Anda di halaman 1dari 39

SABO DAM SERI

PENGENDALI SEDIMEN
Manfaat / fungsi dari dam Sabo, sand pocket dan groundsill
• Sabo Dam memiliki manfaat untuk mengendalikan dan mengamankan
erosi maupun banjir sedimen, agar tidak menimbulkan kerusakan dan
bencana pada lingkungan di sekitarnya, terutama daerah-daerah di bagian
hilir. Pekerjaan tersebut di mulai dari ujung hilir kipas alluvial sampai ke
bagian hulu daerah aliran sungai. Lokasi tempat dimulainya pekerjaan
sabo disebut sebagai ttik peninjauan sabo (sabo basic point, JICA 2000).
• Sand Pocket memiliki fungsi utama yaitu untuk menampung sedimen yang
ada pada daerah endapan, serta digunakan untuk mengurangi kecepatan
aliran pada banjir lahar dan menahan sebaran alirannya, karena
permukaan tebing sungai yang sudah tidak tinggi lagi. Apabila tampungan
sedimen yang dimiliki sudah penuh, maka sedimen tersebut akan
dikeluarkan dengan cara menggali/mengeruk dan mengangkutnya keluar
dari bangunan tersebut. (JICA, 1998).
• Groundsill adalah bangunan yang dibangun melintang sungai yang
bertujuan untuk mengurangi kecepatan arus dan meningkatkan laju
pengendapan sedimen di bagian hulu groundsill. Hal ini dimaksudkan
untuk mengamankan pondasi jembatan atau bangunan yang ada di hulu
groundsill, sehingga struktur bangunan yang berada di bagian hulu sungai
seperti jembatan atau bangunan air lainya aman terhadap erosi.
Konsekuensi dari ditahannya sedimen di hulu dam Sabo adalah akan terjadinya degradasi alur di
hilirnya. Untuk menghindari efek degradasi semaksimal mungkin dam Sabo akan direncanakan
dengan tipe bercelah / slit dam
Muka air

Celah /
slit Dasar sungai

1. Aliran pada
Sedimen Qdominan

Gambar 4.1 Aliran pada Q dominan


Muka air

Celah /
slit Dasar sungai

Sedimen 2.Aliran pada


Q>>Qdominan

Gambar 4.2 Aliran pada Q > pada Q dominan


Debit dominan dapat diambil sama besar dengan Q1th atau Q2th
• Liquefaksi sedimen dalam alur yang menimbulkan aliran debris di dalamnya
adalah fenomena hilangnya sebagian kekuatan atau kekerasannya, umumnya
untuk waktu singkat karena jenuh oleh air dalam seluruh pori-porinya
sehingga tahanan geser antar butir hilang, dan “mencair” dimana sudut lereng
alam (angle of repose) nya sama dengan 0 terjadi dengan cepat, tanpa
peringatan yang cukup. Penyebabnya dapat dijelaskan dengan pendekatan
dengan rumus Bernoulli sebagai berikut
• Pada aliran steady, inviscid (viscositas = 0) dan tidak terkempa (incompressible)
enerji totalnya tetap konstan sepanjang garis arus seperti dinyatakan dengan
rumus Bernoulli:
p + 1 / 2ρ v2 + y z = konstan sepanjang garis arus (1)
dimana
p = tekanan statik (relative pada air yang mengalir)
ρ = berat jenis
v = kecepatan aliran
g= percepatan gravitasi
z = tinggi elevasi
• Tinggi tekanan : dengan membagi dengan γ = ρ g,- (1) menjadi "tinggi
tekanan":
• p / γ + v2 / 2 g + z = konstan sepanjang garis arus = H………… (2)
• dimana
H = tinggi tekanantotal dalam satuan m yang merupakan
penjumlahan dari: tinggi tekanan ( p / γ),
tinggi kecepatan ( v2 / 2 g) dan tinggi elevasi(z)
• Jumlah tinggi tekanan (p / γ) dengan tinggi elevasi ( z ) disebut tinggi
piezimetrik
• Garis Energy (GE) adalah garis yang menyatakan tinggi tekanan total dalam
aliran = H = p / γ + v2 / 2 g + z = konstan sepanjang garis arus…… (3)
• Garis Kelandaian Hydraulic = tinggi total dalam aliran dikurangi tinggi
kecepatan = p / γ + z ………………………………………………………………….(4)
Lokasi debris flow mulai terjadi

