Anda di halaman 1dari 39

EPISTAKSIS

&
PENATALAKSANAAN

Oleh:
dr. Azwan Mandai Sp.THT-KL

SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN


RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM / PERHATI – KL
CABANG KEPRI
2017
ANATOMI HIDUNG
• Hidung berada pada 1/3 tengah horizontal wajah
dan pada 1/5 tengah vertikal wajah
• Struktur hidung luar terdiri dari :
1. Kulit
2. Tulang
3. Kartilago
4. Jar. Ikat
5. Otot
6. Saraf
TULANG HIDUNG

Prosesus nasalis os frontal

Os Nasalis Sutura naso-frontalis

Sutura frontomaxillaris
Sutura internasalis

Sutura intermaxillaris

Prosesus frontalis os maksila


VASKULARISASI HIDUNG

• Cabang a.karotis eksterna :


– a. sfenopalatina
– a. palatina desendens
– a. labialis superior
• Cabang a. karotis interna :
– a. etmoidalis anterior
– a. etmoidalis posterior
VASKULARISASI SEPTUM NASI
VASKULARISASI DINDING LATERAL
KAVUM NASI
PLEKSUS KISSELBACH

• Superfisial di mukosa septum anterior


• Sumber epistaksis anterior terbanyak
EPISTAKSIS

• Definisi
→keluarnya darah dari hidung yang merupakan
gejala atau manifestasi penyakit lain,
penyebabnya bisa lokal atau sistemik
EPIDEMIOLOGI

• Jarang terjadi pada bayi


• Epistaksis anterior lebih sering pada anak-anak &
dewasa muda
• Epistaksis posterior sering pada usia yang lebih tua,
terutama ♂ dengan penyakit hipertensi dan
arteriosklerosis
ETIOLOGI
Lokal Sistemik
Trauma Penyakit kardiovasuklar
Infeksi lokal Kelainan darah
Neoplasma/ Tumor Kelainan kongenital
Kelainan pembuluh darah Infeksi sistemik
(lokal)
Kelainan anatomi Gangguan hormonal
Benda asing Perubahan udara/
tekanan atmosfer
ETIOLOGI LOKAL

TRAUMA
Mengorek hidung, benturan,
bersin, mengeluarkan ingus terlalu
keras
Kena pukul, jatuh, kecelakaan,
trauma pembedahan

Benda asing tajam

Spina septum, deviasi/ perforasi


anterior septum
ETIOLOGI LOKAL
• Rhinitis
INFEKSI LOKAL
• Sinusitis
• Hemangioma
Neoplasma
• Angiofibroma
Kelainan • Lebih tipis, lebar, jaringan ikat dan
Pembuluh Darah sel lebih sedikit

Kelainan anatomi • Deviasi septum

Benda asing
ETIOLOGI SISTEMIK

• Hipertensi
Kelainan • Arteriosklerosis
Kardiovaskular • Diabetes melitus

• Hemofilia
• Leukemia
Kelainan Darah • Trombositopenia

• Hereditary hemorrhagic telengiectasis


Kelainan Osler-Rendu-Weber Disease
Kongenital • Von Willenbrand Disease
ETIOLOGI SISTEMIK

•DHF
Infeksi sistemik

Gangguan •Wanita hamil


hormonal •Menopouse

Perubahan •Cuaca dingin/kering


udara/ tekanan •Zat kimia tempat industri
atmosfer
SUMBER PERDARAHAN

epistaksis

Anterior Posterior

Peksus A. Ethmoidalis A. Ethmoidalis A.


Kisselbach anterior posterior Sphenopalatina
DIAGNOSIS

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
• Awal terjadinya perdarahan
• Riwayat perdarahan sebelumnya,
• Aliran darah
• Lama perdarahan dan frekuensinya,
• Kecendrungan perdarahan,
• Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga,
• Riwayat Penyakit degeneratif
• Riwayat trauma hidung yang belum lama,
• Obat- obatan, misalnya aspirin, fenilbutazon
(butazolidin)
PEMERIKSAAN FISIS.

KU, tanda Rinoskopi Rinoskopi


vital anterior Posterior
• Pemeriksaan hidung untuk menentukan lokasi dan
penyebab perdarahan.
• trauma nasal → adanya septal hematoma yang
tampak berupa masa hitam kebiruan
• Terkadang dapat dilihat hemangioma mukosa
atau telangiektasis.
• Jika tidak dijumpai sumber perdarahan namun
ditemukan darah yang menggalir di tenggorokan.
Kemungkinan asal perdarahan dari posterior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Darah lengkap
• Skrining koagulopati → PT, APTT, trombosit, dan
waktu perdarahan.
• Radiologi
• CT-Scan → curiga neoplasma
• Endoskopi hidung
PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS (1)

TUJUAN :
• Perbaiki keadaan umum
• Hentikan perdarahan
• Cegah komplikasi
• Cegah epistaksis berulang
PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS

Posisi duduk, setengah duduk, berbaring.


Anak: dipangku dan dipeluk, kepala tegak.

1. Perbaiki K.U: tensi, nadi, jalan napas


2. Cari sumber perdrhan: isap atau
tampon pantokain-adrenalin 5-10 menit
3. Hentikan perdarahan
4. Cari faktor penyebab dan komplikasi 
pemeriksaan penunjang
HENTIKAN PERDARAHAN

• Epistaksis Anterior:
• Tekan/pencet hidung
• Kaustik AgNO3 25-30%, asam trichlor asetat
• Tampon anterior (kapas/kasa + vaselin,
betadin/salep antibiotika)
• Epistaksis posterior:
• Tampon posterior (Bellocq) / Kateter Foley
• Ligasi arteri
DUDUK
TENANG
PIJIT 10-15 MENIT
KAUSTIK PLEKSUS KISSELBACH
TAMPON ANTERIOR
TAMPON ANTERIOR
TAMPON ANTERIOR

Endang Mangunkusumo 2006 Endang Mangunkusumo 2006

Cara menyusun tampon hidung anterior


TAMPON POSTERIOR

Endang Mangunkusumo 2006

* Sering perlu juga dipasang tampon anterior untuk menekan dari depan
• Kateter Foley
KOMPLIKASI EPISTAKSIS

• Aspirasi ke saluran nafas bawah


• Syok
• Anemia
• Gagal ginjal
• Infark miokard- kematian
• Pemasangan tampon  rinosinusitis, otitis media,
septikemia dan toxic shock syndrome (2-3 hari
ganti)
• Hemotimpanum dan bloody tears
MENCEGAH PERDARAHAN BERULANG

• Diatasi dengan pemasangan tampon


• Mencari penyebab :
• Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
• Fungsi hepar dan ginjal
• Gula darah
• Hemostasis
• Foto polos atau ct scan sinus
• Konsul ipd atau anak
RUJUKAN

Kecurigaan Tumor

Epistaksis berulang
DAFTAR PUSTAKA
• Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
2012. Hal 131-135.
• Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies buku ajar penyakit THT. Alih bahasa: Caroline
W. Edisi VI. Jakarta. EGC Penerbit buku kedokteran, 1997: 174-88; 224 – 37.
• Probst, R. dkk. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. New York. 2006 p.1-14.
• Probst, R. dkk. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. New York. p.32-34. 2006
• Nguyen A Quoc.epistaxis-overview. Available from
http://www.emedicine.medscape.com/artickle. diakses pada 5 Oktober 2015.
• Pope LER, Hobbs CGL. Epistaxis: An Update on Current Management. Postgrad
Med J 2005; 81: 309-14.
• Adams, George L, dkk. BOIES Buku
Ajar Penyakit THT edisi 6. EGC. Jakarta. 1997.
• Buku Acuan: Modul Hidung Epistaksis.Ed 1.Kolegium ilmu kesehatan THT-KL.2008.
• Ballengers Othorhinolaryngology Head and Neck Surgery. BC Decker. Illinois. 2003.p
756-757.
• Thaller, Seth, R, et al. Diagram Diagnostik Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. EGC.
Jakarta.1990. p, 89-93.
• Lubis Bidasari. Tatalaksana Epistaksis Berulang pada Anak. Dalam Sari Pediatri. Vol
9. 2007, hal 75-79.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai