Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan pada Narapidana dengan

Perilaku Kekerasan
Kelompok 6
B19/AJ1

1. Dhinar Retno Panitis 131611123032


2. Ari Kurniawati 131611123041
3. Dewi Fajarwati Prihatiningsih 131611123042
4. Sindhu Agung Laksono 131611123043
5. Robeta Lintang Dwiwardani 131611123044
6. Hermansyah 131611123045
7. Ezra Ledya Sevtiana Sinaga 131611123046
Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah


suatu keadaan dimana
seseorang melakukan
tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun
lingkungan.
Etiologi Perilaku Kekerasan
Faktor predisposisi Faktor predisposisi
1. Faktor biologis 3. Faktor sosio kultural
 Intinctual drive theory (teori dorongan naluri):  Social enviroment theory ( teori
karena suatu dorongan kebutuhan dasar yang lingkungan ): Lingkungan sosial akan
kuat mempengaruhi sikap individu dalam
 Psycomatic theory (teori psikomatik): Pengalaman mengekspresikan marah
marah adalah akibat dari respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun  Social learning theory ( teori belajar sosial
lingkungan ): Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung maupun melalui proses
2. Faktor psikologis sosialisasi
 Frustasion aggresion theory ( teori argesif frustasi):
PK adalah hasil akumulasi frustasi
 Behavioral theory (teori perilaku): sering sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah dapat menstimulai individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
 Existential theory (teori eksistensi): jika kebutuhan
dasar manusia tidak dapat dipenuhi melalui
perilaku konstruktif maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui perilaku
destruktif.
Etiologi perilaku kekerasan
Faktor presipitasi

 Stressor pencetus perilaku kekerasan bersifat buruk.


 Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun
dalam.
 Contoh stressor dari luar: serangan fisik, kehilangan,
kematian, krisis dan lain-lain.
 Contoh stressor dari dalam: putus hubungan dengan
seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta,
ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol,
menurunnya percaya diri dan lain-lain.
 Lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan.
Tanda dan Gejala
 Emosi : Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut, tidak
aman, cemas.
 Fisik : Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
 Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
 Spiritual : Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral,
kreativitas terhambat.
 Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Rentang respon
neurobiologi
asertif frustasi pasif agresif kekerasan
perilaku kekerasan
Respon Adaptif Respon Maladaptif
 Asertif  Pasif
 ungkapkan pendapat/ekspresi rasa tidak  tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti sedang dialami untuk menghindari suatu
lawan bicara tuntutan nyata
 Frustasi  Agresif
 Tidak dapat menerima atau menunda  Suatu rasa marah yang merupakan dorongan
sementara keinginannya sambil menunggu mental untuk bertindak dan masih terkontrol.
kesempatan yang memungkinkan serta tidak Perilaku agresif ada dua yaitu pasif dan aktif
mampu mengungkapkan perannya dan agresif.
terlihat pasif
 Kekerasan
 ditandai dengan menyentuh, orang lain
secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman disertai melukai pada tingkat ringan
dan yang paling berat adalah melukai,
merusak secara serius. Pada kondisi ini klien
tidak mampu untuk mengendalikan diri.
WOC perilaku kekerasan

Effect: RISIKO MENCEDERAI ORANG LAIN/LINGKUNGAN

Core problem: PERILAKU KEKERASAN

Causa: HARGA DIRI RENDAH


Penatalaksanaan
 Farmakoterapi: Clorpromazine HCL, Trifluoperasine estelasine,
neuroleptika.
 Terapi Okupasi: terapi kerja
 Peran serta keluarga
 Terapi somatik: tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan
pada kondisi fisik klien tetapi target terapi adalah perilaku klien
 Terapi kejang listrik: menimbulkan kejang grandmal dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada
pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah
setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).
Pengertian Narapidana

Terpidana yang menjalani


pidana hilang kemerdekaan
di lembaga
permasyarakatan. Meskipun
terpidana kehilangan
kemerdekaannya, ada hak-
hak narapidana yang tetap
dilindungi dalam sistem
pemasyarakatan Indonesia.
Penyebab perilaku kekerasan pada
narapidana (Light,1991)
1. Kategori yang pertama dikenal sebagai “yang tak
terjelaskan (the unexplained)”
 Serangan dalam kategori ini sebagian besar merupakan
akibat dari ketidakbahagiaan dalam kaitan dengan
penjara.
2. Kategori kedua “perintah petugas (officer command)”
 Suatu perilaku kekerasan sebagai wujud “protes” ketika
seorang narapidana merasa yakin bahwa dia diperlakukan
tidak adil atau tidak konsisten oleh petugas keamanan
penjara.

3. Kategori ketiga yang dikenal sebagai “gerakan


(movement)
 Narapidana yang dipindahkan dari suatu penjara ke
penjara yang lain ada kesempatan lebih besar untuk tindak
kekerasan. Narapidana sebagai penghuni lama tidak akan
begitu saja menerima kehadiran narapidana baru.
Peran Perawat Pada Perilaku
Kekerasan Narapidana

1. Melakukan identifikasi penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada


narapidana
2. Pembinaan bersifat persuasif edukatif
 Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya
melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama narapidana
3. Resosialisasi
 merubah persepsi dan cara hidup narapidana dengan pembinaan dan
pengarahan tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan sebagai warga
masyarakat yang baik.
4. Melibatkan keluarga narapidana
 Keluarga sangat berpengaruh dalam mensupport narapidana selama menjalani
pidana di dalam lapas.
Contoh kasus
Tn. A adalah anak tunggal dari Tn,S. Saat dirumah maupun dilapas Tn. A
adalah seseorang yang pendiam. Tn.A jarang sekali mengikuti kegiatan-
kegiatan di masyarakat sekitar. Tn.A masuk lapas dikarenakan memukul
temannya sampai pingsan. Saat di lapas, Tn.A hanya berdiam diri serta
tidak mentaati peraturan lapas. Tn.A sering dibentak oleh sipir yang
berakibat penentangan oleh Tn.A. Seiring berjalannya waktu, Tn.A yang
semula pendiam berubah menjadi agresif dan sering memukul
narapidana dilapas. Akhirnya, setelah diperiksa oleh psikiater Tn.A di
diagnose schyzoprenia dengan perilaku kekerasan.
Pengkajian

Identitas klien
 Nama : Tn. A
 Umur : 27 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Status : Belum Menikah
 Agama : Islam
 Pendidikan Akhir : SMA
 No. pasien : 883.11.23.xxx

Alasan masuk
 Klien mengatakan sebal dan jengkel dengan sipir penjara. Klien bersikap agresif dan
memukul sipir dan narapidana lain yang ada disekitarnya.
Pengkajian
Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
o Klien datang bersama keluarga didampingi oleh petugas lapas pada
tanggal 21 Agustus 2009. Klien datang dengan berteriak-teriak, marah
dan ingin memukul siapapun disekitarnya. Petugas lapas dan keluarga
datang dengan alasan klien mengamuk tanpa sebab dan memukuli sipir
dan narapidana lain.
 Riwayat penyakit dahulu
o Klien tidak pernah mengalami penyakit fisik atau yang memperparah
keadaan saat ini. Klien memiliki kepribadian bersifat introvert. Petugas
lapas mengatakan klien sering marah ketika disuruh untuk mematuhi
peraturan lapas.
 Riwayat penyakit keluarga
o Keluarga mengatakan adik dari ayah Tn. A mengalami gangguan
kejiwaan.
Pengkajian
Status Mental
a. Penampilan
Klien datang dengan baju narapidana berwarna orange, baju tampak kusam dan kotor
b. Kesadaran
Klien memiliki kuantitas kesadaran penuh namun pada kualitas kesadaran klien tidak mampu dalam menilai
realita dengan benar. Klien kehilangan kontrol akan emosi.
c. Proses berpikir
Klien mengingkari bahwa dirinya adalah narapidana dan memarahi orang disekitarnya. Klien mengganggap
sipir penjara sangat lemah dan mudah dikalahkan.
d. Persepsi
Klien lebih senang menyendiri daripada berkomunikasi dengan teman-teman disekitarnya
e. Afek dan emosi
Klien terlihat jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan, sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
f. Daya tilik diri
Klien meyakini bahwa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa dan menyalahkan hal-hal diluar
dirinya.
g. Mekanisme koping
Klien memukul teman disekitarnya ketika marah
Pengkajian
Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang
paling disukainya adalah bagian wajah karena klien merasa wajahnya tampan..
b. Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki-laki dewasa dan belum menikah.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di sayang dilingkungan
masyarakat. Klien sehari-hari membantu ayahnya berjualan nasi penyet. Pada saat
dilapas, sehari-hari klien diberi tugas untuk membersihkan dapur.
d. Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang
keluar dari penjara karena sering di hina dan dipukuli sipir penjara.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat dengan ayahnya
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif
Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain / lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan haga diri: HDR


Analisa data

Data subyektif Data obyektif


 Klien mengatakan dendam dan  Mata melotot atau pandangan
jengkel tajam
 Klien mengatakan ingin berkelahi  Tangan mengepal
 Klien meremehkan  Wajahnya memerah dan tegang
 Suara keras
Diagnosa keperawatan

Perilaku Kekerasan berhubungan


dengan Harga Diri Rendah.
Intervensi Keperawatan
Strategi penatalaksanaan di lapas
Strategi Preventif
 Strategi Preventif terdiri dari kesadaran diri, pendidikan pasien
dan latihan asertif
Strategi Antisipasi
 Strategi Antisipasi terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan,
perilaku dan psikofarmakologi
Strategi Penahanan
 Strategi Penahanan terdiri dari manajemen krisis, pengasingan
dan pengendalian/ pengekangan.
Strategi penatalaksanaan di lapas
 Manajemen krisis
 Pengasingan
 Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari orang lain di
tempat yang aman dan cocok untuk tindakan keperawatan.
Tujuannya adalah melindungi pasien, orang lain dan staff dari
bahaya. Prinsipnya adalah pembatasan gerakan, isolasi,
pembatasan input sensoris.
 Pengekangan
 Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan fisik pasien,
serta melindungi pasien dan orang lain dari cedera
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan & Sadock. (1998). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis
Edisi VII Jilid II. Jakarta : Bina Aksara.
Keliat , Budi Ana. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. EGC :
Jakarata.
Riyadi, S & Teguh, P. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siahaan, G.T. (2008). Hubungan Harga Diri Dengan Makna Hidup
Pada Narapidana. Skripsi Tidak Diterbitkan Universitas Sumatera Utara.
Stuart & sundeen. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing ed 4. St
louis : The CV Mosby year book.
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai