Anda di halaman 1dari 20

PRODUKTIVITAS 1

BAB I
PENJELASAN UMUM

1.1 MEMAHAMI SIFAT FISIK MATERIAL & KONDISI MEDAN KERJA

Material yang berada di permukaan bumi ini sangat beraneka ragam, baik jenis, bentuk dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, alat yang digunakan untuk memindahkannyapun beraneka
ragam pula. Material yang dimaksud dalam pemindahan tanah (earth moving) meliputi :
tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar dan alang-alang).

Sifat fisik yang harus dihadapi alat berat akan berpengaruh besar terutama dalam hal :
1. Menentukan jenis alat yang digunakan dan taksiran produksi atau kapasitas produksi.
2. Perhitungan volume pekerjaan.
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan tidak sesuainya alat berat yang dipakai dengan
kondisi material akan menimbulkan tidak efisiensinya alat berat, yang secara otomatis akan
menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu yang terbuang ( loss time ).

Beberapa sifat fisik material dan kondisi medan kerja yang penting untuk diperhatikan
dalam pekerjaan pemindahan tanah adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Material
2. Berat Material
3. Bentuk Material
4. Kohesivitas Material
5. Kekerasan Material
6. Daya Dukung Tanah
7. Jarak Angkut & Kondisi Jalan
8. Iklim dan Curah Hujan

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 2

1.1.1 PENGEMBANGAN MATERIAL

Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume


material / tanah yang diganggu dari bentuk aslinya.

Pengembangan material dibagi menjadi tiga (3) kondisi, seperti gambar berikut :

Bank (BCM) Loose (LCM) Compact (CCM)

Gambar 1 : Tiga (3) kondisi pengembangan material

1. Keadaan Asli (Bank Condition)


Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi
dinamakan keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini, butiran-butiran yang
dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Satuan volume material dalam
keadaan asli disebut “bank cubic meter” (BCM).

2. Keadaan Gembur (Loose Condition)


Material yang telah digali dari tempat aslinya, akan mengalami perubahan volume,
yaitu mengembang. Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara di antara
butiran-butiran tanah, sehingga volumenya menjadi lebih besar. Satuan volume
material dalam kondisi gembur disebut “loose cubic meter” (LCM).

3. Keadaan Padat (Compact Condition)


Keadaan ini dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan).
Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-
partikel material tersebut, sehingga volumenya menjadi berkurang. Satuan volume
material dalam kondisi padat disebut “compact cubic meter” (CCM).

Dalam perhitungan produksi, material yang didorong / digusur dengan blade, material
yang yang dimuat bucket / vessel, ataupun material yang ditebar adalah dalam kondisi
gembur. Untuk menghitung suatu volume tanah yang telah diganggu dari bentuk aslinya
dengan melakukan penggalian material tersebut, maka perlu dikalikan dengan suatu
faktor yang disebut dengan “faktor konversi”. Demikian pula untuk material yang
mendapat perlakuan pemadatan, sehingga dari gembur menjadi padat.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 3

Tabel 1 : Faktor Konversi (Perubahan Volume Material)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

Contoh Perhitungan :
Bila 300 BCM (Bank Cubic Meter) tanah clay berpasir (sand clay) asli digali, sehingga
menjadi gembur, maka berapa volumenya sekarang ?

Jawab :
Dari tabel faktor konversi, di dapat data bahwa tanah clay berpasir (sand clay), faktor
konversinya dari asli ke gembur adalah 1,25. Sehingga volumenya sekarang menjadi
volume gembur adalah :
Volume gembur = volume asli x faktor konversi
= 300 x 1,25
= 375 LCM (Loose Cubic Meter)

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 4

1.1.2 BERAT MATERIAL

Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat berat untuk
melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut, dan lain-lain, akan
dipengaruhi oleh berat material tersebut, seperti yang dialami oleh alat angkut di bawah
ini :

Batu Bara Pasir Besi


Gambar 2 : Perbandingan muatan dump truck yang dimuati batubara dengan pasir besi

Saat unit dump truck mengangkut batu bara dengan berat 1,2 ton/m3, alat dapat bekerja
dengan baik. Tetapi saat unit dump truck mengangkut pasir besi dengan berat 1,8 ton/m3,
ternyata alat angkut mengalami beban berat, sehingga unit terlihat berat untuk
menggelinding.
Tabel 2 : Data Berat Material

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 5

Lanjutan Tabel 2 : Data Berat Material

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

1.1.3 BENTUK MATERIAL


Faktor ini harus dipahami, karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material
tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu. Material yang kondisi butirannya kecil,
kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang
ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah akan lebih kecil dari nilai
volume ruangan yang ditempatinya.

Material butiran kecil Material berbongkah-bongkah


Gambar 3 : Perbandingan dump truk yang dimuati material butiran kecil dengan yang berbongkah-bongkah

Pada material yang yang berbongkah-bongkah, bentuk materialnya terdapat rongga-


rongga udara yang memakan sebagian isi ruangan. Seberapa material yang mampu
ditampung oleh suatu ruangan tertentu dapat dihitung dengan cara mengoreksi ruangan
tersebut dengan suatu faktor yang disebut dengan “faktor muat” atau “bucket factor”
atau “pay load factor”.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 6

1.1.4 KOHESIVITAS MATERIAL

Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat di antara
butiran-butiran material itu sendiri.

Pasir (struck) Tanah liat (heaped)


Gambar 4 : Perbandingan bucket yang diisi dengan material pasir dengan tanah merah

Material dengan kohesivitas tinggi (misal : tanah liat) akan mudah menggunung /
munjung (heaped), apabila menempati suatu ruangan tertentu, sehingga volume material
yang menempati ruangan tersebut kemungkinan bisa melebihi volume ruangannya.
Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang baik (misal : pasir), apabila
menempati suatu ruangan tertentu akan sukar menggunung / munjung dan cenderung
peres / rata (struck).

1.1.5 KEKERASAN MATERIAL


Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali, ataupun dikupas oleh alat berat. Hal
ini tentunya akan menurunkan produktivitas alat tersebut. Material yang umumnya
tergolong keras adalah batu-batuan. Aplikasi alat berat yang paling umum dipakai untuk
pembongkaran material batu-batuan adalah dengan cara ripping dan drilling-blasting.

Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis alat berat yang akan digunakan untuk
membongkar batuan, terlebih dahulu harus ditentukan tingkat rippabilitasnya. Adapun
cara penentuannya ada dua (2) cara :

1. Pengujian di Laboratorium
Dilakukan dengan cara uji kompresi dan kekerasan contoh batuan. Biasanya,
hasilnya lebih tinggi dari keadaan sebenarnya, karena mengabaikan faktor-faktor
yang ada di lapangan.

2. Pengujian di Lapangan / Lokasi Kerja


Menggunakan pengujian cepat rambat gelombang (seismic wave velocity /
rippermeter test), pengujian hambatan listrik, dan pengujian mekanis di lapangan.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 7

Adapun pengujian yang praktis dan sering digunakan adalah dengan pengujian /
pengukuran cepat rambat gelombang seismik (seismic wave velocity test).

Secara sederhana gambaran seismic wave velocity test dilakukan seperti gambar berikut.
Hasilnya bisa diketahui kekerasan dan kedalaman masing-masing lapisan, dari yang keras
sampai yang lunak.

Microphones
Source of Vibration
a b c d e
V1
V2
V3

Gambar 5 : Seismic wave velocity test

Cara Pengujian :
Tempatkan / tanam sedikit ke tanah alat geophone ( a b c d e ) dengan jarak tertentu,
kemudian rangkai sedemikian rupa. Ujung kabel terletak pada power source, sedangkan
satunya lagi dihubungkan dengan peralatan khusus (signal stacking seismograph).
Setelah power source dipukul beberapa kali, maka akan diperoleh gambaran mengenai
kekerasan material tersebut, sehingga dapat disimpulkan tipe alat berat yang cocok.

1.1.6 DAYA DUKUNG TANAH


Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat berat yang berlalu-
lalang di atasnya. Apabila suatu alat berat berada di atas tanah, maka alat berat tersebut
akan memberikan “ground pressure”, sedangkan perlawanan yang diberikan adalah
“daya dukung tanah”. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung tanah,
maka akan berakibat alat berat akan terbenam / amblas.

Daya tekan alat (ground pressure)

Daya dukung tanah


Gambar 6 : Daya-daya yang mempengaruhi kerja alat berat

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 8

Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran / test langsung di
lapangan. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung tanah disebut “Cone
Penetro Meter”.

