Transmisi Dan Jaringan PLN
Transmisi Dan Jaringan PLN
PENGERTIAN UMUM
Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi
Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di Indonesia.
Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over
head line).
Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV),
dan tegangan rendah (LV).
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain :
Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET.
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi.
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET.
Dan lain sebagainya.
Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km.
4
1.3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage)
terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan
akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
5
1.3.3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV
Kelemahan SKTT :
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu :
Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi
yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
8
1.3.5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik
tegangan rendah konsumen.
Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
10
1.3.7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR)
40 VOLT – 1000 VOLT
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah.
Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW)
tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan :
Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya : karena
menggunakan transmisi SKTM.
Faktor estetika.
Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT),
memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama
menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang
ditimbulkannya.
Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi
tegangan tinggi.
Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan
bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW)
dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
13
Lanjutan 1.5.
Gambar 1.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada
SUTT 150 KV.
14
Lanjutan 1.5.
Gambar 2.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTET 500 KV.
15
Lanjutan 1.5.
Gambar 3.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTT 150 KV yang
melintasi sungai dan berada
pada daerah muara sungai
16
2.1. PONDASI TOWER (TIANG)
Type pondasi :
Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam.
Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA,
CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain.
Konstruksi pondasi :
Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk
mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan
tower.
Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah),
baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang.
Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi
SUTT, antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), Bump Pile, Mikro
Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile.
Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar
royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
18
2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN
TAPAK TOWER
Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada
umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang
bermacam-macam jenis.
Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu,
maka harus dipasang (dibangun) tembok/ pasangan beton/ pasangan batu kali
yang berfungsi untuk menahan pondasi tower.
19
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH
Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi
“PLN” dan dipasang diempat sudut batas tanah.
Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower,
sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda
batas tanah.
Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran
8 m x 8 m, 10 m x 10 m, 12 m x 12 m, 14 m x 14 m, dan seterusnya, mengikuti
besar kecilnya tower.
Tanah yang berada pada patok tanda batas tanah diurug dan diratakan, pada
umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya.
20
2.4. TOWER (TIANG) DAN PERLENGKAPANNYA
3. Bagian-bagian Tower :
Stub (Kerangka Tower),
adalah kerangka utama tower,
yang berfungsi untuk
menopang komponen listrik
SUTT.
Silang-silang, berfungsi
sebagai penguat rangka tiang
(diagonal tiang).
Travers, berfungsi sebagai
tempat dudukan isolator dan
tempat pemasangan kawat
tanah (ground wire)
Konstruksi Kayu : :
Terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi, yang mempunyai
kekuatan dan umur yang baik
dan tidak perlu melalui proses
pengawetan.
Jenis ini jarang digunakan di
Indonesia, apalagi saat ini
untuk memperoleh kayu
sangat sulit dan bisa-
bisa lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan
konstruksi jenis lainnya.
Gambar7 :
Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT
25
2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT
26
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA
Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jenis kawat yang digunakan :
Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang
mahal.
Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) :
Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia.
Saat ini dikembangkan penggunaan T-ACSR (Thermal-Alluminium Steel
Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7
kali KHA ACSR.
Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi
ketentuan standard teknik, juga memiliki kemampuan (kekuatan) mekanik
yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika arus listrik mengalir pada penghantar, maka akan menimbulkan panas
pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada
penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan
andongan (lendutan).
Konsdisi tersebut perlu adanya ketentuan standard suhu operasi maksimum
penghantar yang diijinkan.
PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT
sebesar 750 C.
27
Lanjutan 3.1.
Repair Sleeve :
Berfungsi sebagai pembungkus/
mereparasi/memperbaiki penghantar
yang urat-uratnya rusak (putus).
Terdiri dari dua bagian, yang pertama
sebagai penutup sebagian besar
konduktor dan bagian kedua penutup
kecil, yang disambungkan ke bagian
Gambar 13 : pertama.
Repair Sleeve
Setelah terpasang , selanjutnya
diproses, sehingga akan berbentuk
segi enam.
Perentang (Spacer) :
Berfungsi sebagai pengatur jarak
(pemisah) dua atau lebih
konduktor pada tiap-tiap
phasa SUTT.
Tujuannya adalah untuk menjaga
agar jarak antara konduktor
dengan konduktor dalam satu
phasa tidak berubah dan tidak
bertumbukan, karena adanya
31
3.2. INSULATOR STRINGS & FITTING
U Bolt :
Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers
tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan).
Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT
dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi
udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia tinggi, daerah yang
udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain.
Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan
asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya
berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator).
