PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cardiotocography Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Cardiotocography Page 2
bagian otak. Reseptor ini berfungsi untuk mengatur perubahan pada
oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan otak. Bila kadar
oksigen menurun serta karbondioksida meningkat menyebabkan reflek
dari reseptor sentral berupa takhikardi dan peningkatan tekanan darah
untuk memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen dan
menurunkan kadar karbondioksida. Keadaan hipoksia atau
hiperkapnea akan mempengaruhi reseptor perifer sehingga
menimbulkan reflek bradikardi. Hasil interaksi dari dua macam
reseptor ini akan menyebabkan bradikardi dan hipertensi.
e. Susunan Saraf Pusat
Variabilitas DJJ akan meningkat sesuai dengan aktivitas otak dan
gerakan janin. Pada keadaan janin tidur aktifitas otak menurun
sehingga variabilitas DJJ menurun. Rangsanga hipotalamus akan
menyebabkan takhikardi.
f. Sistem Hormonal
Pada keadaan stress misalnya asfiksia, medulla adrenal akan
mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dengan akibat takhikardi,
peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.
Cardiotocography Page 3
menit) disebut akselerasi. Peningkatan DJJ pada keadaan akselerasi paling
sedikit 15 dpm/15 detik. Apabila frekuensi dasar < 120 dpm disebut
bradikardi. Apabila terjadi penurunan frekuensi yang berlangsung cepat <
1-2 menit disebut deselerasi.
Takhikardi
Takhikardi dapat terjadi pada keadaan:
1. Hipoksia Janin (Ringan atau Kronik)
2. Kehamilan Preterm (< 30 minggu)
3. Infeksi Ibu atau Janin
4. Ibu Febris atau Gelisah
5. Ibu Hipertiroid
6. Takhiaritmia Janin
7. Obat-obatan misalnya Atropin, Betamimetik
Bila takhikardi disertai variabilitas DJJ yang masih normal, biasanya janin
masih dalam kondisi baik.
Bradikardi
Dapat terjadi pada keadaan:
1. Hipoksia Janin (berat atau akut)
2. Hipotermi Janin
3. Bradiaritmia Janin
4. Obat-obatan (Propanolol,Obat anastesialokal)
5. Janin dengan Kelainan Jantung Bawaan
Cardiotocography Page 4
Variabilitas DJJ yang normal menunjukan sistem persyarafan janin
mulai dari korteks-batang otak-N.fagus dan sistem konduksi jantung
semua dalam keadaan baik. Keadaan hipoksia otak (asidosis atau asfiksia
janin) menyebabkan gangguan mekanisme kompensasi hemodiamik untuk
mempertahankan oksigenasi otak. Dalam rekaman kordiotokografi tampak
adanya perubahan variabilitas yang makin lama makin rendah dan hilang
(bila janin tidak mampu lagi mempertahankan mekanisme hemodiamik di
atas).
Cardiotocography Page 5
Sebaliknya bila gambaran variabilitas ini masih normal maka janin
belum terkena dampak hipoksia.
3. P
e
r
u
b
a
h
a
n Periodic Denyut Jantung Janin
Cardiotocography Page 6
a. Akselerasi, merupakan respon simpatetik dimana terjadi peningkatan
frekuensi denyut jantung janin, suatu respon fisiologik yang baik
(reaktif). Ciri-ciri akselerasi yang normal yaitu amplitudo > 15 dpm,
lamanya sekitar 15 detik dan terjadi paling tidak dua kali dalam waktu
rekaman 20 menit.
Akselerasi yang seragam (uniform akseleration). Terjadinya
akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus
Akselerasi yang bervariasi (variable akseleration).
(Gambar 19.4) terjadinya akselerasi sesuai dengan gerakan atau
rangsangan pada janin.
Cardiotocography Page 7
Deselerasi dini sering terjadi pada persalinan normal atau
fisiologis dimana terjadi kontraksi uterus yang periodic dan
normal. Deselerasi ini di sebabkan oleh penekanan kepala janin
oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang
reflex vagal.
Deselerasi variable
Cirri-cirinya :
1. Gambaran deselerasi yang bervariasi
2. Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat
3. Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pradeselerasi)
atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi.
4. Deselerasi variable di anggap apabila memenuhi rule of sixty
yaitu deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih di bawah
frekuensi dasar DJJ dan lamanya deselerasi > 60 detik
Cardiotocography Page 8
5. Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau
deselerasi variable yang memanjang (prolonged) harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang
berlanjut.
Deselerasi lambat
Cirri-cirinya :
1. Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
Cardiotocography Page 9
2. Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus
berkurang
3. Lamanya < 90 detik (rata-rata 40-60 detik )
4. Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai
dengan intensitas kontraksi uterus.
5. Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takhikardi ringan,
akan tetapi pada keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi.
Adapun deselerasi lambat dapat terajdi pada beberapa keadaan
yang pada dasarnya semuanya patologis. Penurunan aliran darah
pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin mengalami hipoksia.
Apabila janin masih mempunyai cadangan O2 yang mencukupi dan
masih mampu mengadakan kompensasi keadaan tersebut, maka
tidak tampak adanya gangguan pada gambaran kardiotokografi
selama tidak ada stress yang lain.
Cardiotocography Page 10
Hasil rekaman kardiotokografi yang normal pada umumnya memberikan
gambaran sebagai berikut:
Frekuensi dasar DJJ sekitar 120-160 dpm
Variabilitas DJJ antar 6-25 dpm
Terdapat akselerasi
Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu deselerasi
dini.