Tabel 3 : Kesesuaian Alat-alat Berat Berdasarkan Nilai Daya Dukung Tanah

Cone Index Ground Pressure Alat


Jenis Alat
(kg/cm2) (kg/cm2)

<2 Extra Swamp Dozer 0,15 ~ 0,30


2 ~ 4 Swamp Dozer 0,20 ~ 0,30
4 ~ 5 Small Bulldozer 0,30 ~ 0,60
5 ~ 7 Medium Bulldozer 0,70 ~ 1,30
7 ~ 10 Large Bulldozer 1,30 ~ 2,85
10 ~ 13 Motor Scraper
13 ~ 15 Wheel Loader > 3,20
> 15 Dump Truck
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor Tbk.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 9

1.1.7 JARAK ANGKUT & KONDISI JALAN

Pemilihan alat-alat berat untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak angkut dan
kondisi jalan yang akan dilalui. Pengangkutan suatu material dengan menggunakan dump
truck akan berbeda pemilihannya dengan bulldozer, wheel loader, ataupun motor scraper.

Tabel 4 : Pemilihan Alat Berdasarkan Jarak Angkut

No. Jenis Alat Jarak Angkut (meter)

1 Bulldozer 0 ~ 100
2 Wheel Loader 0 ~ 150
3 Towed Scraper 0 ~ 400
4 Motor Scraper 200 ~ 2000
5 Dump Truck 100 ~ 3000
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor Tbk.

1.1.8 IKLIM & CURAH HUJAN

Dalam memilih alat-alat berat yang harus diperhatikan juga adalah tentang iklim dan
curah hujan.

Iklim dan curah hujan perlu diperhatikan, karena hal ini dapat digunakan untuk
mengetahui sampai batasan mana kerusakan landasan kerja yang ditimbulkan saat terkena
air hujan dan apakah nantinya hal ini cukup mengganggu kelangsungan kerja alat-alat
berat, sehingga dapat diketahui berapa waktu yang tersedia (jam kerja efektif)
sebenarnya.
Tabel 5 : Jumlah Hari Menunggu setelah Hujan

Jenis Tanah
Curah Hujan
(mm/hari) Batu kerikil, Batu
Tanah pasir Tanah liat Tanah lempung
tidak tersaring

<3 0 0 0 0 ~ 0,5
3 ~ 10 0 0 1,0 ~ 1,5 1,5 ~ 2,0
11 ~ 30 0 ~ 0,5 0,5 ~ 1,0 1,5 ~ 2,0 2,0 ~ 3,0
> 30 1,0 1,5 ~ 2,0 2,0 ~ 3,3 3,0 ~ 4,0
Catatan : Saluran drainase kondisinya baik, nilai dapat berubah sesuai dengan kondisi topografi.
Referensi : Modul APAAB PT. United Tractor

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 10

1.2 HYDRAULIC EXCAVATOR


1.2.1 DEFINISI HYDRAULIC EXCAVATOR
Merupakan alat serba guna yang dapat dipergunakan untuk menggali, memuat dan
mengangkat material dan lain-lain.
Konstruksi bagian atas dapat berputar 360 derajat sehingga memungkinkan untuk
bekerja ditempat yang relatif sempit.

1.2.2 JENIS-JENIS HYDRAULIC EXCAVATOR

a. Hydraulic Excavator (Back Hoe)

Gambar 7 : Hydraulic excavator (back hoe)

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 11

b. Hydraulic Excavator (Shovel)

Gambar 8 : Hydraulic excavator (shovel)


c. Hydraulic Excavator (Wheel)

Gambar 9 : Hydraulic excavator (wheel)

1.2.3 JENIS-JENIS ATTACHMENT & SHOE HYDRAULIC EXCAVATOR


a. Bucket

No Type Figure Aplikasi

1. Standard Digunakan untuk menggali dan memuat tanah


bucket biasa dan jenis tanah lainnya yang tidak
mengandung batuan.

2. Light duty Digunakan untuk menggali dan memuat


bucket material yang ringan dan gembur, seperti pasir
kering, batubara curah dll.

3. Slope Digunakan untuk meratakan slope atau


finishing timbunan serta untuk menggali dan
bucket memadatkan tanah

4. Ripper Biasanya dipakai untuk penggalian tanah-tanah


bucket yang keras dan berbatu-batu

5. Clamp Dipergunakan untuk penggalian yang vertical


shell seperti pada pengalian pondasi jembatan
bucket

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 12

b. Attacment Lainnya

No Type Figure Aplikasi


1. Single/triple Digunakan untuk penggalian dan
shank pembongkaran tunggul atau beton

2. Hydraulic Berfungsi untuk memecahkan batuan,


breaker beton atau tanah yang keras. Alat ini
banyak dipergunakan pada pekerjaan
quarry, pertambangan, konstruksi dll.

3. Long arm Biasanya dipakai untuk penggalian yang


lebih dalam atau penggalian yang
memerlukan jangkauan yang lebih
panjang
4. Short arm Dipakai untuk penggalian pada area yang
sempit atau untuk pemuatan material
lepas ke atas dump truck dengan
kapasitas bucket yang lebih besar.

c. Shoe

No Type Figure Aplikasi

1. Semi- Shoe ini mempunyai 2 bentuk grouser dengan


Double tinggi berbeda. Desain ini menghasilkan traksi
grouser yang besar sehingga daya cengkramnya bagus
shoe dan manuvernya tinggi. Ketebalan grousernya
dibuat lebih tebal sehingga sangat kokoh.
2. Triple Ketiga grousernya mempunyai ketinggian yang
grouser sama sehingga menghasilkan traksi yang lebih
shoe rendah, tetapi manuver nya lebih lincah dengan
tingkat kenyamanan lebih baik. Cocok
digunakan untuk daerah yang lunak
3. Swamp Shoe jenis ini khusus dibuat untuk operasi di
shoe daerah rawa berlumpur atau di atas tanah yang
(circular lunak.Tanah/lumpur yang menempel pada
arc shoe) permukaan shoe relatif sedikit dan tidak
merusak permukaan tanah yang telah
dipadatkan.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 13

BAB II
PRODUKTIVITAS HYDRAULIC EXCAVATOR

2.1 DEFINISI PRODUKTIVITAS

Produktivitas adalah hasil dari proses produksi dalam satuan waktu tertentu.

Contoh : bcm/jam, ton/jam, m2/jam, dan lain-lain.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS


HYDRAULIC EXCAVATOR

Besar kecilnya produktivitas yang dicapai oleh hydraulic excavator dipengaruhi oleh :

a. Bucket Capacity (ukuran bucket)


Semakin besar ukuran bucket maka volume material yang terambil setiap cycle akan
semakin besar.

b. Swell Factor
Sweel factor adalah sifat fisik material yang diukur dari perubahan volume padat /
bank (Bcm) menjadi volume gembur / loose (Lcm).

c. Bucket Fill Factor


Persentasi / porsi bucket yang terisi material terhadap total kapasitas bucket.

d. Cycle Time
Waktu yang diperlukan untuk proses pemuatan material ke dump truck.
Cycle time unit hydraulic excavator meliputi waktu :
- Digging (penggalian material)
- Swing loaded (gerakan swing dengan muatan)
- Dumping (penumpahan material ke vessel)
- Swing empty (gerakan swing kosongan)

e. Job Efficiency Factor


Faktor koreksi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang
sebenarnya. Untuk menentukan faktor efisiensi ini perlu disesuaikan dengan kondisi
operasi yang sebenarnya.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 14

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CYCLE TIME


HYDRAULIC EXCAVATOR

Cycle time hydraulic excavator dipengaruhi oleh :

a. Ukuran Unit
Semakin besar unit, cycle timenya semakin lambat.

b. Kemudahan Penggalian
Semakin mudah penggalian (misal : material tidak keras), maka cycle time akan
semakin cepat.

c. Posisi Dump Truck (Single Side / Double Side Loading)


Dengan menggunakan double side loading, maka cycle time akan lebih cepat.

d. Kondisi Lantai Kerja


Semakin rapi kondisi lantai kerja dengan tinggi dan lebar jenjang kerja yang sesuai,
maka cycle time akan semakin cepat.

e. Ketrampilan Operator
Semakin bagus ketrampilan operator dalam mengoperasikan unit, maka cycle time
akan semakin cepat.

