ILMU KESEHATAN
PRESENTASI KASUS
Polip Nasi et Sinusitis Kronik
Pembimbing: dr. Maria Chrisma P., Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IDENTITAS PASIEN
•Nama : Sdr. D
•Umur : 17 tahun
•Tanggal Lahir : 4 September 2006
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Alamat : Kriuran, Grobagan, Magelang
•Agama : Islam
•Tanggal Masuk : 15 Januari 2024
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Hidung kanan tersumbat
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Baik
• GCS : E4V5M6
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu badan : 360 C
Pernapasan : 20 x/menit
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 169 cm
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Kepala : Normocephal
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Telinga : gangguan pendengaran (-)
Hidung : kanan agak sesak (+)
Tenggorokan : nyeri telan (-) , sulit Ekstremitas : tidak ada keluhan, dbn, CRT
menelan (-) < 2 detik
Status THT :
- Inspeksi : kelainan anatomis (-), scar (-) epitaksis (-), terdapat massa
pada nasal dextra
DIAGNOSIS
Dx primer : Polip nasi dextra
Dx Sekunder : Sinusitis Kronik
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TATALAKSANA
Non Farmakologi
Pro fess nasal dextra & konkotomi sinistra
Farmakologi
Post Op Obat dibawa pulang
PEMBAHASAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Anatomi Hidung
Hidung luar berbentuk pyramid dengan
bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu
pangkal hidung (Bridge), batang hidung
(Dorsum nasi), puncak hidung (Tip), ala nasi,
kolumela, dan lubang hidung (Nares
anterior). Hidung luar dibentuk oleh
kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa
otot kecil yang berfungsi melebarkan dan
menyempitkan lubang hidung. Kerangka
tulang terdiri dari tulang hidung (Os nasal),
prosesus frontalis os maksila, dan prosesus
nasalis os frontal. Sedangkan tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
(Alar mayor), dan tepi anterior kartilago
septum
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Polip Nasi
Polip Nasi
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
• Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
• Insiden polip hidung meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan paling tinggi
pada rentang usia 40-60 tahun. Polip hidung jarang terjadi pada anak – anak.
• Makroskopis, pembentukan polip sering diasosiasikan dengan secara makroskopis
polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau
lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau
multiple dan tidak sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip
yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya
aliran darah ke polip.
• Mikroskopis, tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu
epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab. Sel-selnya terdiri dari
limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa mengandung sel-sel
goblet, pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Patofisiologi
• Teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan
atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit di
kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh
reepitealisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi
peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang
berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.
• Polip terjadi karena ketidakseimbangan saraf vasomotor sehingga
permeabilitas kapiler meningkat dan regulasi vascular terganggu yang
mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan
menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip.
• Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar
menjadi polip dan kemudian akan turun kerongga hidung dengan
membentuk tangkai.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Gejala
• Hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampaiyang berat,
rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau
anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung
disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai infeksi
sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore
purulen.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Pemeriksaan Fisik
• Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung
tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus
medius dan mudah digerakkan
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Stadium Polip
a. Stadium 1 : polip masih terbatas dimeatus medius
b. Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi
belum memenuhi rongga hidung
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tomografi computer bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan
di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip
atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama diindikasikan pada kasus
polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis
dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN Tatalaksana
Polip tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid
intranasal dibandingkan polip tipe neutrofilik. Untuk polip, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid:
1. Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari,kemudian dosis diturunkan
perlahan-lahan (tappering off ).
2. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc,tiap 5-7 hari sekali,
sampai polipnya hilang.
3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering
digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatan kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini
sangat kecil, sehingga lebih aman.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif
dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar
polip atau cunani dengan analgesi lokal, etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk
polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.
Yang terbaik hika tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan FESS (functional
endoscopic sinus surgery).