1 2

p1 p2
p p+gs.d
z z=0
v1 v2=0

Gambar 4.3 Liquifaksi sebelum debris flow


Sebelum terjadi debris flow & mulainya terjadi liquefaksi:
• p / γ + v12 / 2 g + z = p /γ + 0+ 0+sxd / I.i)
» s=berat jenis sedimen =2.2
» d=tebal endapan dalam alur
» v12 / 2 g + l.i = 2.2.d
Dimana:
i = kelandaian alur dan
– l = jarak dari titik (1) ke titik (2)
Pada permulaan terjadinya debris flow, d konstan. Apabila debit
bertambah sehingga p  p1 > p maka v2>0, mulai terjadi aliran debris
dari ujung (ttk2) menjalar ke hulu..Titik (2) dimana terjadi permulaan
liquefaksi (aliran debris!) terletak pada titik apex atau lebih ke atas
walaupun ada kemungkinan terletak di bawahnya pada kondisi khusus
misalnya terjadi pengendapan debris yang membendung aliran pada ruas
alur di bawah titik apex, dankecuraman dasar alur masih cukup besar
untuk memungkinkan terjadinya liquefaksi.
Titik apex adalah lokasi pada alur dimana terjadi perubahan kelandaian dari curam di
hulunya ke yang lebih landai di hilirnya.
Makin curam i, nilai p1 untuk menimbulkan liquefaksi akan makin kecil. Makin tipis Endapan
makin cepat terjadi liquefaksi. Makin besar kecepatan aliran v1 makin cepat terjadi Liquefaksi
Tanda visual yang dapat mudah dilihat kemungkinan akan terjadi liquefaksi atau akan
Terjadinya aliran debris adalah terjadinya aliran air di atas sedimen pada titik (2)

H tinggi limpas Free board

Volume control
tebing

i asli
i baru

Aliran debris sebelum ada dam Sabo Debris tertahan dalam dam Sabo

Sebelum ada dam Sabo aliran sedimen terjadi sebagai aliran debris dengan tanda
pada ujung aliran sedimen mendahului massa debris yang bergerak baru kemudian
disusul oleh bebutiran yang lebih kecil. Ini disebabkan material bergerak “meluncur”
karena gaya berat sendiri. bersama air di atas dasar asli yang masih sangat curam (i asli)
• Setelah dam Sabo berdiri: garis energy akan sangat diperkecil, aliran debris
tidak terjadi, tertahan dan tertampung mengisi kolam hulu (fore bay) dam
sampai mencapai mercu dam sebagai volume tampung. Massa air dan
material yang kemudian mengalir ke bawah akan bergerak pada
permukaan tampungan material tadi (disebut volume control), sebagai
transport sedimen yang bergerak karena gaya seret aliran, bukan lagi
karena terjadinya liquefaksi .
• Kelandaian aliran sebesar i baru yang variable terbentuk di atas
tampungan material secara otomatis menyesuaikan dengan besar
bebutiran yang datang dari hulu, agar aliran mempunyai kemampuan
mentransport sedimen ke hilir.
LETAK DAM SABO
• Sebagai titik dasar (base point) suatu rangkaian sistem Sabo adalah lokasi
bangunan pertama dari rangkaian sistem Sabo yang dibangun. pada suatu
alur sungai. Titik dasar ini dapat terletak paling atas (hulu) dari rangkaian
sistem Sabo, tetapi juga dapat ditentukan dari bawah (hilir)
Dasar-dasar penentuan base point adalah sebagai berikut :
• 1. Sebagai kriterion utama adalah ketinggian mercu dam Sabo:
Ketinggian dam Sabo ditentukan dengan mempertimbangkan agar
tinggi mercu yang tersedia dapat melimpaskan debit ( dan
ketinggian air ) tertentu di atasnya ditambah tinggi jagaan
secukupnya untuk keamanan (1-3 m). Tinggi mercu ditentukan
berdasarkan tingkat keamanan yang harus disediakan terhadap
lingkungan di kiri kanan terhadap bahaya limpasan aliran air dan
sedimen ke luar alur.
• Menentukan tinggi mercu untuk mampu melewatkan Q > Q25 th
sudah cukup beralasan. Dengan mempertimbangkan kriterion ini,
meletakkan base point di hulu titik apex lebih memungkinkan karena
kemungkinan besar ketinggian tebing alur di ruas ini akan
memenuhi syarat.