2.4 PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS HYDRAULIC EXCAVATOR


Rumus yang umum dipakai untuk perhitungan produktivitas hydraulic excavator adalah :

3600
Q = q x x E
Cm

Dimana :

Q = Produktivitas atau produksi per-jam (m3/jam)


q = Produksi per-cycle (m3)
Cm = Cycle time (detik)
E = Job efficiency atau faktor efisiensi

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 15

2.4.1 PRODUKSI PER-CYCLE ( q )


Adapun produksi per-cycle (q) excavator dihitung berdasarkan rumus :

q = q1 x K

Dimana :

q = Produksi per-cycle (m3)


q1 = Bucket capacity / Kapasitas bucket (heaped) (m3)
K = Bucket fill factor

Tabel 6 : Standard Bucket Capacity

No. Type Unit Attachment Bucket Capacity (m3)

1 Komatsu PC 300-6 Back Hoe 1,8


2 Komatsu PC 400-6 Back Hoe 1,9
3 Komatsu PC 650 Back Hoe 3,6
4 Komatsu PC 750-6 Back Hoe 4,5
5 Komatsu PC 1000 Back Hoe 5,4
6 Komatsu PC 1100-6 Back Hoe 6,5
7 Komatsu PC 3000 Back Hoe 14
8 Komatsu PC 4000 Shovel 21
9 Liebherr R 984 Back Hoe 6,5
10 Liebherr R 994 Back Hoe 13
11 O & K RH 120-C Back Hoe 13
12 O & K RH 120-C Shovel 13
13 O & K RH 120-E Back Hoe 15
14 O & K RH 120-E Shovel 17
15 Hitachi EX 2500 Back Hoe 14,5
16 Hitachi EX 3600 Back Hoe 22
Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.
Standard Parameter Penambangan PT. PAMA, tahun 2001
Operational & Maintenance Manual

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 16

Tabel 7 : Bucket Fill Factor (Backhoe)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

Tabel 8 : Bucket Fill Factor (Shovel)

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

2.4.2 CYCLE TIME (Cm )

Cm = t1 + t2 + t3 + t4
Dimana :
Cm = Cycle time (detik)
t1 = Waktu digging (detik)
t2 = Waktu swing muatan (detik)
t3 = Waktu dumping (detik)
t4 = Waktu swing kosongan (detik)

Untuk mendapatkan cycle time yang sebenarnya, disesuaikan dengan kondisi saat
digging dan dumping, maka rumusnya sebagai berikut :

Cm = Std Cm x Fk
Dimana :
Cm = Cycle time (detik)
Std Cm = Standard cycle time (detik)
Fk = Faktor konversi

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 17

Tabel 9 : Standard Cycle Time Hydraulic Excavator

Cycle Time Cycle Time


(detik) (detik)
No. Type Unit Attachment
Material Material
Overburden Coal
1 Komatsu PC 300-6 Back Hoe 15 ~ 21 18 ~ 23
2 Komatsu PC 400-6 Back Hoe 16 ~ 22 19 ~ 24
3 Komatsu PC 650 Back Hoe 22 ~ 27 22 ~ 26
3 Komatsu PC 750-6 Back Hoe 18 ~ 24 22 ~ 26
4 Komatsu PC 1000 Back Hoe 25 ~ 30 25 ~ 30
5 Komatsu PC 1100-6 Back Hoe 22 ~ 28 24 ~ 26
6 Komatsu PC 3000 Back Hoe 24 ~ 28 * 32 ~ 38 *
7 Komatsu PC 4000 Shovel 21 ~ 27 * -
8 Liebherr R 984 Back Hoe 22 ~ 28 24 ~ 26
9 Liebherr R 994 Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 36
10 O & K RH 120-C / RH 120-E Back Hoe 24 ~ 28 32 ~ 38

11 O & K RH 120-C / RH 120-E Shovel 24 ~ 30 -


12 Hitachi EX 2500 Back Hoe 24 ~ 28 * 32 ~ 38 *
13 Hitachi EX 3600 Back Hoe 26 ~ 32 * 32 ~ 38 *
Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.
Standard Parameter Penambangan PT. PAMA, tahun 2001
(*) : Cycle time PC 3000, PC 4000, EX 2500, EX 3600 berdasarkan pengambilan data di lapangan.

Tabel 10 : Faktor Konversi Cycle Time untuk Back Hoe

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 18

2.4.3 JOB EFFICIENCY (E )


Faktor koreksi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang sebenarnya.
Untuk menentukan faktor efisiensi ini perlu disesuaikan dengan kondisi operasi yang
sebenarnya.

Tabel 11 : Job Efficiency

Referensi : Specification and Application Handbook (Komatsu), edition 22.

2.4.4 MATCHING FACTOR (MF)


Matching factor ini berfungsi untuk mengetahui kebutuhan alat loading dan alat angkut
dalam satu fleet.

Cm DT
MF = = 1
N x n x Cm EXC

Cm DT
N =
n x Cm EXC

Dimana :

MF = Matching factor
Cm DT = Cycle time alat angkut (detik)
Cm EXC = Cycle time alat loading (detik)
N = Kebutuhan alat angkut (unit)
n = Jumlah cycle alat loading per-1 alat angkut

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 19

2.4.5 CONTOH PERHITUNGAN

1. Hitunglah produktivitas PC 4000 dalam (bcm/jam) dengan data-data sebagai berikut :

Waktu digging (t1) = 12 detik


Waktu swing muatan (t2) = 6 detik
Waktu dumping (t3) = 2 detik
Waktu swing kosongan (t4) = 4 detik
Material yang digali = Clay, (Swell factor (f) = 1.43))
Bucket fill factor (K) = 0,95
Kapasitas bucket (q1) = 21 m3
Faktor effisiensi (E) = 0,75 (rata-rata / average)

Jawaban :

Cycle Time (Cm) = t1 + t2 + t3 + t4 = 12 + 6 + 2 + 4 = 24 detik

Produksi PC 4000 / cycle (q) = q1 x K = 21 x 0,95 = 19,95 m3

Produktivitas PC 4000 (Q) = q x 3600 x E


Cm
= 19,95 x 3600 x 0,75 = 2244,375 m3 / jam (loose)
24
Produktivitas PC 4000 dalam (bcm/jam) = Q / f = 2244,375 / 1,43 = 1569,49
~ 1569 bcm / jam

2. Hitunglah berapa dump truck HD 785 yang dibutuhkan dalam 1 fleet, jika diketahui :

Cycle time PC 4000 (Cm EXC) = 24 detik


Jumlah cycle loading PC 4000 per-1 HD 785 (n) = 3 kali
Cycle time HD 785 (Cm DT) = 15 menit

Jawaban :

Cm DT = 15 menit = 15 x 60 = 900 detik

Jadi kebutuhan HD 785 (N) = Cm DT / (n x Cm EXC) = 900 / (3 x 24)


= 900 / 72
= 12,5 ~ 13 unit

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT
PRODUKTIVITAS 20

3. Hitunglah produktivitas O & K RH 120-E Back Hoe dalam (ton/jam) dengan data-data
sebagai berikut :

Standard Cy. Time (Std Cm) = 35 detik


Kedalaman digging = 3 m (spec. maksimum kedalaman digging = 5 m)
Kondisi dumping = Normal (dumping pada dump truck HD 785)
Material yang digali = Batu bara (coal), (Bj) loose = 0,85 ton/m3
Bucket fill factor (K) = 0,75
Kapasitas bucket (q1) = 15 m3
Faktor effisiensi (E) = 0,75 (rata-rata / average)

Jawaban :

Kondisi digging = Kedalaman digging / Spec. maksimum kedalaman digging


= 3 / 5 = 0,6 = 60 %
Lihat Tabel 10 (Kondisi digging 60 % & Kondisi dumping normal)
Maka Faktor konversi (Fk) = 1,0

Jadi, Cm RH 120-E = Std Cm x Fk = 35 x 1,0 = 35 detik

Produksi RH 120-E / cycle (q) = q1 x K = 15 x 0,75 = 11,25 m3

Produktivitas RH 120-E (Q) = q x 3600 x E


Cm
= 11,25 x 3600 x 0,75 = 867,86 m3 / jam (loose)
35
Produktivitas RH 120-E dalam (ton/jam) = Q x Bj = 867,86 x 0,85 = 737,681
~ 738 ton / jam

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA EXCAVATOR


DISTRIK ADARO
OPERATIONAL TRAINING DEPARTMENT

Anda mungkin juga menyukai