35
3.3. KOMPONEN PENGAMAN (PERLINDUNGAN)
Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang
jalur SUTT.
Untuk jaringan pengaman (Safety Net) dan bola pengaman dipasang pada
tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
36
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA
Gambar 24 :
Jaring Pengaman(Safety Net)
39
3.3.4. BOLA PENGAMAN (BALISTOR)
40
4.1. KABEL TANAH
41
4.2. SAMBUNGAN (JOINTING)
Sambungan Langsung :
Konstruksi sambungan ini cukup
sederhana, tidak menggunakan
teknologi tinggi (konvensional),
tetapi mempunyai kekuatan dan
keandalan yang baik.
Proses pengisian :
Sepanjang seksi kabel harus
terlebih dahulu di vacum.
Treatment minyak kabel.
Memasukkan minyak.
Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah yang akan
ditempati masing-masing pondasi tower.
Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh
pihak tertentu, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul
masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis.
Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan
mobilisasi material.
46
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK
Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik
pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As)
masing-masing kaki tower.
Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan galian tanah
selesai.
47
5.4. GALIAN TANAH
48
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA
Gambar 32 :
Urug Pasir dan Lantai Kerja
Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya
lembek dan berlumpur, sehingga pada saat pengecoran pondasi,
dasar (landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras.
Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi
betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali.
Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk memasukkan
pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki tower (stub
tower).
49
5.6. STUB SETTING DAN PEMASANGAN PENTANAHAN TIANG
55
5.10. PEMBONGKARAN BEKESTING DAN URUG BALIK
a c Pekerjaan lain-lain :
b
Pemasangan Vang Net (kalau
kebetulan 1 paket dengan
pekerjaan SUTT).
Pemasangan bola pengaman/
Balistor (kalau ada).
Gambar 42 : Pemasangan tembok penahan
a. Plat Nomor Tower (Number Plate). pondasi (kalau ada).
b. Plat Tanda Bahaya (Danger Plate).
c. Penghalang Panjat Tower.
59
6.1. PERSIAPAN PEKERJAAN
62
Lanjutan 6.1.
Gambar 43 :
Stegger (Crossing dengan JTM dan
Jalan Raya)
Menginventarisasi kebutuhan
isolator dan rangkaiannya
pada masing- masing tower dari
seluruh tower yang ada.
Gambar 47 :
Menaikkan Insulator Strings ke
Travers
66
Lanjutan 6.2.
Gambar 48 :
Single Suspension Insulator Strings(A), Suspension Clamp
(B), Armour Rod (C) dan Dumper (D)
67
Lanjutan 6.2.
Gambar 49 :
Single Tension Insulator, Double Tension Insulator Strings dan
Jumper Support Insulator pada Tower Belokan (Tower Tension)
68
Lanjutan 6.2.
Gambar 50 :
Pemasangan Tension Insulator Strings & Proses Sagging
69
Lanjutan 6.2.
Gambar 51 :
Single dan Double Tension Insulator Strings
70
Lanjutan 6.2.
Gambar 52 :
Double Suspension Insulator Strings
71
Lanjutan 6.2.
Gambar 53 :
Single Tension & Jumper Supoort
Insulator Strings pada Tower Belokan (Tension)
72
Lanjutan 6.2.
Gambar 54 :
Insulator Strings Terpasang pada
Gantry Gardu Induk
73
6.3. PENARIKAN KONDUKTOR & GROUND WIRE
Secara umum ada tiga bagian utama dalam pelaksanaan pekerjaan penarikan
konduktor dan ground wire yang harus dilakukan, yaitu :
Persiapan umum.
Persiapan penarikan (pemasangan pilot wire).
Proses dan pelaksanaan penarikan konduktor dan ground wire.
74
6.3.1. PERSIAPAN UMUM
Pada masing-masing tower yang berada di depan mesin penarik dan dan mesin
penegang (Tensioner), semua cross arm-nya dipasang achoer ke body tower.
Tujuannya adalah untuk menahan Cross Arm dari kemungkinan timbulnya
pembengkokan pada saat dilaksanakan penarikan konduktor dan ground wire.
Pada suspension insulator yang telah terpasang pada jalur penarikan, dipasang
Montage Roll yang berfungsi untuk lewatnya Pilot Wire dan konduktor serta
ground wire. Sedangkan pada tower tension, Montage Roll langsung dipasang
pada cross arm, dengan dibantu Wire Rope yang telah dipotong dan
disesuaikan kebutuhan.
Konduktor dan ground wire ditarik dengan menggunakan Big Pilot Wire dari
Weight.
Pada saat Big Pilot Wire sudah sampai di tempat Engine Winch, maka Drum
77
6.3.3. PROSES DAN PELAKSANAAN PENARIKAN KONDUKTOR &
GROUND WIRE
Ujung konduktor dan ground wire dihubungkan dengan Yoke yang telah
dilengkapi Counter Weight, dengan menggunakan Pulling Grip dan Beugel,
sedangkan ujung Big Pilot Wire dihubungkan dengan Yoke menggunakan
Beugel.
Proses penarikan :
Penarikan konduktor dan ground wire mengikuti jalur Pilot Wire.
Setelah Yoke sampai pada Rol-Rol yang terpasang pada tower, dilakukan
penyetopan Engine dan Tensioner.
Penyetopan dilakukan oleh pekerja pengawal Counter Weight dengan
menggunakan sarana komunikasi Handy Talky.
Memindahkan Yoke dari Rol sisi Drum Site dan Rol sisi Engine Site,
dilaksanakan oleh pekerja yang telah siap pada tower jalur Pilot Wire.
Selanjutnya salah atu ujung konduktor dan ground wire dipasang Tension
Clamp dan dikaitkan (dipasang) pada Tension Insulator Strings.
Pada sisi ujung yang satunya belum dipasang Tension Clamp, karena
andongan (sagging) dari konduktor dan ground wire tersebut masih belum
sempurna.
Salah satu ujung konduktorn dan ground wire di klem dengan
mempergunakan Come Along pada tower yang lain, dengan terlebih dahulu
diatur andongannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PLN.
80
6.4. PENGATUBAN ANDONGAN (SAGGING)
Setelah penarikan konduktor dan ground wire antar Section Drum Site dan
Engine Site selesai dilaksanakan seluruhnya, selanjutnya dilaksanakan
pekerjaan pengaturan andongan (sagging).
Dengan selesainya pekerjaan sagging dan dead & clamp kedua ujung
konduktor dan ground wire dipasang pada masing-masing tower tension,
selalnjutnya dilakukan pemasangan Klem (Clamping) pada tower-tower
penyangga (Suspension Tower).
Pekerjaan lainnya :
Pemasangan Jumper Support Insulator pada tower tension lengkap dengan
pemasangan Jumper Conductor dan Paralel Groove Clamp.
82
Lanjutan 6.5.
Apabila jumlah konduktor pada masing-masing line (phasa) lebih dari satu,
misalnya : dua atau empat, maka harus dipasang pemisah atau perentang
(Spacer).
Tujuan pemasangan Spacer adalah untuk menjaga jarak antara konduktor yang
satu dengan konduktor lainnya dalam satu phasa, agar tidak berubah dan tidak
bertumbukan satu dengan lainnya, karena adanya gaya elektromagnetik atau
angin.
83
6.6. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN STRINGING SUTT
Gambar 55 :
Wire Rope (Pancingan Konduktor dan Ground Wire)
84
Lanjutan 6.6.
Gambar 56 :
Tensioner
85
Lanjutan 6.6.
Gambar 57 :
Engine Winch (A) dan Reel Windeer (B)
86
Lanjutan 6.6.
Gambar 58 :
Counter Weight.
87
Lanjutan 6.6.
Gambar 59 :
Proses Penyambungan Konduktor ACSR dengan menggunakan
Joint Sleeve Type Compression
88
Lanjutan 6.6.
Gambar 60 :
Penyambung Konduktor ACSR (Joint Sleeve) yang telah terpasang.
89
Lanjutan 6.6.
Gambar 61 :
Standby Conduktor dengan bantuan Montage Rol (Posisi konduktor
jauh dari Tensioner).
90
Lanjutan 6.6.
Gambar 62 :
Joint Sleeve Ground Wire.
91
6.7. PEKERJAAN FINISHING
Memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan oleh
proses pengangkutan peralatan dan material kerja pada saat pelaksanaan
stringing.
Memperbaiki bangunan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan pada saat
pelaksanaan pekerjaan stringing.
92
Lanjutan 6.7.
93
7.1. PENGERTIAN COMMISSIONING TEST
Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan,
tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan
dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi listrik tersebut benar-
benar aman untuk dioperasikan.
94
7.2. RUANG LINGKUP COMMISSIONING TEST
Pemeriksaan :
Merupakan bagian dari Commisioning Test, dengan cara melihat langsung
terhadap peralatan/ material maupun konstruksi instalasi listrik yang telah
terpasang secara kasat mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal :
teropong, tetapi tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur.
Ada 2 (dua) jenis pemeriksaan, yaitu :
Pemeriksaan sifat tampak (visual check).
Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi.