• 2.Kemiringan dasar alur sangat berpengaruh pada volume


tampungan kolam hulu. Kemiringan yang lebih landai, dengan
ketinggian dam yang sama akan memberikan volume tampung yang
lebih besar. Dengan alasan ini base point lebih baik diletakkan di
bawah titik apex.Kedua kriteria di atas saling bertentangan sehingga
perlu dilakukan kompromi yang optimal. Apabila perlu pada
penentuan base point dimana ketinggian tebing alur di hulunya
kurang mencukupi, dapat dibuat tanggul pelindung terhadap
limpasan di arah hulu dam.
PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN DAM SABO:
• 1.Dari pertimbangan stabilitas struktural, karena berdiri
pada deposit sedimen di atas dasar sungai, ketinggian
dam diambil maksimum 15 meter.
• 2.Ketinggian mercu bendung akan diperhitungkan
sedemikian agar pada waktu air di kolam hulu mecapai
ketinggian mercu , debit air yang melewati seluruh celah
akan senilai dengan Q dominan.
• Kedua nilai ini akan diambil yang terendah
Pada elev air setinggi ini, Q celah = Q5th
Dalam perencanaa Sabo diperlukan ketentuan sebagai berikut :
• 1.Bangunan dam Sabo dibuat dengan konstruksi beton massif K200,
dengan lapis anti aus di permukaan celah-celah serta mercu pelimpas dari
beton K350.
• Jumlah celah = n buah dengan lebar b dan tinggi h
• dimana h = kedalaman sungai pada saat terjadi aliran dengan besar = Q
dominan
• Q dominan diambil = Q2th.
• 2. Qdominan = 1,71 b.h^3/2
n = jumlah bukaan celah
m = koefisien kontraksi diambil = 0.6 dengan sudut-sudut bukaan
dibulatkan
b = lebar setiap bukaan celah = 1.5 D90 dengan minimum 1.00 m
h = tinggi bukaan celah = kedalaman sungai pada saat terjadi aliran
Qdominan
v = kecepatan aliran yang mampu mentransport D50 sedimen
terangkut ≥ 1.5 m/dt.
• Slit dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan atau pada bentang yang
tidak terlalu besar dan tidak ada ancaman aliran debris, slit dapat dibuat
sebuah saja (gambar 2):
• Meneruskan debit sungai ke hilir dengan besar maksimum sama
dengan Qdominan
• Meneruskan sejumlah angkutan sedimen halus yang dapat ditranspor
Qdom. dengan menghentikan boulders di hulunya untuk menghindari
kerusakan di hilir sungai. Untuk keperluan ini ambang bawah slit diatur
agar dapat memperkecil kemiringan dasar sungai di hilir dan kecepatan
alirnya agar terjadi pengendapan boulder dan butir2 kasar di hulu
bendung.
• Lebar dasar bukaan slit maksimium sama dengan 1.5 x diameter
beulder rerata/
• Tetapi karena disini dam sabo hanya berfungsi sebagai pengendali
banjir dan dam konssolidasi, tidak ada ancaman aliran debris boulder
yang perlu dihambat transportasinya ke hilir , jadi lebar dasar bukaan
slit maksimium bebas ditentukan
• Volume total angkutan sedimen per tahun yang terdiri dari kerikil pasir dan
silt sangat kecil, sehingga perlu hampir seluruhnya diteruskan ke hilir untuk
mempertahankan stabilitas alur hilir
• Bila dikonstruksi dengan deretan slit tertutup seperti pada Gambar 1c. dipakai
rumus aliran melalui “oerifice”
• Orifice kecil yaitu kalau ketinggian air di atas orifice melebihi 5x ketinggiannya.
Kecepatan pancaran aliran yang melewati seluruh tampang lintangnya hampir
konstan sehingga q dapat didekati

atau

Dimana
= Coefficient debit orifice
a = luas tampang lintangof the orificatinya
h = ketinggian muka air di atas titik pusat orifice
b = Lebar orifice
d = Tinggi orifice
 Orifice,besar ; kecepatan aliran yang melewatinyatidak konstan karena ada
variasi tinggi tekanan efektifpada seluruh ketinggiannya

= Ketinggian air di atas puncak orifice


= Ketinggian air di atas dasar orifice
= Lebar orifice
= Coefficient debit
Dilihat strip horisontal dngan ketebalan dhpada kedalaman h dari muka air a
 Luas strip =

 Kecepatan teoretis melewati strip = dan debitnya =


Area Kecepatan teoretis

Debit total melewati seluruh tampang lintang orifice adalah


integralpersamaan di atas pada limit and , i.e
Menganalisa ketinggian limpasan
• Pada kejadian banjir Q100 air yang diijinkan melimpas di atas mercu
hanya sebagian saja yaitu Qdominan sedang sisanya akan tinggal
sebagai retensi di hulu bendung menimbulkan genangan sementara
pada ketinggian elevasi yang dapat ditentukan dalam peta topografi
sungai misalnya +y. Ada dua cara analisa pengendalian banjir:
• Menentukan bahwa + y ditentukan pasti / fixed
• Kemudian ditaksir beberapa lebar mercu bandung dan dihitung
ketinggian limpasan di atasnya apabila terjadi Q100 dengan rumus
• Q = 1.71 Bh**3/2
• Dimana
– Q = Q100
– B = ditaksir
– h = tinggi limpasan
• Catatan pada perhitungan2 pada tabel2 di bawah Q100 tidak dikurangi
dengan debit yang akan melewati slit2 dingan asumsi pada slis2 terjadi
sumbatan debris pada debit2 besar dan tidak /.kurang adanya
maintenance
Bentuk potongan melintang dan gaya luar yang pesifik.
Hal sangat spesifik dari bangunan dam Sabo adalah bentuk potongan
melintang dam Sabo. Sisi hilir tubuh dam Sabo curam bahkan hampir
tegak, sedangkan bagian hulu sangat landai. Tegaknya sisi hilir
dimaksudkan untuk mrnghindari kerusakan terhadap jatuhan batu besar
yang terbawa aliran. Bentuk ini berbeda bahkan bertentangan dengan
bentuk bangunan air pada umumnya.

Dam Sabo sangat menguntungkan terhadap gaya geser, namun kurang menguntungkan
terhadap tekanan dasar pondasi. Meskipun demikian, dam Sabo dengan sisi hilir yang
hampir tegak akan terhindar dari kerusakan akibat jatuhan batu-batu besar.
* Gaya luar yang bekerja berupa tekanan air statik dan tekanan tanah berasal
dari akumulasi sedimen yang dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
Kondisi 1 : ( tekanan air ) + (tambahan tekanan sedimen lumpur)
Kondisi 2 : ( tekanan air ) + (tekanan endapan sedimen)
Kondisi 3 : ( tekanan tanah ) + ( tambahan air dan tekanan rembesan)

Kasus no 1 :

Untuk dam Sabo, proses ini akan berlangsung lama dapat


hingga 10 tahun sehingga tidak mengkawatirkan.
* Kasus no 2 : Kondisi ini merupakan kondisi umum yang terjadi pada
sedimentasi di ruang tampungan dam Sabo. Jika deposit sedimen
tidak mencapai kondisi penuh untuk waktu yang lama, lapisan
endapan paling bawah menjadi lebih padat, sehingga tidak perlu
diperhitungkan sebagai tekanan sebesar pada kasus satu.

Kasus no 3 : pada kondisi dimana akumulasi sedimen terjadi begitu cepat di


hulu dam Sabo, untuk bangunan dam konsolidasi atau groundsill,
tidak perlu memperhitungkan tekanan air statik hingga penuh
mencapai pada ketinggian bangunan. Sering terjadi, ketika
pekerjaan pembangunan sedang berlangsung bagian hulu telah
terisi penuh sedimen. Dalam situasi seperti ini dapat terbentuk
daerah tangkapan kecil, yang mana ini tidak akan terjadi jika
yang memenuhi adalah tekanan air, karena waktu kejadian banjir
hanya berlangsung sangat singkat, lalu menjadi aliran kecil saja
sehingga tidak terjadi genangan.
Ambang pelimpah.
• Ambang pelimpah atau crown spillway merupakan bagian puncak dari potongan
dam, harus memiliki ketebalan “bs” , sedangkan pada puncak dam biasa secara
teoritis bs = 0.

Besaran bs minimum 1,50 m, sedangkan untuk kondisi alur sungai curam dan
alirannya kuat dan ganas disarankan ketebalan bs > 2,50 m. Endapan sedimen
yang tampak dalam gambar telah turun, tererosi selama banjir, kedalaman
δ antara 1,50 hingga 2,0 m.
• Metode perhitungan stabilitas sangat berbeda dengan dam berdasar segitiga.
Pada dam Sabo, stabilitas bangunan dikontrol terhadap limpasan, tidak
kondisi non limpasan.
• Pada dam biasa, stabilitas bangunan dikontrol terhadap kondisi tidak
melimpas, kondisi limpasan diabaikan (andai dihitung hanya sebagai referensi).
• Perhitungan stabilitas bagian sayap dam Sabo perlu dilakukan, terutama untuk
sayap yang tingginya mencapai beberapa meter. Tinggi jagaan harus
disediakan dengan cukup , sesuai standar bangunan Sabo yang tersedia.

Pelimpah X’

bo X
Sayap

X’
bs
1:m 1:n
Segitiga dasar
Trapesium
X
Menghitung kecepatan aliran
• Dengan kemiringan sungai rata-rata = 0,06658
• he3 = q2/(C2idasar) = (711.3549/15)2/ (402.0.06658)
• he = 0.23
• v = Q/F = 711,3549/95.0.23= 4.944m/dt ( alur dalam hulu)
• check v = C (Ri)0.5
• R = F/O = bh/(b+2h) = 95x0.23/95x0.46= 0.2289
• V = 40 (0.23x0.06658)0.5 = 4.95 m/dt
• Tinggi limpasan maksimum
• Dengan Q100= 1672,49 m3/dt, lebar mercu b = 100 m
• Dengan rumus : Q = m b H 3/2
• 1672,49 m3/det = 1.71x 84 x H 3/2
• Didapat H maksimum untuk 100 tahun : h maks = 6,521 m.
• Free board Freeboard diambil 1m dari tinggi limpasan maksimum
Perhitungan Tebal Lantai Terjun:
• Tebal lantai kerja diperhitungkan digunakan Persamaan 2.22 sebagai berikut
:
d = c.(0,6.hm + 3.hw – 1)
• dimana :
• d = tebal lantai terjun (m)
• c = koefisien untuk pelindung air
= 0,1 bila menggunakan pelindung
= 0,2 bila tanpa pelindung
• Hm = tinggi main dam (m) = 6,521 m
• hw = tinggi air diatas mercu main dam (m) = 4,537 m
• d = 0,2(0,6 x 6,521 + 3 x 4,537 - 1) = 3,30 m
Tinggi Sub Dam
• Tinggi sub dam direncanakan menggunakan Persamaan 2.23 sebagai
• berikut :
• H2 = (1/3 s/d 1/4)(hm + hp)
• dimana :
• H2 = tinggi mercu sub dam dari lantai terjun (m)
• hm = tinggi efektif main dam (m) = 6,521 m
• hp = kedalaman pondasi main dam (m) = 4,0 m
• H2 = (1/3 s/d 1/4)(6,521 + 4,0 ) = (3,507 s/d 2,630) m
Panjang Lantai Terjun
• Panjang lantai terjun dibatasi oleh jarak antara main dam dan sub dam,
dimana rumus perhitungannya menggunakan Persamaan 2.24 sebagai berikut :
• dimana :
L = jarak antara main dam dan sub dam (m)
H1 = beda tinggi antara mercu main dam sampai permukaan lantai
terjun (m)
H2 = tinggi sub dam (m) = 3,00 m
hm = tinggi efektif main dam (m) = 6,521 m
hp = kedalaman pondasi main dam (m) = 4,0 m
d = tebal lantai terjun (m) = 3.30 m
lw = tinggi tejunan (m)
hw = tinggi muka air di atas mercu main dam (m) = 4,537 m
β = koefisien ( 4,50 - 5,0 )
hj = ketinggian muka air di atas mercu sub dam sampai permukaan lantai
terjun (m)
F 1 = angka Froude dari aliran jet pada titik jatuh
h1 = tinggi air pada titik jatuhnya terjunnya (m)
q1 = debit permeter peluap (m3/det/m)
Qd = debit banjir rencana (m3/det) = 1672,49 m3 /det
B = lebar peluap main dam (m) = 10,00 m
g = percepatan gravitasi (9,8 m/det)
b’ = tebal mercu sub dam (m) = 3,30 m
L = (1,5 s/d 2,0) (8,021 + 4,537 ) = (18,837 s/d 25,116)m
L = (1,5 s/d 2,0) (H1 + hw)
L = lw + x + b
H1 = hm + hp – d
H1 = hm + hp - d = 6,521 + 4 – 3,3 = 7,221 m
q0 = Qd/B1
= 1672,49 / 100 = 16,7249 m/det
V0 = 16,7249 / 4,537 = 3,686 m
x = 4,75 x 3,686 = 17,508 m
L = 0,2236 + 17,508 + 3,30 = 21,03 m ≈ 21 M

Rencana tampang memanjang dam sabo


Tipe Aliran Sedimen :

1. Aliran Debris (Debris Flow)


𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤
• tan 𝜃𝑑 = tanϕ (Takahashi)
𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤 +𝜌𝑤 1+1/𝐾
Konsentrasi Aliran Debris
𝜌𝑤 tan 𝜃
• 𝐶𝑑 = tan Ɵ= Kemiringan Dasar Sungai
𝜌𝑠−𝜌𝑤 tan ∅−tan 𝜃
Nilai 𝐶𝑑 maksimum 0.9 𝐶 ∗ ϕ = Sudut Geser Dalam
2. Aliran Transisi Debris (Immature Debris)
𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤
tan 𝜃ℎ = tanϕ (Mizuyama)
𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤 +𝜌𝑤 1+ℎ𝑜 /𝑑
Konsentrasi Aliran Transisi Debris
11,85 tan 𝜃
𝐶𝑡𝑑 =
1+11,85𝑡𝑎𝑛2 𝜃
3. Aliran /Angkutan Dasar (Bed Load Transport)
𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤
tan 𝜃𝑑 = tanϕ
𝐶 ∗ 𝜌𝑠−𝜌𝑤 +𝜌𝑤 1+1/𝐾
Konsentrasi Aliran Transisi Debris
11,85 tan 𝜃
𝐶𝑡𝑑 =
1+11,85𝑡𝑎𝑛2 𝜃
Volume Debris yang mengalir dalam satu kali banjir (periode ulang 100 tahun)
𝑅100 .𝐴.103 𝐶
• 𝑉𝑡𝑑 = ( 𝑥 𝑡𝑑 )𝑓𝑟
1−𝜆 1−𝐶𝑡𝑑
• 𝑓𝑟 = 𝛼𝑚 0,05 log 𝐴 − 2,0 ^2 +0,05
• 𝜎𝑚 = 5,7 (Hasil Penelitian)
Notasi :
𝐶 ∗ = Konsentrasi Butiran Endapan Sedimen /Debris (𝐶 ∗ =0,6 s/d 0,7)
𝐶𝑑 = Konsentrasi sedimen pada aliran debris
𝐶𝑡𝑑 = Konsentrasi sedimen pada aliran transisi debris
𝜌𝑤 = Berat jenis air dalam aliran debris 𝑡𝑜𝑛Τ𝑚3
𝜌𝑠 = Berat jenis sedimen/ debris 𝑡𝑜𝑛Τ𝑚3
ϕ = Sudut geser dalam
K = Konstata Takahshi
Ɵ = Sudut kemiringan dasar sungai
tanƟ= Kemiringan dasar sungai
tan 𝜃𝑑 = Kemiringan terjadinya aliran debris
ℎ0 = Tinggi aliran transisi debris (m)
𝑑50 = Butiran dasar representative (m)
𝑉𝑡𝑑 = Volume debris yang terangkut dalam satu kali banjir (𝑚3 )
𝑅100 = Curah hujan periode 100 tahun (mm)
A = Luas Daerah Tangkapan Sungai (𝑘𝑚3 )
𝜆 = Porositas
𝑓𝑟 = Nilai koreksi aliran debris
Kelebihan Check Dam Tipe Celah:
• Aliran sedimen pada saat banjir kecil lewat begitu saja kehilir melalui
lubang celah, sehingga kapasitas kontrol terhadap aliran debris senantiasa
besar. Sedangkan Check Dam Tertutup pada saat terjadi banjir kecil
sedimen sudah mengisi volume tampung, sehingga pada saat terjadi banjir
besar volume tampungnya sudah terisi
• Check Dam akan mengontrol sedimen / debris pada saat terjadi banjir
besar. Mekanisme kontrol check dam tipe celah adalah sebagai berikut:
Pada saat terjadi banjir besar aliran debris terbendung akibat
penyempitan penampang sungai oleh adanya check dam celah. Akibat
pembendungan kecepatan aliran debris dihulu check dam berkurang
selanjutnya material debris mengendap.
Ketika banjir mengecil sedimen yang terkontrol akan mengalir kehilir
sedikit demi sedikit secara alami apabila lubang celah tidak tertutup oleh
batu dan batang kayu
• Apabila celah tertutup oleh batu dan batang kayu maka fungsi check dam
celah menjadi check dam tertutup. Untuk mengembalikan fungsinya
menjadi check dam terbuka tipe celah maka batu yang menyumbat harus
dipecah dan batang kayu harus dipotong. Hal ini termasuk pekerjaan EP
Sabo
• Korelasi antara lebar sungai dan debit aliran debris

• B =𝛼.𝑄𝑝 2 → 𝛼 = 3,5 – 7
𝐶∗
• Debit puncak aliran transisi debris (𝑄𝑝 ) = 𝑄
𝐶 ∗ −𝐶𝑡𝑑 𝑤
• Lebar pelimpah Check Dam (𝐵𝑝 ) direncanakan = 50% lebar sungai (𝐵𝑠 )
σ𝑏
• 𝛾=
𝐵𝑠
• Kemampuan celah mengalirkan banjir

Q=2Τ3C.m.b 2𝑔ℎ 2
SEMOGA SUKSES

Anda mungkin juga menyukai