juga menurun sehingga memperbaiki tanah dan cocok
untuk subgrade jalan.
 Nilai CBR untuk BPSC meningkat ketika persentase Bentonit dan Nano clay meningkat sehingga
meningkatkan kekuatan BPSC. Nilai CBR yang tinggi menunjukkan bahwa kekuatan tanah adalah baik.
 Campuran yang digunakan yaitu Bentonit dan tanah liat Nano adalah aditif yang cocok untuk penguatan
tanah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas subgrade jalan yang lunak.
Metode Perbaikan 1
A. Kadar Optimum Penggunaan Batu Pahat Soft Clay (BPSC) adalah 16% dan kepadatan kering (density dry) maksimum adalah
1,774 Mg / m3. Kurva pemadatan ditampilkan dalam grafik menyediakan hubungan antara density dry dan kadar air (water
content) untuk lempung lunak Batu Pahat.
B. Koefisien permeabilitas, k atau laju rembesan melalui BPSC dengan persentase campuran yang berbeda. Angka tersebut
menunjukkan bahwa koefisien permeabilitas, k menurun dari 0% dari campuran sampai 15% dari campuran. Ini menunjukkan
bahwa dengan peningkatan persentase pencampuran dalam BPSC laju rembesan air melalui sampel tanah menurun hampir
secara linier.

A. B.
Metode Perbaikan 1
Metode Perbaikan 2

Jurnal : Perbaikan Tanah Lempung Lunak Metoda Preloading Pada Pembangunan


Infrastruktur Transportasi Di Pulau Kalimantan (Wahyu P. Kuswanda); (Prosiding
Seminar Nasional Geoteknik 2016; ISBN: 978-602-6483-02-7)
• Pada metoda preloading dengan PVD (Prefabricated Vertical
Drain), perbaikan tanah dilakukan dengan cara meletakkam
beban (preload) pada tanah dasar sesuai dengan beban kerja
(work load) dan beban konstruksi (construction load) yang
direncanakan.
• Durasi pembebanan dilakukan sampai konsolidasi tanah dasar
mencapai derajat konsolidasi yang direncanakan. Apabila derajat
konsolidasi tanah dasar telah mencapai pada derajat yang
direncanakan maka preload dibongkar dan konstruksi dimulai
pelaksanaannya. Ilustrasi metoda preloading dengan Gambar 1. Prinsip preloading dengan PVD
penggunaan PVD ditunjukkan pada Gambar 1.
Metode Perbaikan 2

• Perbaikan tanah lempung lunak metoda


preloading dengan PVD merupakan satu sistem
perbaikan tanah yang terdiri dari pekerjaan
preload, PVD, horizontal drain dan instrumen
geoteknik seperti yang ditunjukan Gambar 2.
Preload berfungsi untuk memampatkan tanah
dasar.
• PVD berfungsi untuk mempercepat proses
pemampatan tanah.
• Horizontal drain berfungsi untuk mengalirkan air
pori dari PVD ke arah horisontal ke luar timbungan
preload.
• Instrumen geoteknik berfungsi untuk memantau Gambar 2. Sistem Preloading dengan PVD
proses dan mengetahui kinerja hasil perbaikan
tanah yang telah dilakukan.
Metode Perbaikan 3
Jurnal : Utilization Waste Material as Stabilizer on Kuantan Clayey Soil Stabilization
(Ahmad Fauzi , Wan Mohd Nazmi Wari Abdul Rahman, Zuraidah Jauhari);
(Malaysian Technical Universities Conferenceon Engineering & Technology 2012)

Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti pemanfaatan High Density Polyethylene (HDPE) dan Glass
sebagai bahan penstabil dalam Stabilisasi tanah lempung Kuantan. Penelitian ini melakukan sifat teknik
tanah dan uji kekuatan untuk berbagai konten HDPE dan kaca untuk berbagai jenis tanah liat dari
berbagai daerah di Kelantan. Pemadatan Standar dan California Bearing Ratio (CBR) adalah diterapkan
dalam sampel tanah untuk memperkirakan desain campuran optimal. Sampel dibuat dengan
mencampurkan sampel tanah dengan berbagai kandungan stabilizer pada kadar air optimum. Variasi
kandungan stabilizer adalah 4%, 8% dan 12% dari total berat kering. Pencapaian stabilisasi subgrade
tergantung pada sifat rekayasa tanah liat dan karakteristik stabilizer [5, 6, 7, 8, 9, dan 10]. Laboratorium
Hasil pengujian menunjukkan sifat rekayasa tanah Kuantan Clayey dan CBR ditingkatkan dengan
menambahkan Cutting HDPE dan Crushed Kaca sebagai penstabil.
Hubungan antara nilai CBR K2 dan K4 Stabilized Soil and HDPE, konten Glass ditunjukkan pada gambar di bawah ini

• Sifat-sifat rekayasa tanah itu ditingkatkan dengan menambahkan HDPE dan


Glass sebagai penstabil.
• Untuk tanah stabil K2 dan K4 ditunjukkan nilai CBR meningkat ketika konten
HDPE dan Glass meningkat.
• Selain itu, HDPE dan Glass juga dapat menghilangkan kebutuhan akan bahan
yang mahal, mempercepat pembangunan dengan meningkatkan subgrade
yang terlalu basah atau tidak stabil dengan meningkatkan kondisi subgrade,
dan mendorong penghematan biaya melalui pengurangan ketebalan
perkerasan yang diperlukan.
• Tanah yang distabilkan oleh HDPE dan Glass sedang menyelesaikan masalah
dan dapat mengembangkan jalan raya sebagai konstruksi yang berkelanjutan.
• Setelah mempertimbangkan aspek lingkungan dan ekonomi, HDPE dan Glass
ditemukan cocok untuk digunakan dalam stabilisasi subgrade untuk struktur
perkerasan jalan.
Metode Perbaikan 4

Jurnal : Mix Design Charts For lightweight cellular cemented Bangkok Clay
(Chairat Teerawattanasuk, Panich Voottipruex, Suksun Horpibulsuk);
(ELSEVIER, 2015)

Penelitian ini menginvestigasi bobot unit dan pengembangan kekuatan terhadap waktu
pengawetan Lightweight Cellular Semen (LCC) Bangkok clay dengan berbagai kandungan semen
antara 100 dan 250 kg /m3 dan busa udara isi antara 0 dan 50% dari volume tanah basah. Kandungan
air yang dipelajari dari LCC Bangkok adalah di bisa diterapkan, yang 2 kali batas cair. Penelitian ini
memastikan bahwa limbah yang digali lunak Tanah liat Bangkok dapat distabilkan dengan semen dan
busa udara menjadi bahan perkerasan ringan yang berkelanjutan. Sebagai konten semen meningkat
dan konten udara menurun, berat satuan dan kekuatan tekan bebas LCC Bangkok clay meningkat.
Berdasarkan analisis kritis dari data uji, bagan desain campuran untuk ringan bahan perkerasan yang
ditentukan oleh otoritas jalan nasional setempat, yang merupakan subgrade, material yang dipilih
dan subbase yang diusulkan.
Metode Perbaikan 5
Jurnal : Improvement of Bearing Ratio of Clayey Subgrade Using Compacted Flyash Layer
(Ashimanta Sengupta, Sibapriya Mukherjee, Ambarish Ghosh); (Geotech Geol Eng,
2017)

Makalah ini menyajikan studi laboratorium CBR meningkat sebagai rasio ketebalan
tentang California Bearing Ratio (CBR) dari flyash meningkat dan menjadi maksimal ketika rasio
diatasnya tanah liat lunak. Sampel Flyash (Kelas F) adalah 2: 1 dalam rentang parameter pada
telah dikumpulkan dari Titagarh Thermal Power pengujian. Rasio bearing flyash yang dipadatkan
Plant dekat Kolkata. Jenis tanah yang menurun dengan penurunan ketebalan flyash.
dikumpulkan secara lokal adalah lempung Maka tampak bahwa di bidang persiapan
berlumpur. Konfigurasi tanah dan flyash yang subgrade dengan menggunakan rasio ketebalan
berbeda diatas memiliki variasi rasio ketebalan 2: 1 akan cukup mempertimbangkan nilai CBR
(rasio ketebalan flyash dari tanah liat) dalam rasio diperoleh dalam penelitian ini.
1: 2, 1: 1 dan 2: 1.
The effect of compaction energy on
CBR for soil, fly ash and fly ash—soil
matrix has been studied and it has
been observed that CBR increases with
increase in compaction energy. As
observed from Tables 8 and 9 it
appears that for thickness ratio of 2:1,
CBR value at OMC increases from
17.45% to 32.73% for increase of
compaction energy from standard to
modified. This is expected due to
increase of dry density as well as soil
strength occurring due to application
of more compaction energy.
TERIMA KASIH..

Anda mungkin juga menyukai