Pemeriksaan sifat tampak (visual check), yang meliputi :
Pemeriksaan item per item alat/ barang/material yang telah terpasang.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat/barang/material
yang dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak.
Melihat apakah perlengkapan yang dipasang dalam kondisi baik,
secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak, dan
lain-lain.
Pemeriksaan pemasangan (konstruksi) yang meliputi :
Pemeriksaan rangkaian alat/barang/material yang telah terpasang.
Tujuannya adalah mengetahui alat/ barang/material yang dipasang,
apakah telah sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku
(SNI, LMK, PUIL, SPLN, dan lain sebagainya).
95
7.3. COMMISSIONING TEST PADA TRANSMISI
Untuk item pekerjaan tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata (tidak
bisa dilihat secara kasat mata), maka dilakukan pengujian dengan menggunakan
alat uji/ alat ukur.
Pengujian transmisi relatif lebih sederhana dan tidak serumit pengujian instalasi
pembangkit tenaga listrik maupun gardu induk.
97
7.4. PENGOPERASIAN TRANSMISI
Agak berbeda dengan pengoperasian Gardu Induk yang hanya di satu tempat,
pengoperasian Transmisi harus dilaksanakan secara lebih hati-hati, karena
berada pada area dan route yang panjang. Oleh karenanya sebelum
dioperasikan/ dimasuki tegangan (Energizing), harus diyakini bahwa seluruh
route jaringan benar-benar aman.
98
8.1. SERAH TERIMA PERTAMA
Dengan dilaksanakannya serah terima pertama ini, berarti phisik pekerjaan telah
mencapai 100 % (seratus persen). Tetapi pada umumnya pembayaran termijn
hanya diberikan 95% dari total nilai kontrak.
Pada saat serah terima pertama ini, pelaksana pekerjaan (Kontraktor) masih
mempunyai tanggungan pekerjaan yang akan dilaksanakan (jika terdapat
kekurangan yang tidak signifikan) selama masa pemeliharaan.
Yang dimaksud masa pemeliharaan adalah masa atau periode waktu tertentu
dimana Kontraktor harus melakukan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang
telah dikerjakan.
Jadi jika selama masa waktu pemeliharaan terdapat kekurangan pekerjaan yang
menyebabkan tidak sesuai dengan kontrak, kewajiban Kontraktor untuk
menyelesaikan/ memperbaiki/ menyempurnakan hingga sesuai dengan kontrak.
Untuk pekerjaan Transmisi, sisa pekerjaan yang ditoleransi dikerjakan pada masa
pemeliharaan (karena belum diselesaikan pada saat sebelum Serah Terima
Pertama), antara lain
Penyelesaian ganti rugi yang masih tersisa, yang keterlambatannya tidak
disebabkan oleh Kontraktor.
Pengembalian (retour) material ke gudang PLN.
Pembuatan asbulit drawing.
Berita acara penyelesaian sisa pekerjaan (Pending Item).
Pekerjaan lain yang diakibatkan bukan karena ketidaksiapan Kontraktor.
100
8.3. SERAH TERIMA KEDUA
Apabila masa pemeliharaan (garansi) telah dilampaui dan sisa pekerjaan selama
masa pemeliharaan telah diselesaikan dengan baik, maka dapat dilaksanakan
penyerahan pekerjaan kedua (Serah Terima Kedua).
Catatan :
Meskipun secara legal aspect seharusnya hubungan kontraktual berakhir,
kenyataannya Kontraktor masih harus memberikan jaminan terhadap
Peralatan Material yang terpasang.
Pada umumnya jaminan diberikan selama 1 (satu) tahun sejak Serah Terima
Kedua.
Jaminan yang diberikan berupa Jaminan Bank (Bank Garansi).
Jadi kalau ada kerusakan peralatan/ material yang disebabkan bukan karena
kesalahan operasi atau bencana alam, maka pihak Kontraktor masih
berkewajiban memperbaikinya.
101
9.1. ASPEK MANAJEMEN
Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, antara lain : :
Administrasi :
Pengurusan ijin-ijin.
Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, jaminan
pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain –lain).
Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material).
Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule,
Asbuilt Drawing, dan lain-lain).
Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah
terima pekerjaan.
Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan.
Dan lain sebagainya.
Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam
pembuatan “Network Planning”, sehingga :
Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah dibuat.
Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan.
104
9.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK
Usaha jasa konstruksi terdiri dari 5 (lima) bidang, yaitu ASMET (Arsitektural, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan), bidang elektrikal memiliki kekhasan
dan kekhususan dibanding yang lain.
Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga
harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan.
Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi
Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan
pelatihan khusus tentang K3.
106