Anda di halaman 1dari 35

Cardiotocography (CTG)

Definisi Cardiotocography (CTG)


• Cardiotocography merupakan salah satu alat elektronik
yang digunakan untuk memantau kesejahteraan janin.
• Menilai pola denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin dalam
waktu bersamaan.
Dasar Fisiologi Kesejahteraan Janin
• Pada keadaan tanpa kontraksi uterus, tekanan darah rata-rata
(MAP) arteri uterina adalah 85 mmHg, tekanan dalam
miometrium sebesar 10 mmHg, dantekanan dalam cairan amnion
juga sebesar 10 mmHg. Kondisi tersebut memungkinkan
terjadinya sirkulasi normal pada rongga intervillus.
• Pada saat terjadi kontraksi uterus, tekanan A. Uterina meningkat
menjadi 90mmHg, tekanan dalam miometrium menjadi 120
mmHg dan tekanan dalamccairan amnion menjadi 60 mmHg.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah
intra miometrium.
• Pada posisi ibu berbaring telentang, maka uterus yang besar
tersebut akanmenekan Aorta desendens dan vena kava inferior
(VKI) sehingga terjadi oklusialiran darah (terutama VKI). Bila
kondisi janin dan ibu baik, maka proses oklusitersebut tidak
menimbulkan dampak negatif pada janin.
• Aliran darah ke uterus dipengaruhi oleh faktor-faktorberikut, yaitu
posisiibu,aktivitas fisik (olahraga atau exercise), kontraksi uterus,
area permukaanplasenta, anestesia, hipertensi, dan jarak difusi
(Freeman RK dkk, 2012).
• Gangguan pada faktor-faktor tersebut akan menurunkan aliran
darah ke uterus.
Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin

Denyut jantung janin di atur


oleh beberapa faktor:

Sistem
Saraf Susunan saraf
Saraf simpatis Baroreseptor Kemoreseptor pengaruh
parasimpatis pusat
hormonal
1. Saraf Simpatis
• Sistem saraf simpatis, yang sebagian besar berada di miokardium.
• Rangsangan saraf simpatis (beta-adrenergik) akan meningkatkan
frekuensi DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung,
meningkatkan volume curah jantung.
• Hambatan pada saraf simpatis misalnya (propanolol) menurunkan
frekuensi dan sedikit mengurangi variabilitas denyut jantung janin.
2. Saraf Parasimpatis
• Sistem saraf parasimpatis, terutama terdiri atas serabut n. Vagus
yang berasal dari batang otak. Rangsangan n. vagus (asetil kolin)
akan menurunkan frekuensi DJJ, hambatan n. vagus (atropin) akan
meningkatkan frekuensi DJJ.
3. Baroreseptor
• Baroreseptor, pada arkus aorta dan sinus karotid.
• Bila tekanan meningkat, reseptor ini akan merangsang n. vagus
dan n. glosofaringeus sehingga terjadi penekanan aktifitas jantung
berupa DJJ
4. Kemoreseptor
• Kemoreseptor, berfungsi mengatur perubahan kadar O2 dan CO2
dalam darah serta cairan otak.
• Terdiri atas 2 bagian: perifer yang terletak didaerah karotid dan
korpus aorta sentral yang terletak dibatang otak.
Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat  akan terjadi
refleks dari reseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah.

Hal ini akan memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan
menurunkan kadar karbondioksida. Keadaan hipoksia atau hiperkapnia akan
mempengaruhi reseptor perifer dan menimbulkan refleks bradikardia. Interaksi
kedua macam reseptor tersebut akan menyebabkan bradikardi dan hipotensi.
5. Susunan Saraf Pusat
• Variabilitas DJJ akan meningkat sesuai dengan aktifitas otak dan
gerakan janin.
• Pada keadaan janin tidur  aktifitas otak menurut  variabilitas
DJJ akan menurun.
6. Sistem Pengaruh Hormonal
• Sistem hormonal juga berperan dalam DJJ.
• Pada keadaan stres (asfiksia)  medula adrenal mengeluarkan
epinefrin dan norepinefrin  takikardi, peningkatan kekuatan
kontraksi jantung dan TD.
Temuan CTG Baseline

Takikardia >160 dpm, dalam Bradikardia <120 dpm, dalam


keadaan : keadaan :
– Hipoksia janin (ringan/kronik) – Hipoksia janin (berat/ akut)
– Kehamilan <30 minggu – Hipotermia janin
– Infeksi ibu atau janin – Bradiaritmia janin
– Ibu febris atau gelisah – Obat : propanolol, obat anestesia
– Ibu hipertiroid lokal
– Takhiaritmia janin – Janin dengan kelainan jantung
– Obat : atropin, betamimetik bawaan
Variabilitas
Variabilitas menggambarkan sistem persarafan janin
Penyebab variabilitas rendah selain hipoksia :
– Janin tidur
– Kehamilan preterm
– Janin anensefalus
– Blokade n.Vagus
– Kelainan jantung bawaan
– Obat : narkotik, diazepam, MgSO4
Variabilitas :
– Amplitudo 6-25 dpm : normal
– Amplitudo 2-5 dpm : berkurang
– Amplitudo <2 dpm : menghilang
– Amplitudo >25 dpm : saltatory
Variabilitas
Variabilitas jangka pendek hilang dan variabilitas jangka panjang lebih dominan
maka dikatakan sebagai gambaran sinusoidal, menggambarkan :
• Hipoksia janin berat
• Anemia kronik
• Fetal eritoblastosis
• Rh-sensitized
Variabilitas
• Pengaruh obat

Jangka pendek Jangka panjang

Perbedaan interval antar Gambaran osilasi kasar dan jelas,


denyut, rata-rata 2-3 dpm rata-rata 3-6x/mnt
Akslerasi
Respon simpatetik dimana terjadi peningkatan frekuensi DJJ dengan amplitudo
>15 dpm, selama 15 detik dan terjadi minimal 2x dalam 20 menit

akselerasi
Terjadi sesuai
Akselerasi dengan kontraksi
seragam uterus

Akselerasi

Terjadi sesuai dengan


Akselerasi gerakan/ rangsangan
bervariasi janin
Deselerasi
Respon parasimpatis (n.Vagus) melalui baroresptor atau
kemoreseptor sehingga terjadi penurunan frekuensi DJJ

deselerasi

Deselerasi Deselerasi Deselerasi


dini lambat variabel
Deselerasi Dini

• Timbul dan hilang bersama


dengan kontraksi uterus
• Amplitudo turun tidak >20
dpm
• Lamanya <90 detik
• baseline dan variabilitas
Normal
• Sering terjadi pada persalinan normal, akibat penekanan kepala
janin oleh jalan lahir mengakibatkan hipoksia dan merangsang
refleks vagal
Deselerasi Lambat

• Timbul 20-30 detik setelah kontraksi


dimulai
• Berakhir setelah 20-30 detik setelah kontraksi
hilang
• Lamanya <90 detik
• Timbul berulang setiap kontraksi dengan
intensitas sesuai kontraksi uterus
• DJJ normal atau takikardia ringan, hipoksia
berat menjadi bradikardi
Deselerasi Variabel

• Gambaran deselerasi yang bervariasi


• Deselerasi terjadi cepat & penurunan frekuensi bisa sampai 60
dpm
• Biasanya terjadi akselerasi sebelum dan sesudah deselerasi
• Deselerasi variabel berat jika mencapai ≥60 dpm dgn lama 60
detik
• Bila deselerasi variabel berulang atau memanjang →hipoksia
janin berlanjut
• Penekanan tali pusat selama kehamilan atau kala I, jika
variabilitas baik janin tidak mengalami hipoksia yang berarti
Interpretasi CTG
Kategori 1 - Normal
Meliputi semua kondisi berikut

• Frekuensi basal : 11—160 DPM


• Variabilitas DJJ basal : sedang
• Deselerasi lambat atau variabel : tidak ada
• Akselerasi : ada atau tidak ada
Kategori II – tidak dapat ditentukan
Meliputi semua rekaman DJJ yang tidak termasuk kategori I atau III
Rekaman kategori II mungkin mewakili fraksi yang cukup besar dari
kasus-kasus yang ditemui dalam perawatan klinis
Frekuensi basal :
•Bradikardia yang tidak disertai dengan tidak adanya variabilitas
basal
•Takikardia
Variabilitas basal DJJ:

•Variabilitas basal minimal


•Tidak adanya variabilitas basal yang tidak disertai oleh deselerasi rekuren
•Variabilitas basal jelas

Akselerasi:
•Tidak adanya akselerasi yang terpicu setelah stimulasi janin
Deselerasi periodik atau episodik :

•Deselerasi variabel rekuren disertai variabilitas basal minimal atau


sedang
•Deselerasi memanjang > 2 menit, tapi < 10 menit
•Deselerasi lambat rekuren dengan variabilitas basal sedang
•Deselerasi variabel dengan karakteristik lain, seperti lambat kembali
ke basal “overshoot” atau “bahu”
Kategori III – Tidak normal
Meliputi salah satu dari :
•Tidak adanya variabilitas basal dan salah satu dari berikut
• Deselerasi lambat rekuren
• Deselerasi variabel rekuren
• Bradikardia

•Pola sinusodal
Contoh Kasus

Anda mungkin juga menyukai