Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

CARDIOTOKOGRAFI
Oleh :
Fanny Alfionita

Dosen Pembimbing :
dr. Juniaty, SpOG

Kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi


RSUD Pasar Minggu
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Periode 17 Desember 2018 – 23 Februari 2019
Cardiotokografi (CTG)
Pemeriksaan CTG merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan
untuk penilaian pola denyut jantung janin (DJJ) dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin.

secara langsung (invasif/internal) yaitu secara tidak langsung (non invasif/eksternal) yakni
dengan alat pemantau yang dimasukkan dengan alat yang dipasang pada dinding perut ibu
dalam rongga rahim
Pengaturan Denyut Jantung Janin

Sistem saraf • berada pada miokardium (otot jantung).


• frekuensi denyut jantung janin
• menambah kekuatan kontraksi jantung
simpatis • volume curah jantung.

Sistem saraf • Terdiri atas serabut N.fagus yang berasal dari batang otak mengatur nodus SA, VA dan
neuron yang terletak di antara atrium dan ventrikel jantung.
simpatis
• Terletak pada arkus aorta dan simus karotid.

baroreseptor • Bila tekanan meningkat reseptor ini akan merangsang N.fagus dan N.glosofaringeus yang
mengakibatkan terjadinya penekanan aktifitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ
Pengaturan denyut jantung janin
• Terdiri atas perifer dan korpus aorta
kemoreseptor • mengatur perubahan pada oksigen dan karbondioksida
dalam darah dan cairan otak

Susunan saraf • Variabilitas DJJ akan meningkat sesuai dengan


aktivitas otak dan gerakan janin.
pusat
• Hipoksia → medula adrenal mengelaurkan
Sistem epinefrin dan norepinefrin→↑ kontraksi
jantung
hormonal
Penilaian denyut jantung janin
Baseline : 120-160 dpm

DJJ basal (basal fetal heart


rate) Variabel : 5 – 25 dpm

Djj dalam
pemeriksaan CTG Akselasi : normalnya ada
Perubahan DJJ
akselerasi
periodik ( saat
kontraksi/aktivitas
janin Deselerasi :normalnya tidak ada
deselerasi atau hanya timbul
deselerasi dini
Frekuensi
dasar
Frekuensi dasar (base line rate) adalah denyut yang paling sering
terekam pada segmen denyut jantung janin di kadiotokogram
Normal Frekuensi dasar DJJ (base line
rate) 120-160 dpm

TAKIKARDI :
>160 dpm

Frekuensi dasar DJJ


BRADIKARDI :
<120 dpm
Frekuensi Dasar Denyut Jantung Janin (Base
Line Rate)

Takikardi bradikardi
• keadaan hipoksia janin • keadaan hipoksia janin
• kehamilan preterm <30 minggu • hipotermi janin
• infeksi ibu atau janin • bradiaritmia janin
• ibu febris atau gelisah • obat-obatan janin dengan
• ibu hipertiroid kelainan jantung bawaan
• takiaritmia janin
• pengaruh obat-obatan
Variabilitas Denyut Jantung Janin
• Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada
rekaman denyut jantung janin
• Variabilitas terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis dan parasimpatis

Klasifikasi variabilitas dibedakan menjadi: Penurunan variabilitas :

Normal : bila amplitudo antara 6-25 dpm • Janin tidur (keadaan fisiologi dimana aktifitas
Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm otak berkurang )
Menghilang : bila amplitudo < 2 dpm • Kehamilan preterm (SPP belum sempurna)
Saltatory : bila amplitudo > 25 dpm • Janin anensefalus (korteks serebri tak
sempurna)
• Blockade N.vagus
• Kelainan jantung bawaan
• Pengaruh obat-obatan narkotika, diazepam,
MgSO4
variabilitas

Jangka pendek Jangka panjang

Perbedaan interfal Gambaran osilasi kasar dan


antar denyut, rata- jelas, rata-rata 3-6x/mnt
rata 2-3 dpm

fariabilitas jangka pendek menghilang, sedangkan


variabilitas jangka panjang tampak dominan maka
dikatakan sebagai gambaran sinusoidal.menggambarkan
• Hipoksia janin yang berat
• Anemia kronik
• Fetal eritroblastosis
• Rh-sensitized
• Pengaruh obat-obat
AKSELERASI
Akselerasi merupakan respon simpatetik dimana terjadi peningkatan
frekuensi denyut jantung janin, suatu respon fisiologis
Ciri-ciri akselerasi yang normal :
• amplitudo > 15 dpm
• lamanya sekitar 15 detik
• terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit.

Yang Penting dibedakan antara akselerasi oleh


kontraksi dan gerakan janin :

 Akselerasi yang seragam (uniform acceleration)


yaitu terjadinya akselerasi sesuai kontraksi uterus.

 Akselerasi yang bervariasi (variable acceleration) terjadi sesuai


dengan gerakan atau rangsangan pada janin
DESELERASI
• Deselerasi adalah penurunan denyut jantung janin >15 dpm dan berlangsung
lebih dari 15 detik.
• Deselerasi merupakan respon parasimpatis sehingga menyebabkan penurunan
frekuensi denyut jantung janin.

3 tipe Deselerasi berdasarkan : bentuk dan waktu munculnya


terhadap kontraksi uterus, yaitu:

 deselerasi dini
 deselerasi lambat
 deselerasi variabel
Deselerasi
Respon parasimpatis (n. vagus) melalui baroreseptor atau
kemoreseptorsehingga terjadi penurunan frekuensi DJJ

Deselerasi dini

Deselerasi Deselerasi variabel

Deselerasi lambat
DESELERASI DINI
• timbul dan hilangnya bersamaan dengan
kontraksi uterus.
• amplitudo turun tidak > 20 dpm
• lamanya < 90 detik
• frekuensi dasar dan variabilitas dalam batas
normal.

sering terjadi pada persalinan normal akibat penekanan


kepala janin oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia
dan merangsang reflex vagal
DESELERASI LAMBAT
Penurunan aliran darah dari ibu menyebabkan hipoksia janin. Apabila janin masih
mempunyai cadangan O2 yang mencukupi dan masih mampu mengadakan kompensasi
keadaan tersebut, maka tidak tampak adanya gangguan pada gambaran kardiotokografi
selama tidak ada stress yang lain

Ciri-ciri deselerasi lambat :


• timbulnya 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
• berakhirnya 20-30 detik setelah kontraksi uterus menghilang
• lamanya < 90 detik
• Timbul berulang setiap kontraksi dengan intensitas kontraksi
uterus.
• Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takhikardi ringan, pada
keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi.
DESELEASI VARIABEL
• Gambaran deselerasi bervariasi
• Deselerasi terjadi cepat & penurunan frekuensi
bisa sampai 60 dpm
• Biasanya terjadi akselerasi sebelum atau sesudah
deselerasi.
• Deselerasi variabel berat jika mencapai kurang lebih
60 dpm dengan lama 60 detik.
• Bila deselerasi variabel berulang atau memanjang
 hipoksia janin berlanjut

Penekanan tali pusat selama kehamilan atau kala 1,


Selama variabilitas DJJ masih baik, biasanya janin
tidak mengalami hipoksia yang berarti
INDIKASI PEMERIKSAAN CTG
IBU JANIN
• Pre-eklampsia-eklampsia
• Ketuban pecah
• Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
• Diabetes mellitus • Gerakan janin berkurang
• Kehamilan > 40 minggu
• Vitium cordis • Suspek lilitan tali pusat
• Asthma bronkhiale
• Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
• Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
• Infeksi TORCH • Hidrops fetalis
• Bekas SC
• Induksi atau akselerasi persalinan
• Kelainan presentasi, termasuk pasca
• Persalinan preterm versi luar.
• Hipotensi
• Mekoneum dalam cairan ketuban
• Perdarahan antepartum
• Ibu perokok • Kehamilan ganda
• Ibu berusia lanjut
PROSEDUR PEMERIKSAAN CTG
• Persetujuan tindak medik (Informed Consent) • Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung
• Kosongkan kandung kencing keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
• Ibu tidur terlentang • Lakukan pencetakkan hasil rekaman
Cardiotokografi.
• Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan
letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ • Lakukan dokumentasi data pada disket komputer
(data untuk rumah sakit).
• Hidupkan monitor ctg dan isi identitas pasien pada
monitor ctg • Matikan komputer dan mesin kardiotokograf.
Bersihkan dan rapikan kembali alat pada
• Pasang transduser untuk tokometri di daerah
tempatnya.
fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum
• Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah
• Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu
selesai.
bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah
disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang • Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada
dirasakan oleh ibu selama perekaman dokter penanggung jawab atau paramedik
cardiotokografi membantu membacakan hasi interpretasi
komputer secara lengkap kepada dokter
Kategori CTG
• KATAGORI I : Pola DJJ Normal
KATAGORI II : Pola DJJ Ekuivokal
• Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm Frekuensi Dasar dan Variabilitas
• Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm)  
• Tidak ada deselerasi lambat dan variable • Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110
• Tidak ada atau ada deselerasi dini dpm) yang tidak disertai hilangnya
variabilitas (absent variability)
• Ada atau tidak ada akselerasi • Takhikardia ( DJJ >160 dpm)
• Variabilitas minimal (1 – 5 dpm)
• Tidak ada variabilitas, tanpa disertai
KATAGORI III : Pola DJJ abnormal
deselerasi berulang
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR • Variabilitas > 25 dpm (marked
variability) disertai oleh : variability)
 
• Deselerasi lambat berulang
• Deselerasi variabel berulang
• Bradikardi
• Pola sinusoit
Kriteria klasifikasi CTG, interpretasi dan
rekomendasi manajemen
  Normal Mencurigakan Patologis

Baseline 110-160 dpm Satu diantara


<100 dpm
Variabilitas 6-25 dpm karakteristik tidak
Variabilitas menurun
normal, tapi tidak ada >50mnt; meningkat >
fitur patologis 30 mnt
Deselerasi Tidak ada deselerasi Deselerasi lambat
berulang berulang atau
memanjang
Interpretasi Tidak ada hipoksia / Janin dengan Janin dengan tingkat
asidosis janin kemungkinan hipoksia berat
hipoksia rendah
Manajemen Klinis Tidak ada intervensi Perbaiki penyebab Segera perbaiki
jika diketahui, penyebab, nilai dan
monitoring, nilai perbaiki oksigenasi
oksigenasi janin jaringan, terminasi
kehamilan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai