Anda di halaman 1dari 16

ROBEKAN JALAN LAHIR

KELOMPOK 2 :  Devi pratiwi


 Siti rani Angelina  Ventalia
 Dea Istiwiranda
 Rizka anadya pratiwi  Thri heni astati
 Gilmore Nusawakan
 Agatha ronela halpa  Ayu lasari
 Marscha Ruhupatty
 Efiyanti makalamalai  Puspita Dewi
 Kholda Rifqoh Halillah
 Febriyani loro  Florentia Hiashinta
 Sandrina silvi
 Merlyn alle  Yuli Mulyati
 Kiki
 Hanifah mulyasari
 Vera septiyanti
 Siti hasanah
 Fransiska Firanda
 Felisia kiki samalo
 Mia Lupita Ningsih
ROBEKAN JALAN Perdarahan pada keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
LAHIR kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir. perlukaan ini dapat terjadi oleh karena kesalahan sewaktu
memimpin suatu persalinan, pada waktu persalinan operatif melalui vagina seperti
ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, atau trauma akibat alat-alat yang dipakai. Selain
Prinsip Dasar itu perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena disengaja, seperti pada
tindakan episiotomi.
Gejala yang sering terjadi antara lain pucat, lemah, pasien dalam
keadaan menggigil

Rupture perineum di bagi Perlukaan pada jalan lahir dapat


menjadi 4 tingkatan. Namun terjadi pada dasar panggul berupa
wewenang seorang bidan hanya episiotomi atau robekan perineum
pada tingkatan I dan II. robekan serviks, dan rupture uteri
PRINSIP
UMUM Robekan jalan lahir yang sering terjadi
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi di garis adalah robekan pada perieum, robekan
tengah dan biasa menjadi luas apabila kepala janin lahir perineum yang melebihi derajat 1, harus di
terlalu cepat. Yang merupakan salah satu penyebab jahit dengan penderita berbaring secara
kematian ibu adalah perdarahan yang salah satunya litotomi dilakukan pembersihan luka dengan
disebabkan oleh laserasi jalan lahir. cairan antiseptic dan luas robekan
ditentukan dengan seksama.

Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : Pada derajat 2, setelah diberi anastesi local
dinding depan rectum yang robek dijahit, otot-otot diafragma urogenetalis
kemudian fasia prarektal ditutup, dan dihubungkan digaris tengah dengan jahitan
muskulus sfingter ani eksternus yang robek dan kemudian luka pada vagina dan kulit
dijahit. Lakukan penutupan robekan, perineum ditutup dengan mengikutsertakan
Sedangkan pada derajat 4 dilakukan rujukan. jaringan dibawahnya.
Robekan Perinium Laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.
Sedangkan luasnya laserasi ditentukan berdasarkan kedalamannya.

2
1 3
Faktor Janin
Faktor Maternal : 1) Janin Besar Faktor Penolong Persalinan
 Partus presipitatus 2) Presentasi defleksi 1) Cara memimpin mengejan
 Mengejan terlalu kuat 3) Presentasi bokong dan dorongan pada fundus
 Perineum yang rapuh 4) Distosia bahu uteri
dan oedema 5) Kelainan kongenital 2) Ketrampilan menahan
 Primipara seperti Hidrosefalus perineum pada saat ekspulsi
 Kesempitan pintu kepala
bawah panggul 3) Anjuran posisi meneran
 Varises Vulva 4) Episiotomi
 Kelenturan jalan lahir
 Derajat 1 : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum
Derajat  Derajat 2 : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum, otot perineum
 Derajat 3 : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani
 Derajat 4 : mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani dan
dinding depan rektum.
Pencegahan Terjadinya ruptur
Perineum

Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Janin bekerjasama dengan ibu
selama persalinan dan gunakan manufer tangan yang tepat untuk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu
mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi dengan diameter 5-6 cm telah
membuka vulva (crowning). Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu pada jaringan vagina dan
perineum untuk melakukan penyesuaian dan akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala mendorong
vulva dengan diameter 5-6 cm bimbing ibu untuk meneran dan berhenti untuk beristirahat atau bernapas dengan cepat.
1. Mempersiapkan Penjahitan
Penatalaksanaan

1) Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi10) Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa
tempat tidur meja. laserasi/ sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau lebih jauh
2) Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu. untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat.
3) Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehinnga perineum padat Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati –hati dan
dilihat jelas. angkat jari tersebut perlahan –lahan untuk mengidentifikasi sfinter ani.
4) Gunakan teknik aseptik pada saatmemeriksa robekanatau episiotomi, Raba tonus atau ketegangan sfinger. Jika sfingter terluka, ibu mengalami
memberikan anastesi lokal dan menjahit luka. laserasi derajat tiga atau empat dan harus segera dirujuk. Ibu juga dirujuk
5) Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. jika mengalami laserasi serviks.
6) Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril. 11) Ganti sarung tangan sengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
7) Dengan menggunakan aseptik, persiapkan peralatan dan bahan – bahan steril yang baru setelah melakukan pemeriksaaan rektum.
disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan. 12) Berikan anastesi lokal.
8) Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah13) Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang.
dilihat dan panjahitan tanpa kesulitan. 14) Gunakan benang kronik 2-0 atau 3-0, tempatkan jarum pada pemegang
9) Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit jarum tersebut(APN 2012).
vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan
darah yang ada sambil menilai dalam luasnya luka.
Penatalaksanaan Menurut nugroho
(2012)
1) Sebelum merepair luka episiotomy, laserasi jalan lahir harus
diekpose/ditampilkan dengan jelas, bila diperlukan dapat
menggunakan bantuan speculum sims.
2) Identifikasi apakah terdapat laserasi serviks, jika harus direpair
terlebih dahulu.
3) Masukkan tampon atau kassa kepuncak vagina untuk menahan
perdarahan dari dalam uterus untuk sementara sehingga luka
episiotomi tampak jelas.
4) Masukkan jari ke II dan III dalam vagina dan regangkan untuk
dinding vagina untuk mengekpose batas atas (ujung) luka.
5) Jahitan dimulai 1 cm prosimal puncak luka, luka dinding vagina
dijahit kearah distal hingga batas commissura posterior.
6) Rekontruksi diapgrama urogenital (otot perineum) dengan
cromic catgut 2-0.
7) Jahitan diteruskan dengan penjahitan perineum.
Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan
ROBEKAN DERAJAT
I DAN II Maternal dan Neonatal
Derajat 1
Robekan ini kecil dan diperbaiki sesederhana mungkin. Tujuannya adalah merapatkan kembali jaringan
yang terpotong dan menghasilkan hemostatis. Pada rata-rata kasus beberapa jahitan terputus lewat
mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum sudah memadai. Jika perdarahannya banyak dapat
digunakan jahitan angka-8, jahitan karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih
menyenagkan bagi pasiennya.
Derajat 2

Robekan derajat kedua lapis demi lapis:


a) Jahitan terputus, menerus ataupun jahitan simpul digunakan untuk merapatkan tepi mukosa vagina dan
submukosanya;
b) Otot-otot yang dalam corpus perineum dijahit menjadi satu dengan terputus;
c) Jahitan subcutis bersambung atau jahitan terputus, yang disimpulkan secara longgar menyatukan kedua tepi kulit.
Next .......
Derajat 3
Robekan derajat ketiga yang total diperbaiki lapis demi lapis:
1) Dinding anterior rectum diperbaiki dengan jahitan memakai chromic catgut halus 000 atau 0000
yang menyatu dengan jarum. Mulai pada apex, jahitan terputus dilakukan pada submukosa
sehingga tunica serosa,musculusdan submukosa rectum tertutup rapat.
2) Garis perbaiki ulang dengan merapatkan fascia perirectal dan fascia septum rectovaginalis.
Digunakan jahitan menurus atau jahitan terputus.
3) Pinggir robekan spincter recti (yang telah mengerut) diidentifikasi dijepit dengan forceps allis
dan dirapatkan dengan jahitan terputus atau jahitan berbentuk angka- 8 sebanyak dua buah.
4) Mukosa vagina kemudian diperbaiki seperti pada episotomi garis tengah, dengan jahitan menerus
atau terputus.
5) Musculusperineus dijahit menjadi satu dengan jahitan terputus.
6) Kedua tepi kulit dijahit menjadi satu dengan jahitan subculus menerus atau jahitan terputus yang
disimpulkan secara longgar.
Next .......
Derajat 4
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang tampon dan kasa kedalam vagina (sebaiknya
digunakan tampon berekor benang)
3. Pasang jarum jait pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit (kromik no 2/0
5. Tentukan dengan jelas batas luka perineum
6. Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur menggunakan kromik no 2/0
7. Jahit fase perirektal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu kembali
8. Jahit fase septum rektovaginal dengn menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu kembali
9. Ujung otot sfingter ani yang terpisah karena robekan, diklem dengan menggunakan pean lurus
10. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2-3 jahitan anga 8 (figure of eight) catgut kromik no 20
sehingga bertemu kembali
11. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada robekan perineum
Robekan
Serviks

Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan bibir
belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks ditarik sedikit
untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan
dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk menghentikan
perdarahan.

 Partus presipitatus
 Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
 Melahirkan kepala pd letak sungsang scr paksa,
pembukaan belum lengkap
 Partus lama
PENJAHITAN ROBEKAN SERVIKS 6) Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan
1) Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada
septik ke vagina dan serviks apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber
2) Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak pendarahan.
dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks. Berikan petidin 7) Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan
dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin 8) Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan
untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap
3) Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat
untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat
4) Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu pendarahan. Selanjutnya :
5) Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan  Setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan
hati–hati. Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dikeluarkan.
dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh  Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
Rupture Uteri Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio
metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau
traumatik. Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan
lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam.
Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.

 Multipara / grande multipara


 Pemakaian oksitosin untuk induksi/stimulasi persalinan yang tidak tepat
 Kelainan letak dan implantasi plasenta (plasenta akreta, inkreta dan perkreta)
 Kelianan bentuk uterus (bikornis)
 Hidramnion

1) Ruptura uteri spontan Pembagian jenis menurut anatomik :


2) Ruptura uteri traumatik 1) Ruptura uteri komplit
3) Ruptura uteri jaringan 2) Ruptura uteri inkomplit
parut
1. His yang kuat dan terus menerus, nyeri hebat di perut bagian bawah, nyeri tekan, gelisah / seperti
Gejala Rupture Uteri
ketakutan, nadi dan pernapasan cepat, cicin van bandle meninggi.
2. Setelah terjadi rupture : syok, perdarahan, pucat, nadi cepat dan halus, pernapasan cepat dan dangkal, TD
menurun, saat di palpasi ada nyeri tekan, di perut bagian bawah teraba uterus kira – kira sebesar kepala
Rupture Uteri
Penanganan

bayi, umumnya janin sudah meninggal.


3. Jika rupture uteri akan timbul gejala meteorismus dan defence muscular sehingga sulit untuk meraba
bagian janin.

1. Pertolongan dengan laparatomi. Sebelumnya pasien diberi transfusi darah atau infus cairan garam fisiologik / ringer laktat untuk
mencegah terjadainya syok hipovolemik.
2. Umumnya histerektomi setelah janin di keluarkan, penjahitan luka robekan hanya dilakukan pada kasus-kasus khusu dimana pinggir
robekan masih segar dan rata serta tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi dan tidak terdapat jaringan yang rapuh dan nekrosis.
Histerorafi pada ibu yang sudah memiliki cukup anak di anjurkan untuk dilakukan pula tubektomi pada kedua tuba falopi, sedangkan pada
ibu yang belum mempunyai anak/merasa kurang di anjurkan pada persalinan berikutnya untuk dilkukan seksio sesarea primer.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai