Anda di halaman 1dari 51

ANALISA BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

DAN STAF DALAM PENGURANGAN


RESIKO INFEKSI DI RSUD X
OLEH: KELOMPOK II
ADE IRMA DAHLIA (NPM. 1806256105)
FRISKA (NPM. 1806170473)
MIRA DAMAYANTI (NPM. 1806170624)
NURIDHA FAUZIAH (NPM. 1806170725)
NUNI SURYANTI (NPM. 1706128275)
RATANTO (NPM. 1806261540)
TUJUAN PRESENTASI

Menjelaskan konsep mutu, keselamatan pasien dan budaya keselamatan pasien

Menjelaskan gambaran umum RSUD X

Memaparkan hasil capaian indikator sasaran keselamatan pasien RSUD X

Menganalisis masalah budaya keselamatan pasien dan staf di RSUD X

Membuat perencanaan kegiatan penjaminan keselamatan pasien dan staf di


RSUD X
OUTLINE PRESENTASI

ANALISA
INDIKATOR
MASALAH
GAMBARAN MUTU SKP POA CQI
BUDAYA
PENDAHULUAN UMUM DAN
KESELAMATAN
DENGAN KESIMPULAN
RUMAH SAKIT SURVEILLANCE SIKLUS PDCA
PASIEN DAN
HAIs RSUD X
STAF RS
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Kesalahan adalah penyebab utama kematian di bidang medis. Di seluruh dunia, diperkirakan 1 dari
setiap 300 pasien mengalami bahaya saat mendapatkan perawatan kesehatan, dan di negara maju,
diperkirakan satu dari sepuluh jumlah pasien yang dirugikan selama rawat inap. Kerugian ini
disebabkan oleh berbagai kesalahan medis atau efek samping. Ketika kesalahan medis terjadi, akan
berakibat pada peningkatan hari rawat di rumah sakit, biaya litigasi, infeksi terkait perawatan
kesehatan, kehilangan pendapatan, kecacatan dan biaya perawatan kesehatan tambahan (WHO,
2012). Namun, kesalahan medis dapat dicegah dan ini dapat dicapai melalui peningkatan semua
aspek keselamatan pasien (Ammouri et al, 2014)

Keselamatan pasien dipengaruhi oleh budaya organisasi dan dikenal sebagai "budaya keselamatan
pasien," yang mengacu pada nilai-nilai dan kepercayaan bersama anggota organisasi, dan norma-
norma organisasi terkait dengan keselamatan pasien. Peningkatan kesadaran tentang keselamatan
pasien telah menimbulkan kekhawatiran tentang budaya keselamatan pasien. Menurut laporan
IOM, meningkatkan budaya keselamatan pasien adalah tantangan terbesar dalam menciptakan
sistem perawatan kesehatan yang lebih aman yang dapat mempengaruhi kemungkinan kesalahan
medis dan kegagalan staf (Jiang et al., 2019)
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes, 2017).

Keselamatan pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar risiko dapat
diminimalisir. Perawat memiliki peran penting untuk mewujudkan tercapainya
keselamatan pasien dengan menjalankan perannya sebagai individu, kelompok
maupun institusi. Oleh karena itu, upaya peningkatan keselamatan pasien harus
dilakukan perawat dalam setiap proses asuhan keperawatan (Hariyati, et al., 2018).
KEBIJAKAN KESELAMATAN PASIEN

UU No. 1 Tahun 1970 UU No.13 Tahun UU No.36 Tahun UU No.44 Tahun


Tentang Keselamatan 2003 Tentang 2009 Tentang 2009 Tentang Rumah
Kerja Ketenagakerjaan Kesehatan Sakit

Permenaker No. 5 Kepmenkes No.432


PMK No. 1087 Tahun PMK No.11 Tahun
Tahun 1996 tentang Tahun 2007 tentang
2010 Tentang 2017 Tentang
Sistem Manajemen Pedoman
Standar K3 di RS Keselamatan pasien
K3 Manajemen K3 di RS

PMK No. 27 Tahun


2017 Tentang
SNARS 2018 JCI 2013
Pedoman PPI di
Fasyankes
(Hariyati, et al., 2018)
PENTINGNYA KESELAMATAN PASIEN
• Membuat kesehatan dan keselamatan pasien meningkat
Pasien • Pasien mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu
• Memberikan pengalaman yang positif bagi pasien

• Lingkungan kerja menjadi bebas risiko dan hazard


• Memunculkan perasaan positif tentang pekerjaan
Staf • Produktifitas kerja meningkat
• Retensi meningkat
• Membantu staf menjadi lebih berprestasi

• Kepatuhan terhadap keselamatan pasien meningkat


• Menciptakan generasi penerus yang berkualitas
Mahasiswa • Mahasiswas bebas risiko dan hazard biologis, fisik, kimia,
ergonomik dan psikososial

(Hariyati, et al., 2018)


PENTINGNYA KESELAMATAN PASIEN
Pentingnya keselamatan pasien bagi keperawatan dapat dilihat dari bagaimana kedudukan keselamatan
dalam asuhan keperawatan yang menjelaskan asuhan keperawatan mulai dari input-proses-output di
mana keselamatan pasien berperan penting dalam setiap prosesnya.

Man : Perawat
profesional,
mahasiswa,
- Tidak ada Accident,
kompetensi, 1. Pengkajian Injury, Insiden (KTD,
beban kerja 2. Perumusan KNC, KTC, KPC,
Money : Keuangan Diagnosis Sentinel)
Material : Fasilitas 3. Perencanaan - Kualitas pelayanan
Methods : Tujuan, budaya 4. Pelaksanaan - Kepuasan pasien
kerja, beban kerja, 5. Evaluasi - Kepuasan Perawat
metode asuhan
Machines :SIM pelaporan &
tindak lanjut
(Hariyati, et al., 2018)
Metode Peningkatan Mutu

Pendekatan yang sering diterapkan dalam peningkatan mutu


pelayanan kesehatan antara lain :

PDCA

Six
Kaizen
Sigma

Lean
Production
Philosophy
METODE PDCA
PDCA juga digunakan untuk menjelaskan
proses pekerjaan yang berulang atau untuk
merencanakan pengumpulan data dan
menganalisisnya untuk membuktikan dan
memprioritaskan akar masalah, dan
digunakan juga untuk melakukan
perubahan.
Plan : kenali peluang dan rencanakan perubahan.
Do : uji perubahan, lakukan penelitian skala kecil.
Check : tinjau data, analisis dan mempelajari hasilnya
(Graban & Swartz, 2012; Stanhope & Lancaster, 2014) dan identifikasi hasil
Act : lakukan tindakan berdasarkan hasil yang
didapat pada langkah check.

Jika perubaahan tidak berhasil, lakukan kembali siklus PDCA dengan rencana yang berbeda. Jika berhasil, maka kembangkan
program yang telah dipelajari menjadi perubahan yang lebih luas
MULTIMODAL HAND HYGIENE STRATEGY

WHO telah melakukan pengembangan berbasis bukti tentang kebersihan


tangan untuk mendukung fasilitas layanan kesehatan untuk meningkatkan
kebersihan tangan untuk mengurangi HAIs (WHO,2009).

WHO meluncurkan Multimodal Hand Hygiene Strategy pada tahun 2009


yang bertujuan untuk meningkatkan praktik kebersihan tangan di
seluruh dunia (WHO, 2009).

WHO juga sudah menunjukkan implementasi strategi yang layak dan efektif
untuk meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan, yang mengarah pada
pengurangan HAIs (Pfaffin, et.al., 2017).
LIMA KOMPONEN MULTIMODAL HAND HYGIENE STRATEGY
1. Perubahan sistem
Memastikan bahwa infrastruktur yang diperlukan tersedia untuk memungkinkan petugas kesehatan
mempraktikkan perilaku sehat untuk memutus rantai infeksi, seperti tersedianya fasilitas kebersihan
tangan sesuai standar agar petugas kesehatan dapat melakukan kebersihan tangan dengan benar.
2. Pendidikan dan Pelatihan
3. Evaluasi dan Umpan Balik
Pemantauan praktik kebersihan tangan, infrastruktur, persepsi dan pengetahuan petugas kesehatan,
sambil memberikan evaluasi dan umpan balik hasil.
4. Pengingat di Lingkungan
Mendorong dan mengingatkan petugas kesehatan tentang pentingnya kebersihan tangan
untuk memutus rantai infeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat poster, banner, leaflet
atau role model yang selalu memberi contoh dan mengingatkan petugas kesehatan pentingya
kebersihan tangan
5. Iklim Keselamatan Institusi
Menciptakan lingkungan dan persepsi lingkungan yang memfasilitasi peningkatan kesadaran
tentang pentingnya kebersihan tangan sebagai prioritas di semua tingkatan, termasuk partisipasi
aktif baik, kesadaran akan kapasitas untuk berubah dan meningkatkan (self-efficacy)
PIRAMIDA KESELAMATAN HEINRICH
Herbert Heinrich, tokoh yang
menetapkan salah satu teori
pencegahan kecelakaan
menyimpulkan bahwa
tingginya angka keparahan
insiden pada keselamatan dan
kesehatan kerja berasal dari
banyaknya insiden dengan
tingkat keparahan yang lebih
rendh dan kejadian nyaris
cedera yang dijelaskan dalam
bentuk segitiga atau piramida
keselamatan

Yorio & Moore (2018) dalam


Hariyati et al (2019)
HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN DI RSUD X

RSUD X adalah RS Tipe C milik Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan
yang terletak di Kota Lubuklinggau dan telah terakreditasi paripurna versi KARS 2012

SDM di RSUD X berjumlah 492 orang, terbagi atas 313 orang PNS dan 179 Non PNS.

16 dokter spesialis, 18 dokter umum, 3 dokter gigi, 5 apoteker, 197 perawat, 33 bidan, 58
penunjang medis, 162 manajemen dan staf

Memberikan pelayanan rawat jalan, gawat darurat, perawatan intensif, bedah sentral,
pemeriksaan penunjang, farmasi, rehabilitasi medik, dan rawat inap dengan 156 TT
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN DI RSUD X

RSUD X sudah memiliki pedoman pengoganisasian komite ppi, dan struktur


organisasinya sudah sesuai dengan PMK 27 tahun 2017 dan tertuang didalam
SK Direktur.

RSUD X telah memiliki Kebijakan, pedoman, panduan, dan SPO yang


berhubungan dengan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan
penurunan HAIs termasuk didalamnya tentang kebersihan tangan dan
bundles pencegahan HAIs SPO yang telah disosialisasikan kepada seluruh
karyawan

Rumah sakit telah menyediakan fasilitas kebersihan tangan seperti hand


rub, hand wash, tissue, dan media pengingat seperti poster, banner, leaflet,
dan video.
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN DI RSUD X

Telah dilakukan monitoring kewaspadaan standar. Survaillance HAIs, pelaporan


kejadian tertusuk jarum, monev hasil kultur alat reused, monev hasil swab
tangan oleh IPCN.

Telah dilakukan pendidikan dan pelatihan dasar pencegahan dan


pengendalian infeksi pada 140 orang perawat di RSUD X

Dengan kapasitas 156 tempat tidur RSUD X memiliki 2 orang IPCN yang
telah mendapatkan pelatihan IPCN dasar sesuai dengan pmk 27 tahun
2017 bahwa rasio kebutuhan IPCN dengan kapasitas tempat tidur adalah
1:100 TT.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN
PASIEN DAN SURVEILLANCE HAIs RSUD X
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Selama periode Januari-


Desember 2018, hasil
audit pemasangan gelang
identitas pasien rawat inap
menunjukkan bahwa pada
bulan Agustus, Oktober,
November dan Desember
capaian dibawah target.
Tren terendah terjadi pada
bulan November dengan
persentase 97.68%.
Penyebabnya adalah nama
pasien tidak ditulis
menggunakan dua suku
kata.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP I. Audit Pemasangan Gelang Identitas Pasien Rata-rata persentase audit


Periode Januari s.d Maret 2019 pemasangan gelang pasien
pada pelayanan rawat inap
100.00% 100.00%
100%
pada Bulan Januari sampai
dengan Bulan Maret 2019
100%
belum mencapai. Pada bulan
100% Januari terdapat 5 pasien yang
100% tidak menggunakan gelang
100%
identitas, minimal berisi 2
99.52%
identitas dengan persentase
100%
99.52%, dan pada bulan
99% selanjutnya sudah sesuai
99% standar pelayanan minimal
99%
dengan persentase 100%.
Jan Feb Maret
Target 100% 100% 100%
Capaian 99.52% 100.00% 100.00%
Rata-rata 99.84% 99.84% 99.84%
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Kepatuhan penandatanganan
read back oleh pemberi
instruksi dalam waktu 1x24
jam selama periode Januari-
Desember 2018 belum
mencapai standar yang telah
ditetapkan. Tren terendah
terjadi di bulan Agustus
dengan persentase 88,16%,
dan tren tertinggi di bulan
Oktober dengan persentase
99,68 %.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP 2. Kepatuhan Penandatangan Read Back oleh Pemberi Instruksi Kepatuhan Penandatangan
dalam Waktu 1x24 jam Periode Januari s.d Maret 2019 Read Back oleh Pemberi
Instruksi dalam waktu 1x24
102%
jam pada Bulan Januari
100%
98% 96.84% samapai dengan Bulan Maret
96% 2019 hampir mencapai
94% 91.88% standar yang telah ditetapkan.
92%
90%
Tren terendah selama periode
87.55%
88% ini adalah di Bulan Januari
86% 2019 dengan persentase
84%
87.55%, hal tersebut
82%
80%
dikarenakan ketidakpatuhan
Jan Feb Maret dokter terhadap SPO read
Target 100% 100% 100%
back.
Capaian 87.55% 96.84% 91.88%
Rata-rata 92.09% 92.09% 92.09%
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Kepatuhan pemberian label


obat-obatan high alert oleh
farmasi selama periode
Januari-Desember 2018
mencapai standar pada bulan
Februari, Agustus,
September, November dan
Desember. Tren terendah
terjadi pada Bulan Maret
2018 yaitu sebesar 87.35%,
ini. Setelah dilakukan
konfirmasi kepada petugas
farmasi, terjadi peningkatan
persentase kepatuhan pada
bulan berikutnya.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP 3. Kepatuhan Pemberian Label Obat-obatan High Alert oleh Kepatuhan pemberian label obat
Farmasi Periode Januari s.d Maret 2019 high alert oleh farmasi pada
101%
Bulan Januari dan Bulan Februari
100.00% 100.00%
100% 2019 sudah mencapai standar
100% yang telah ditetapkan dengan
persentase 100%. Tetapi pada
99%
bulan Maret 2019 masih
99%
ditemukan obat high alert yang
98% 97.84% tidak diberi label high alert
98% sebanyak 8 buah dengan
persentase 97.84%, hal tersebut
97%
dikarenakan ketidakpatuhan
97%
Jan Feb Maret petugas farmasi terhadap SPO
Target 100% 100% 100% pelabelan obat-obatan high alert.
Capaian 100.00% 100.00% 97.84%
Rata-rata 99.28% 99.28% 99.28%
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Persentase kepatuhan
pelaksanaan prosedur site
marking pada pasien yang
akan dilakukan tindakan
operasi periode Januari-
Desember 2018, hanya
mencapai standar pada
bulan Januari dan
Oktober. Tren terendah
pada Bulan November
yaitu 67,11 %.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP 4. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Site Marking Pasien Pre op Kepatuhan pelaksanaan prosedur
Periode Januari s.d Maret 2019
site marking pada pasien yang
101% akan dilakukan tindakan operasi
100% periode Januari-Maret 2019
99% belum mencapai standar. Tren
98%
96.88% terendah di Bulan Februari
97% 95.89% dengan persentase 94.20%,
96%
dimana ditemukan 4 pasien tidak
95% 94.20%
94%
diberikan site marking. Untuk itu
93% perlu dilakukan sosialisasi ulang
92% kepada Operator operasi tentang
91%
Jan Feb Maret
prosedur site marking pada
Capaian 100% 100% 100%
pasien yang akan dilakukan
Target 96.88% 94.20% 95.89% tindakan operasi.
Rata-rata 95.66% 95.66% 95.66%
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Kepatuhan Kebersihan
Tangan Petugas Kesehatan
Tahun 2018 belum
memenuhi target yang
telah ditetapkan. Capaian
target terpenuhi pada
Bulan Agustus–November.
Tren terendah pada bulan
Januari hanya 50,47% dan
tren tertinggi pada bulan
Nopember mencapai
88%.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Kepatuhan kebersihan
tangan petugas kesehatan
berdasarkan lima momen
di Januari-Desember 2018
tampak bahwa yang
belum mencapai standar
adalah momen I, II, dan V,
dimana tren terendah
pada bulan Januari untuk
momen I sebesar 39,67%,
momen II sebesar 48,10%,
momen IV sebesar
64,64%, dan momen V
sebesar 53,02%.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP 5. Kepatuhan Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan Persentase kepatuhan cuci


Periode Januari s.d Maret 2019 tangan oleh petugas kesehatan di
ruangan rawat inap periode
90.00% 88.22% Januari-Maret 2019 sudah sudah
88.00%
memenuhi standar yang telah
86.00% 84.54% 84.98%
ditelah ditentukan yaitu > 80%.
84.00%
82.00%
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
Jan Feb Maret
Target 80.00% 80.00% 80.00%
Capaian 84.54% 84.98% 88.22%
Rata-Rata 85.91% 85.91% 85.91%
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Kepatuhan kebersihan tangan petugas kesehatan berdasarkan lima momen di Januari-Maret 2019 tampak bahwa
yang belum mencapai standar adalah momen I pada bulan Januari untuk momen I sebesar 79,07%. Momen II, III, IV
dan V sudah mencapai standar diatas 80% meskipun belum ada yang mencapai 100%.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Persentase kepatuhan
pengisian assesmen ulang
pasien resiko jatuh periode
Januari-Juli 2018 belum
mencapai standar. Tren
terendah pada bulan Januari
dengan persentase 79.14%.
Setelah dilakukan sosialisasi
kembali tentang SPO pengisian
assesmen ulang risiko jatuh
dan pada bulan berikutnya
terjadi peningkatan kepatuhan
pengisian assesmen ulang
risiko jatuh, dimana bulan
Agustus-Desember 2018
kepatuhan pengisian assesmen
ulang risiko jatuh sudah
mencapai standar yang telah
ditetapkan yaitu 100%.
INDIKATOR MUTU SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD X

SKP 6. Kepatuhan Pengisian Assesmen Ulang Resiko Jatuh Rata-rata persentase kepatuhan
Periode Januari s.d Maret 2019 pengisian assesmen ulang
100.00% 100.00% pasien resiko jatuh periode
100% Januari sampai dengan Maret
2019 belum sesuai dengan
100%
standar. Tren terendah terjadi
99% dibulan Maret 2019 dengan
98.66%
persentase sebanyak 98.66%,
99% hal tersebut karena ketidak
patuhan petugas rawat inap
98%
dalam menjalankan SPO
98% Pengisian Assesmen Ulang
Jan Feb Maret Resiko Jatuh.
Target 100% 100% 100%
Capaian 100.00% 100.00% 98.66%
Rata-rata 99.55% 99.55% 99.55%
SURVEILLANCE HAIs RSUD X PERIODE JANUARI-DESEMBER 2018

HAls Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des

VAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19.6 16.7

IAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

IDO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

ISK 0 0 0 0 2.73 0 0 5.42 0 0 0 0

FLEBITIS 0.35 0.93 0.68 0.74 0.72 0.72 0.72 0.73 0 0.79 0 0

Surveillance HAIs menunjukkan kejadian HAIs Flebitis tren tertinggi mencapai 0,93 permil
(masih memenuhi standar dari Kemenkes yaitu ≤ 1 permil ). ISK pada Bulan Mei sebesar 2,73
permil (masih memenuhi standar Kemenkes ≤ 4,7 permil ) dan pada Bulan Agustus mencapai
5,42 permil (tidak memenuhi standar Kemenkes ≤ 4,7 permil ). Kejadian HAIs VAP pada Bulan
November sebesar 19,6 permil dan pada Bulan Desember 19,7 permil (tidak memenuhi standar
dari Kemenkes ≤ 5,8 permil )
SURVEILLANCE HAIs RSUD X PERIODE JANUARI-MARET 2019

HAls Januari Februari Maret

VAP 0 30.3 20.41

IAD 0 0 0

IDO 0 0.877 0

ISK 0 0 0

FLEBITIS 0 0.93 0.357

Pada triwulan pertama 2019, kejadian HAIs VAP mencapai 30,3 permil di bulan Februari dan
20,41 permil di bulan Maret. Angka ini tidak memenuhi standar dari Kemenkes yaitu ≤ 5,8
permil. Kejadian HAIs IDO pada bulan Februari mencapai angka 0,877% namun masih
memenuhi standar Kemenkes yaitu ≤ 2%. Kejadian HAIs flebitis mencapai angka 0,93 permil
pada bulan Februari dan 0,357 permil pada bulan Maret namun masih memenuhi standar dari
Kemenkes yaitu ≤ 1 permil.
ANALISA MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN DAN STAF RSUD X
ANALISA MASALAH BUDAYA KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Upaya terpenting mengeliminasi masalah HAIs adalah dengan menjaga


kebersihan tangan (SNARS, 2018; PMK 11 Tahun 2017).

Laporan indikator mutu SKP RSUD X Tahun 2018 dan Triwulan Pertama
Tahun 2019 menunjukkan tingkat kepatuhan kebersihan tangan petugas
kesehatan RSUD X masih rendah, dimana persentase diatas 80 % hanya
tercapai pada Bulan Agustus-November 2018 dan Januari-Maret 2019,
dengan tren tertinggi pada Bulan Maret 2019 sebesar 88,22%.

Surveillance HAIs RSUD X Tahun 2018 menunjukkan kejadian HAIs ISK pada
Agustus sebesar 5,42 permil (tidak memenuhi standar Kemenkes ≤ 4,7
permil), VAP pada November dan Desember sebesar 19,6 permil dan 19,7
permil (tidak memenuhi standar dari Kemenkes ≤ 5,8 permil). Tahun 2019
kejadian HAIs VAP bulan Februari dan Maret sebesar 30,3 permil dan 20,41
permil (tidak memenuhi standar dari Kemenkes yaitu ≤ 5,8 permil)
ANALISA MASALAH BUDAYA KESELAMATAN PASIEN RSUD X

Tangan merupakan media transmisi kuman


Kepatuhan kebersihan tangan petugas
yang mampu memindahkan
kesehatan di RSUD X masih dibawah standar
mikroorganisme/kuman dari satu pasien ke
terutama di momen I, II, IV dan V dan belum
pasien lain, dari petugas kesehatan ke
menjadi budaya untuk menjamin keselamatan
pasien dan sebaliknya, serta dari permukaan
pasien dan staf di RS.
lingkungan ke pasien (PMK 27 Tahun 2017).

Healthy Nurse

Masalah budaya
keselamatan dalam
HAIs Pasien
pengurangan resiko infeksi Meningkat
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

PLANNING

CONTROLLING ORGANIZING

ACTUATING STAFFING
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

PLANNING
Perencanaan kebutuhan fasilitas kebersihan tangan seperti handrub, hand soap, tissue, telah
dilakukan namun ketersediaan tissue yang kadang tidak terpenuhi menjelang akhir bulan serta
pemenuhan air mengalir belum direncanakan dengan baik, sehingga sering terjadi air untuk cuci
tangan tidak mengalir, yang mengakibatkan proses cuci tangan akhirnya menggunakan air bak.

Perencanaan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi belum optimal sehingga target
100% seluruh karyawan mendapatkan pelatihan PPI dasar belum tercapai.

Perencanaan pengingat di lingkungan seperti poster, banner, leaflet dan video tentang kebersihan
tangan telah dilakukan, namun belum direncanakan penunjukan role model di lingkungan RS
yang selalu memberi contoh dan mengingatkan petugas kesehatan tentang pentingnya
kebersihan tangan.
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

ORGANIZING
Kepala ruangan sekaligus sebagai IPCLN belum melaksanakan fungsinya secara optimal
dikarnakan uraian tugas Kepala ruangan sebagai IPCLN tidak tercantum dalam uraian tugas dan
evaluasi kinerja Kepala Ruangan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.

Fungsi kepala ruangan sebagai IPCLN belum optimal

Top manager dan middle manager keperawatan belum terlibat penuh pelaksanaan pencegahan
dan pengendalian infeksi
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

STAFFING
Mapping kebutuhan tenaga perawat belum dilaksanakan dengan optimal, 23% perawat di ruang
ICU adalah Perawat Klinis (PK) I, dan jumlah kebutuhan tenaga belum terpenuhi dimana standarnya
total jumlah perawat di ICU adalah 24 orang, namun kondisi saat ini jumlah perawat hanya 18
orang perawat.

Orientasi staf baru tentang pelaksanaan PPI terutama kebersihan tangan hanya dilakukan di awal
masuk pegawai, belum dilakukan orientasi rutin bulanan selama masa orientasi pegawai baru
tersebut.

Kepala ruangan sudah melakukan mapping tenaga yang memerlukan pelatihan dasar pencegahan
dan pengendalian infeksi, namun belum dilaksanakan oleh bagian Diklat.
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

ACTUATING
Dari total 197 perawat, perawat yang telah mendapatkan pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi baru sejumlah 140 orang, 57 perawat lainnya belum mendapatkan
pelatihan PPI dasar.

Beberapa kepala ruangan belum melaksanakan fungsi pengarahan dengan baik, seperti
memberikan bimbingan pada staf perawat tentang pencegahan dan pengendalian infeksi terutama
kebersihan tangan.

Fungsi reward dan punishment terkait pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi belum
berjalan di RSUD X, reward hanya diberikan saat adanya lomba kebersihan tangan.
ANALISA PENYEBAB MASALAH BUDAYA KESELAMATAN
PENGURANGAN RESIKO INFEKSI DIRSUD X

CONTROLLING
Monitoring indikator keselamatan pasien termasuk kepatuhan kebersihan tangan dan
surveillance HAIs telah dilaksanakan dan evaluasinya dilaporkan oleh IPCN pada Direktur dan
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, namun rencana tindak lanjut terhadap evaluasi
ketidaktercapaian indikator belum dilaksanakan secara optimal.

Evaluasi terkait pelaksanaan PPI yang dilakukan oleh kepala ruangan sebagai IPCLN
belum berjalan optimal, baru dilakukan oleh IPCN saja.

Evaluasi berkelanjutan keefektifan pendidikan dan pelatihan PPI, sosialisasi dan


orientasi belum dilaksanakan
POA CONTINUOUS QUALITY
IMPROVEMENT DENGAN SIKLUS PDCA
Rencana tindak lanjut ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam
melaksanakan 5 moment handhygiene di RS X dalam PDCA adalah
sebagai berikut :
..\Documents\PDCA KLP II.docx

..\Documents\POA KLP II.docx


KESIMPULAN
KESIMPULAN
Keselamatan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan kualitas layanan
kesehatan dan telah menjadi perhatian utama bagi organisasi layanan kesehatan di seluruh dunia.
Budaya keselamatan adalah konsep yang berkembang dan berfokus pada pencegahan kesalahan
medis dan menjaga keselamatan pasien yang bertujuan untuk mempromosikan pendekatan sistem
untuk mencegah dan mengurangi bahaya pada pasien.

Menilai budaya adalah langkah pertama. Memilih instrumen penilaian budaya keselamatan yang
divalidasi dan digunakan secara luas memberikan kesempatan bagi para manajer keperawatan
untuk tidak hanya belajar tentang budaya keselamatan dalam unit mereka, tetapi juga untuk
mengatasi perilaku dan nilai-nilai spesifik yang perlu diperkuat dan mengembangkan rencana
tindakan untuk perbaikan.

Di semua rumah sakit, perawat memainkan peran penting dalam memastikan keselamatan pasien karena
pekerjaan mereka, yang melibatkan pemantauan pasien yang berkelanjutan dan koordinasi perawatan.
Perawat menjalankan banyak peran, termasuk memberikan perawatan yang efektif dan aman, memantau
indikator kualitas dan melakukan penilaian risiko. Oleh karena itu, institusi kesehatan seperti rumah sakit
dituntut untuk selalu mengevaluasi budaya keselamatan pasien untuk meningkatkan keselamatan,
kualitas perawatan dan hasil pasien
DAFTAR PUSTAKA
Ammouri, AA, Tailakh, AK, Mulira, JK, Geethakrishnan. (2015). Patient Safety Culture Among Nurses. International Nursing Review, 62
(1), 102-110. https:// doi.org/10.1111/inr.12159
Graban, M., & Swartz, J. E. (2012). Healthcare kaizen: enggaging front-line staff in sustainable continuous improvements. New York:
Productivity Press.
Hariyati, R., T., S., Yetti, K., Afriani, T., & Handiyani, H. (2018). Manajemen risiko bagi manajer keperawatan dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hutahaean, S., & Handayani, H. (2016). Pengembangan fungsi dan peran kepala ruangan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit X. Jurnal keperawatan Husada Karya Jaya,Volume 4. No. 1. ISSN 2442-501X.
Indikator Mutu Keselamatan Pasien RSUD X Tahun 2018 (tidak dipublikasikan)
Indikator Mutu Keselamatan Pasien RSUD X Triwulan I Tahun 2019 (tidak dipublikasikan)
Jiang, K., Tian, L., Yan, C., Li, Y., Fang, H., Peihang, S., … Liu, M. (2019). A Cross-Sectional Survey on Patient Safety Culture in
Secondary Hospitals of Northeast. PLoS ONE, 14(3), 1–12. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0213055
KARS. (2018). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit. Edisi I. Jakarta: KARS
Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI No.11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien
Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI No.27 Tahun 2017 Tentang PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pfafflin, F., Tufa, T., B., Getachew, M, Nigussie, T., Schonfeld, A., & Haussinger, D. (2017). Implementation of the WHO multimodal
Hand Hygiene Improvement Strategy in a University Hospital in Central Ethiopia. Antimicrob Resist Infect Control. 6:3
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2014). Public helath nursing: population-center health care in community. Elsevier Health Science.
Surveillance HAIs RSUD X Tahun 2018 (tidak dipublikasikan)
Surveillance HAIs RSUD X Triwulan I Tahun 2019 (tidak dipublikasikan)
WHO. (2009). Guide to implementation: a guide to the implementation of the WHO Multimodal Hand Hygiene Improvement Strategy.
http://www.who.int/gpsc/5may/Guide_to_Implementation.pdf (Accessd Feb 22, 2019).

Anda mungkin juga menyukai