C. KARDIOTOKOGRAFI (CTG)
1. Pemeriksaan Kardiotokografi Pada Masa Kehamilan
Cardiotocography Page 11
Non Stress Test (NST)
Interpretasi NST
Reaktif
Terdapat paling sedikit dua kali gerakan janin dalam waktu 20 menit
pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi paling sedikit 10-
15 dpm
Frekuensi dasar DJJ di luar gerakan janin antara 120-160.
Variabilitas DJJ antara 6-25 dpm.
Non Reaktif
Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan atau
tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan janin
Variabilitas DJJ mungkin masih normal atau berkurang sampai
menghilang
Meragukan
Terdapat gerakan janin tetapi kurang dari dua kali selama 20 menit
pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10 dpm
Frekuensi dasar DJJ normal
Variabilitas DJJ normal
Cardiotocography Page 12
halnya NST pada pemeriksaan CST juga dilakukakn penilaian terhadap
frekuensi dasar DJJ, variabilitas DJJ, dan perubahan periodic (akselerasi
ataupun deselerasi), dalam kaitannya dengan kontraksi uterus.
Interpretasi CST
Negatif
Frekuensi dasar DJJ normal
Variabilitas DJJ normal
Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat
Mungkin di temukan akselerasi atau deselerasi dini
Positif
Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50 %
dari jumlah kontraksi
Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi
tidak adekuat
Variabilitas DJJ berkurang atau menghilang
Mencurigakan
Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50 % dari jumlah
kontraksi
Terdapat deselerasi variable
Frekuensi dasar DJJ abnormal
Bila hasil CST mencurigakan, pemeriksaan harus di ulangi dalam
24 jam
Tidak memuaskan (unsatisfactory)
Hasil rekaman tidak representatif, misalnya oleh karena ibu gemuk,
gelisah, atau gerakan janin berlebihan
Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat
Dalam keadaan ini pemeriksaan harus di ulangi dalam 24 jam
Hiperstimulasi
Kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit
Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik ( tetania uteri )
Seringkali terjadi deselerasi lambat atau bradikardi
Dalam keadaan ini, harus waspada kemungkinan terjadi hipoksia
janin yang berlanjut sehingga bukan tidak mungkin terjadi asfiksia
janin. Hal yang perlu dilakukan adalah segera menghentikan
pemeriksaan dan berikan obat-obat penghilang kontraksi uterus
(tokolitik), diberikan oksigen pada ibu dan tidur miring untuk
memperbaiki sirkulasi utero-plasenta.
Kontraindikasi CST
Absolut
Cardiotocography Page 13
Adanya resiko rubtura uteri, misalnya pada bekas seksio sesarea
atau miomektomi
Perdarahan antepartum
Tali pusat terkemuka
Relatif
Ketuban pecah prematut
Kehamilan kurang bulan
Kehamilan ganda
Inkompetensia serviks
Disproporsi sevalo serviks
2. Kegunaan Cardiotokografi
Cardiotocography Page 14
pecahnya ketuban, kehamilan lebih dari 40 minggu, diabetes, hipertensi,
asma, tiroid, penyakit infeksi kronis dan komplikasi penyakit lainnya.
Juga ibu hamil yang berat badan janinnya rendah, air ketubannya
sedikit, serta air ketubannya berlebih. Sebab pemeriksaan ini dilakukan
dengan menghitung jumlah gerakan janin, pengecekan biofisikal, gerakan
pada pernafasan janin, jerakan tubuh janin, tonun janin, dan jumlah
volume pada cairan ketuban atau cairan amnion.
a. Indikasi
1. IBU
a) Pre-eklampsia-eklampsia
b) Ketuban pecah
c) Diabetes mellitus
d) Kehamilan > 40 minggu
e) Vitium cordis
f) Asthma bronkhiale
g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h) Infeksi TORCH
i) Bekas SC
j) Induksi atau akselerasi persalinan
k) Persalinan preterm
l) Hipotensi
m) Perdarahan antepartum
n) Ibu perokok
Cardiotocography Page 15
o) Ibu berusia lanjut
p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit
ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN
a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b) Gerakan janin berkurang
c) Suspek lilitan tali pusat
d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e) Hidrops fetalis
f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g) Mekoneum dalam cairan ketuban
h) Riwayat lahir mati
i) Kehamilan ganda
j) Dan lain-lain
1. Persiapan Pasien
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi,
cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat.
Cardiotocography Page 16
Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pasien (cukup persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter
atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter /
menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punctum maksimum DJJ
f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan
segera setelah kontraksi berakhir..
g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa
bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan
bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
i. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah
sakit).
m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali alat pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung
jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi
komputer secara lengkap kepada dokter.
2. Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Cardiotocography Page 17
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan
dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang kardio dan tokodinamometer
4. Frekuensi jantung janin dicatat
5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30
menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan
dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya
pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil
NST secara individual.
D. Pembacaan Hasil Pemeriksaan
Cara Membaca
1. Reaktif, bila :
a. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan
atau lebih dalam 20 menit
d. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada
NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan
diulang 1 minggu kemudian
e. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang
tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
Cardiotocography Page 18
c. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan
rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu
kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan
karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan
metildopa
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan
dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak
membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)
3. Sinusoidal, bila :
Cardiotocography Page 19
sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila
ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau
oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan
janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga
pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif
mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang
mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).
Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk
menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya
angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin
yang lainnya).
5. Saat persalinan
a. Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin,
hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
b. Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada
persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi
c. Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan
bila terdapat :
1) Deselarasi lambat berulang
2) Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)
3) pewarnaan mekonium
4) Gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit )
5) Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18
jam)
Cardiotocography Page 20
Cardiotocography Page 21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Cardiotocography Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Cardiotocography Page 23