OPERASI TEKNIK KIMIA I

KI 1101

Fixed Bed dan Fluidized Bed

Program Studi Teknik Kimia

Jurusan Teknologi Industri dan Proses
 FIXED BED

 Diisi dengan partikel, biasanya bentuknya non-spherical

 Untuk meningkatkan surface
 Untuk meningkatkan void fraction
 Menurunkan pressure drop
 Untuk analytical calculation, asumsikan semua partikel
identik
 Fixed bed
 Assume quick adsorption (rate of adsorption is high)
 Menghitung surface area partikel dibutuhkan untuk
operasi

 Sphericity
 Volume of particle = Vp Ap , As,
 Surface Area of particle = Ap Vp Vs
 Surface Area of sphere of same volume (Vs =Vp) = As
 Sphericity = As/Ap
 May be around 0.3 for particles used in packed beds
 lower sphericity ==> larger surface area
 Fixed bed
 Specific surface area = Ap /Vp
 Minimal value untuk sphere
 Beberapa buku menggunakan symbol ‘S’ untuk
menunjukkan area (ada juga yang memberi symbol
‘A’)
 Asumsikan semua partikel identik
 ==> semua partikel memiliki specific surface area
yang sama

Rings (Raschig,etc) Tarus saddle

Pall Ring
 
VOID FRACTION
Volume reactor = V R
 Jumlah partikel = Np
 Volume satu partikel = Vp
 Volume semua partikel = Vp * Np = VALL-PARTICLES

VVOIDS
Void fraction    VR  VALL  PARTICLES
VR 
VR
V V N
 R P P
VR
 Dengan mengetahui void fraction, kita dapat
mencari volume reactor yang
 Jika diketahui volume reactor, void fraction and Vp, VR 1   
maka kita dapat menghitung jumlah partikel NP 
VP
 PRESSURE DROP
 Untuk menghitungpressure drop
 Beberapa kuantitas yang harus diketahui untuk menghitung
pressure drop adalah lebar column, void fraction, diameter
partikel, flow rate of fluid, viscosity and density
 Berlaku equations untuk dua regim (turbulent and laminar)

 Pressure drop meningkat/naik berdasarkan

 velocity
 viscosity
 Berbanding terbalik dengan radius
 Fixed bed - pressure drop
calculation (Laminar flow)
 Untuk menghitung pressure drop, gunakan Force balance
Force  P Area
 D2
Area where flow occurs = 
4
 D2
 Force  P 
4
 Resistance : karena Shear  Force  Contact area
 Hitung Contact Area
 Hitung shear stress
 Fixed bed - pressure drop

calculation (Laminar Flow)
Find contact area
Wetted Area= N p Ap VR 1    =VR 1   
Ap
= Ap Vp
Vp

 Untuk menghitung shear stress, untuk LAMINAR FLOW

dV  r2 
   V  Vmax 1  2  Vmax  2 Vavg
dr r R  R 
 Disini V menyatakan velocity untuk flow dalam tube

2  Vmax 4  Vavg 8 Vavg

  
R R D
 However, flow is through bed, NOT a simple tube
 Fixed bed - pressure drop

calculation (Turbulent
Pressure drop dan shear stress equations
Flow)
 D2 Force  Contact area
Force  P 
4

 Untuk high turbulence (high Re),

f

f  =constant
1 V 2
2 avg
  =constant 1 Vavg
2
Re
2

Dengan V0
 Vavg  V02
  =K 
2
 Fixed bed - pressure drop
calculation (Turbulent Flow)
Dalam average particle diameter Dalam specific surface area

 V02   6   V02    Ap 
P   K  3   L 1     P   K  3   L 1      
    Dp      Vp 
  

 Nilai K berdasarkan experiments ~ 7/24

 Bagaimana jika turbulensi tidak terlalu tinggi?
 Menggunakan kombinasi laminar + turbulent pressure drops:
valid untuk semua regim!
150  LV0 1   
2
 7  LV02 1    
PLaminar   PTurbulent   
D p 2 3  4 D p 3
 

150  LV0 1    7  LV02 1   

2
Ergun Equation
Ptotal  
Dp 
2 3
4 D p 3
for packed bed
 Fixed bed - pressure drop calculation
(Laminar OR Turbulent Flow)
150  LV0 1    7  LV02 1   
2
Ergun Equation
Ptotal  
Dp 
2 3
4 D p 3
for packed bed
 Jika velocity sangat rendah, bagian turbulent pressure
drop diabaikan
 Jika velocity sangat tinggi, bagian laminar diabaikan
 Beberapa equation untuk menyatakan friction factor
  laminar   turbulent
f  f 
1 V 2 1 V 2
2 avg 2 avg   Ap  
 2 V0 1     V   7 V 2
  p
  02
  2
 24 
 
f   
1 V 2
2 avg
 Fixed bed - pressure drop
calculation (Laminar OR
  Turbulent Flow)
  Ap  
 2  V0 1    Vp   2
     K  V0
 2  2   Ap  
   4  1     Vp   7
f  
    
1  V02
 V0  12
2 2  
 
 Untuk pressure drop, kita kalikan bagian laminar dengan
2 (based on data) . Untuk bagian turbulent, konstanta
juga based on data
 Identik dengan...
  Ap     Ap  
 100 4  1     Vp   7  25  1     Vp   7
       
f  
 48 V0  12  3V0  12
   
   
 Fixed bed - pressure drop
calculation (Laminar OR
 Turbulent
    
Flow)
 Ap     6 
  Vp   7  25 1     D   7
25 1
f       p
3V0  
  12  3V0  12
   
   
 Dikalikan 3 untuk kedua sisi
 150 1     7  150 1     7
3f  
 3f  
D p V0  D p V0  4
  4  

 Packed bed friction factor = 3 f

 150 1    
fp  3 f     1.75 Eqn in McCabe and Smith
 Re p
 
Reynolds number for packed bed
 Fixed Bed
 Alternate method untuk Ergun equation (atau korelasi yang sama)
 Gunakan Dimensional analysis
P  dependent variable

 ( with out subscript, means fluid density or  f )

Dp , L, Vo ,  , Dcolumn ,  ,  (i.e. sphericity)

P D p
2
D pVo  D p
 f( , ,  , )
Vo2 L  Dcolumn
 FLUIDISASI

 APLIKASI FLUIDISASI
 PENGERTIAN FLUIDISASI
 LAJU ALIR PADA FLUIDISASI MINIMUM (VOM)
 TIPE FLUIDISASI
 FLUID-SOLID CONVEYING; PNEUMATIC
CONVENYING
 APLIKASI FLUIDISASI

Sistem operasi dalam proses kimia yang

menggunakan konsep fluidisasi:

• Reaktor (fluidized bed reactor)

• Pengeringan (fluidized bed drier)

• Transportasi partikel
 PENGERTIAN FLUIDISASI
P2
Bila suatu fluida cair atau gas dialirkan
melalui unggun (tumpukan partikel
padat), penurunan tekanan (pressure
drop) fluida akibat dari hambatan
partikel padat mengikuti persamaan
Ergun:

P2 < P1 P.g c S.DP3 150.(1  )

  1,75
L .Vo (1  ) S.DP Vo . / 
2

P1 Porositas unggun: 0,55 –

0,75
P = P1 - P2
Unggun diam
 PERSAMAAN ERGUN ?
P.g c S.DP3 150.(1  )
  1,75
L .Vo2 (1  ) S.DP Vo . / 

S = sphericity, perbandingan luas permukaan bola terhadap

luas partikel sesungguhnya pada volume yang sama
 = bed porosity, perbandingan volume rongga/sela unggun
terhadap volume unggun
Vo = superficial velocity, Vo = V., V = laju alir rata-rata
L = tinggi unggun
 = density fluida
Dp = diameter partikel
PENGERTIAN FLUIDISASI (CONT.)

 Jika laju fluida (aliran gas)

dinaikkan maka pressure
drop oleh tahanan partikel
padat juga meningkat.
P meningkat

 Jika laju alir fluida terus

ditingkatkan, partikel padat
mulai tergerak dan
terangkat sampai terjadi
suspensi sempurna
(fluidized bed)
P konstan
Unggun Unggun
diam terfluidaka
n
PENGERTIAN FLUIDISASI (CONT.)

 Bila laju alir fluida dinaikkan lagi,

maka partikel zat padat akan
ikut mengalir seperti fluida, yang
biasanya dimanfaatkan untuk
transportasi zat padat bentuk
partikel halus (pneumatic
convenyor)
PRESSURE DROP DAN TINGGI UNGGUN

Fluidized bed
Fixed bed C
L

Pressure drop dan tinggi bed

B
L A
P P

VOM Superficial velocity, VO

A = partikel masih diam; B = saat mulai terfluidakan

Udara / fluidisasi menurun; BC = fluidisasi sempurna
KECEPATAN FLUIDISASI MINIMUM
• Persamaan mengenai kecepatan minimum fluidisasi bisa didapatkan dengan
membuat pressure drop melintas bed itu sama dengan berat bed persatuan
luas penampang, dengan memperhitungkan gaya apung dari fluida yang
dianjakkan :

 Pada awal fluidisasi, ε merupakan εM (jika partikel itu berpori, ε ialah fraksi kosong luar
hamparan itu)
• Persamaan Ergun untuk pressure drop pada bed dapat disusun sebagai :

 Jika persamaan diatas diterapkan untuk titik fluidisasi awal, maka didapatkan suatu
persamaan kuadrat untuk kecepatan fluidisasi minimum V0M :

 Untuk partikel yang sangat kecil, hanya suku aliran laminar pada persamaan ergun yang
signifikan. Dengan Nre,p<1, Persamaan kecepatan fluidisasi minimum menjadi :
FLUIDISASI MINIMUM

Pressure drop unggun diam:

P.g c S.DP3 150.(1  )
  1,75
L .Vo2 (1  ) S.DP Vo . / 

Pressure drop unggun

terfluidakan:
g
P  (1   M )(P  )L
gc

150..VoM (1   M ) 1,75..VoM2
1
g.( P  )  
S2 .D 2P  3M S .D P  3M
LAJU ALIR SEMU GAS PADA FLUIDISASI MINIMUM

Dua kondisi ekstrim

150..VoM (1   M ) 1,75..VoM2
1
g.( P  )  
S2 .D 2P  3M S .D P  3M

NRe,P < 1
NRe,P > 1000

150..VoM (1   M )
g.( P  )  1,75..VoM2
1
S2 .D 2P  3M g.( P  ) 
S .D P  3M

g.( P  )  3M S .D P .g.( P  ) 3M

VoM  S2 .D 2P VoM 
150. (1   M ) 1,75.
LAJU ALIR SEMU GAS PADA FLUIDISASI MINIMUM (cont.)

Bilangan Reynold partikel :

D P .U t . NRe,P < 1000

N Re,P 
 g.D 2P ( P  )
Ut 
18.
DP = diameter partikel
Ut = terminal velocity NRe,P = 1000 - 20000
 = density fluida
 = viskositas fluida 1,75.g.D P ( P  )
Ut 