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Sinusitis Kronik
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Sinusitis Kronik
• Sinusitis kronis adalah peradangan kronis pada sinus atau saluran hidung yang terjadi
selama lebih dari 12 minggu. Sinusitis berulang didefinisikan sebagai lebih dari empat
episode sinusitis dalam jangka waktu satu tahun. Sinusitis kronis dapat muncul
sebagai sinusitis kronis tanpa polip hidung dan sinusitis kronis dengan polip hidung.\
Patofisiologi
• Ada empat rongga sinus berpasangan: rongga sinus ethmoid, sphenoid, frontal, dan
maksilaris. Rongga berpasangan ini memungkinkan udara disaring selama inhalasi.
Agar antigen dapat disaring dan dikeluarkan, sinus perlu dikeringkan. Peradangan
kronis dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran hidung, menghambat drainase,
dan menurunkan tekanan oksigen. Hal ini menciptakan fokus bagi bakteri untuk
menumpuk. Disfungsi silia atau kelainan struktural selanjutnya dapat memperburuk
sinusitis.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Gejala Klinis
3) Obstruksi hidung: hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada salah satu atau
kedua saluran hidung atau menyebabkan pernapasan melalui mulut.
•Gejala sinusitis kronis lainnya adalah hiposmia (penurunan indera penciuman),
sakit kepala, sakit telinga, halitosis (bau mulut), sakit gigi, batuk, atau kelelahan.
Gejala akan muncul selama lebih dari 12 minggu. Sinusitis berulang terjadi dengan
empat episode sinusitis dalam satu tahun.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN Tatalaksana
1. Pengurangan Pemicu
Tes alergi dapat membantu mengidentifikasi pemicu lingkungan yang harus dihindari pasien.
2. Manajemen medis
• Steroid hidung harus digunakan dengan atau tanpa irigasi garam hidung. Perawatan harus
berlangsung setidaknya delapan hingga 12 minggu dengan penggunaan yang tepat.
• Irigasi salin hidung lebih rendah dibandingkan steroid hidung. Namun, irigasi garam hidung
bisa menjadi tambahan yang berguna. Irigasi saline hidung volume tinggi ditemukan lebih
efektif dibandingkan teknik semprotan hidung volume rendah.
• Antihistamin hanya boleh digunakan jika diduga ada komponen alergi.
• Antibiotik dapat diberikan untuk jangka waktu tiga minggu. Namun, tidak ada konsensus
mengenai penggunaan rutin obat ini pada sinusitis kronis, dan tidak ada konsensus mengenai
pemilihan antibiotik.
• Steroid oral dapat digunakan. Namun penggunaannya tidak diindikasikan secara rutin.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN Tatalaksana
3. Polip Hidung
• Sinusitis kronis dengan polip harus diobati dengan steroid hidung topikal. Jika parah atau
tidak responsif terhadap terapi setelah 12 minggu, pemberian steroid oral jangka pendek
dapat dipertimbangkan.
4. Manajemen Bedah
• Bedah sinus endoskopi fungsional dapat dipertimbangkan untuk pasien yang gagal dalam
penatalaksanaan medis. Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk menghilangkan
penghalang, mengembalikan drainase dan pembersihan mukosiliar, dan untuk ventilasi sinus.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KESIMPULAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Kesimpulan
• Pasien remaja usia 17 tahun datang di bawa oleh keluarganya ke Poli THT RSUD Tidar Kota
Magelang dengan keluhan hidung kanan tersumbat dari 6 bulan yang lalu, keluhan makin
memberat jika dalam kondisi dingin. Demam (-), keluhan lain yang dirasakan pasien jika
dingin hidung terasa mampet dan meler. Pasien memiliki riwayat alergi dingin.
• Pada saat pemeriksaan fisik nasal didapatkan polip nasal dextra kanan. Pasien di diagnosis
polip sinonasal dextra.
• Tatalaksana pasien tersebut adalah pro fess dextra dan konkotomi sinistta. Setelah dilakukan
tindakan operasi tersebut keluhan sumbatan pada hidung berkurang dan merasakan lebih baik.
Pasien diberikan obat pulang : Marimer 3x1 puff, Levofloxacin 500 mg 1x1, Paracetamol 500
3x1, Asam traneksamat 500 mg 2x1, Metilprednisolon 2x.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN