Anda di halaman 1dari 31

Kuliah VIII.

Pekerjaan lapangan

– Setelah mengadakan persiapan audit secara garis besar(pemilihan bidang yang


diaudit-pada tahap perencanaan) maupun secara rinci (pembuatan audit program
pemeriksaan terhadap bidang yang dipilih), auditor melanjutkan kerja (audit)
lapangan dilokasi auditee.
– Pembahasan pekerjaan lapangan meliputi uraian (1)Preliminary survey &
internal control review (Ratliff); (2)Tugas, faktor yang mempengaruhi dan teknik
dalam kerja lapangan(Rob Reider); (3)evidence (berbagai sumber). (4)Works
paper (Minggu depan)
VIII.A.Survey pendahuluan dan reviu Internal control (dari
buku Ratliff)

– Kegiatan survey pendahuluan merupakan awal kegiatan lapangan, lanjutan dari


kegiatan pertama (perencanaan/persiapan audit) dan kegiatan kedua (penyusunan
audit program).
– Kegiatan ini meliputi:(1)the opening conference/entry briefing/pertemuan awal;
(2)Onsite tour;(3)study of documents; (4)Written description of the auditee;
(5)analitical procedures
– Kegiatan reviu internal control meliputi:(1)analisis & diskripsi internal
control;(2)Penilaian awal internal control;(3)penilaian kembali risiko auditee.
VIII.A.Survey pendahuluan dan reviu Internal control (dari
Internet)

Survey pendahuluan adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi (tanpa melakukan verifikasi secara rinci) mengenai
bagian/fungsi yang akan diaudit dengan tujuan untuk :

1) Lebih memahami akivitas auditee ;


2) Mengidentifikasi area/bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam audit ;
3) Memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melaksanakan pekerjaan lapangan (field work) ;
4) Menentukan apakah perlu melakukan audit lebih lanjut.

Dengan kata lain, survey pendahuluan berguna untuk memahami lebih baik mengenai tujuan, proses, risiko dan
pengendalian dari bagian/fungsi yang diaudit
VIII.A.Survey pendahuluan dan reviu Internal control (dari
Internet) LANJUTAN

Langkah/Kegiatan Pokok
Survey pendahuluan meliputi langkah/kegiatan pokok, yaitu :
1) Penyelidikan awal.
2) Pertemuan terbuka dengan manajemen auditee.
3) Penelaahan atas dokumen yang ada pada auditee.
4) Observasi
5) Penyiapan Bagan Arus
6) Review Analitis.
7) Pembuatan laporan/risalah survey.
VIII.A.1. Opening conference,tujuan dan
persyaratannya

– Opening conference atau entry briefing, dalam praktek merupakan


rapat (awal audit), biasanya ditempat auditee, full team, dengan
materi penyampaian info bidang yang akan diaudit, metode,waktu
dan perkenalan antar auditor dengan para pejabat auditee
– Tujuan Op.Conf.antara lain;(1)menimbulkan semangat kerja sama
inter&antar auditor-auditee; (2)Memberikan informasi
yangmembantu kelancaran audit;(3)Memperoleh informasi yang
diperlukan; (4)Meningkatkan kepercayaan diri pada auditor.
– Agar tujuan opening conference berhasil disyaratkan:
(1)dipersiapkan dengan tepat;(2)diciptakan suasana pertemuan
yang menyenangkan;(3)dokumentasikan hasil pertemuan.
VIIIA.1. Agenda opening
conference(lanjutan)

– Penyampaian maksud/tujuan rapat


– Gambaran penugasan audit secara lengkap (bidang, tujuan,jadwal, metode,
auditornya).
– Hal-hal yang menjadi pengamatan auditor.
– Koordinasi kerja auditor-auditee
– Diskusi, informasi dan bantuan yang diperlukan auditor dari auditee.
– Bentuk dan waktu penyampaian laporan
Contoh: Kegiatan Opening Meeting
Audit Internal Pengadilan Negeri
Marabahan
Pada hari Selasa, tanggal 06 Juni 2017 bertempat di Ruang Sidang Cakra diadakan ‘Opening
Meeting Audit Internal’ oleh Satuan Kerja Pengadilan Negeri Marabahan dalam rangka persiapan
pelaksanaan Audit Internal Pengadilan Negeri Marabahan. Kegiatan ini dipimpin oleh Hakim selaku
Koordinator Auditor Internal yakni Bp. Panji Answinartha S.H., M.H dan Wakil Ketua selaku Manajer
Representatif yaitu Bp. Ardhi Wijayanto, S.H., M.Hum., serta Ketua Pengadilan Negeri Marabahan, Ibu
Dra. Susanti Arsi Wibawani, S.H., M.H., sebagai narasumber pelaksanaan ‘Audit Internal’.
Para peserta terdiri dari seluruh ‘Auditor’; Hakim Pengadilan Negeri Marabahan dan ‘Auditee’ ;
Ketua, Wakil Ketua, Panitera, Sekretaris, para Panitera Muda, para Kepala Sub Bagian, para Panitera
Pengganti, para Juru Sita dan Juru Sita Pengganti. Kegiatan utama dari acara ini adalah penentuan waktu
dan tahapan tahapan pelaksanaan ‘Audit Internal’, tata cara dan sistematika pelaksanaan ‘Audit Internal’
dan tanya jawab mengenai kegiatan audit internal dan diakhiri penyerahan ‘Surat Tugas Auditor Internal’
kepada para Hakim (5 orang).
Pada bagian akhir diharapkan dari kegiatan ‘Audit Internal’ ini adalah bahwa Satuan Kerja
Pengadilan Negeri Marabahan telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu untuk persiapan Akreditasi
Pengadilan Negeri Marabahan.
Contoh: Kegiatan Opening Meeting Audit
Internal Pengadilan Negeri Marabahan

SUASANA RAPAT :
VIII.A.2. On site tour

– Merupakan observasi awal terhadap fasilitas, peralatan, lay out (tata letak),
personil dan kegiatan (operasional) auditee; tinjauan efisiensinya meliputi
pengamatan kegiatan-kegiatan khusus, fasilitas/ tenaga kerja yang menganggur,
mesin rusak, ketidak efektifan, dan tinjauan keadaan lapangan secara visual
lainnya.
VIII.A.2. On site tour (Internet)
On-site tour merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meninjau lokasi atau tempat dilakukan
audit. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran luas mengenai operasional
perusahaan. Namun demikian, auditor internal harus mengamati aktivitas operasional yang tidak
biasa atau indikasi penyalahgunaan fasilitas serta melihat sikap karyawan terhadap pekerjaannya.
Dalam hali ini, auditor internal dapat melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk
memperoleh informasi secara jelas dan efektif. Untuk memastikan bahwa wawancara merupakan
bentuk komunukasi yang efektif, yayasan Pendidikan internal Audit (2003 :16) mengemukakan
bahwa :
“Salah satu bentuk komunikasi auditor dengan auditee adalah melalui wawancara. Teknik wawancara
yang efektif akan menciptakan komunikasi yang baik antara auditor dan auditee”.
Dengan demikian, jelas bahwa wawancara merupakan alat komunikasi yang sangat efektif dilakukan
antara auditor dan objek yang diaudit, sehingga auditor memperoleh informasi dengan cepat karena
terciptanya h
VIII.A.3. Studi dokumen

– Merupakan kegiatan lanjut pengumpulan dan analisis dokumen ditempat auditee,


meliputi perubahan-perubahan permanent file,perubahan organisasi, prosedur,
pertanggung jawaban dari kegiatan serta perubahan aturan yang mempengaruhi
kegiatan erusahaan.
– Studi dimanfaatkan untuk mengetahui di lokasi/unit mana , pada bidang apa dan
bagaimana dokumen – dokumen tersebut digunakan.
VIII.A.3. Studi dokumen (Buku
Arens)
– Study of Documents (Mempelajari Dokumen) yang dipilih memberikan dasar untuk deskripsi
tertulis dari kegiatan audit yang tercakup dalam file audit, Arens, Elder and Beasley (2006:170)
mengatakan bahwa :
– “The Documents examined by the auditor are the records used by the client to provide
information for conducting its business in an organized minner”.
– Dari pernyataan di atas, jelas bahwa dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah dokumen
yang digunakan klien dalam menyediakan informasi untuk menuntun bisnis dalam suatu
organisasi. Auditor internal akan mempelajari dokumen tentang grafik organisasi, pernyataan
tujuan organisasi, gambaran kerja, dokumen kegiatan lain serta laporan-laporan relevan. Kunci
dari kegiatan ini dalah auditor internal dapat mengetahui bagaimana dokumen tersebut,
bagaimana cara menyimpannya dan bagaimana cara pengamanannya.
VIII.A.4.Penulisan diskripsi auditee,menguraikan:

– Target dan hasil kegiatan unit auditee.


– Hambatan lingkungan operasional.
– Fungsi-fungsi organisasi yang terkait dengan bidang yang diaudit.
– Sumberdaya (orang, assets, informasi, dll).
– Manajemen pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Keuntungan adanya diskripsi
diatas adalah (1)auditor mengetahui sumber informasi yang diperlukan ;
(2)meyakinkan auditor bahwa informasi yang disusun dan diperoleh, sesuai
dengan yang diperlukan
VIII.A.4.Penulisan diskripsi auditee (Internet)

– Auditor internal harus mengerti tentang kegiatan auditee dalam hal mengevaluasi
sistem pengendalian internal yang memadai. Written Description of the auditee
disimpan dalam file permanen yang dapat dimengerti dan memberikan referensi
untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal dan prosedur audit.
– Deskripsi dari sistem informasi Dan kegiatan mencakup flow chart, struktur
organisasi, informasi financial dan operasi perusahaan.
VIII.A.5.Prosedur analitis,meliputi :

– Komparasi kinerja dari waktu, unit dan individu.


– Ratio porsi peranan/pengaruh suatu komponen/ unsur terhadap kesatuan
komponen/sistem.
– Analisa trend kinerja berdasar komparasi dan ratio.
Prosedur analitis dapat memberikan gambaran kegiatan auditee secara kuantitatif,
mengetahui penyimpangan yang signifikan dan mengarahkan perhatian pada
masalah yang potensial serta mengalokasikan waktu dan tenaga untuk bidang
yang beresiko terbesar.
VIII.A.5.Prosedur analitis (Buku Arens)

– Arens, Elder and Beasley (2006:170) menyatakan bahwa :


– “Analitycal Procedures use comparisons and relationship to assess whether account
balances or other data appear resonable”.
– Dari pernyataan di atas, jelas bahwa prosedur analitis digunakan untuk
membandingkan dan menghubungkan apakah account balances atau data yang lain
relevan.
– Analitycal Procedures (Prosedur Analitis) memberikan analisis laporan Singkat dari
rangkuman data kuantitatif yang mencakup laporan keuangan dan laporan kegiatan
lainnya. Saat pelaksanaan tinjauan prosedur analitis, auditor internal membandingkan
hasil nyata untuk aktivitas audit dari tahun ke tahun, contohnya membandingkan
hasil operasi dengan anggaran.
VIII.B.Tiga tahapan reviu internal
control(Ratliff)

1.Diskripsi dan analisis Int.Control berupa kegiatan :


– Kuisioner internal control(IQC) yang biasanya berisi pertanyaan mengenai tugas,
tujuan/target, perencanaan kegiatan, pengorganisasian fungsi, pengendalian yang
memuat pertanyaan 7 unsur pengendalian
– Flowchart dan uraian tugas
– Alur lintas pekerjaan dan proses kegiatan/ layout flow diagram.
– Pengujian Sistem yang ada.
VIII.B(lanjutan)
2.Evaluasi awal IC
– Gunakan Matriks pengendalian intern dengan variabel / kolom :
– Tujuan Audit, hasil survey pendahuluan, resiko yang terjadi, metode & tipe pengendalian
resiko, evaluasi auditor
– Penyusunan matriks pengendalian yang dilakukan dengan persiapan : penetapan
audit yang diharapkan, kriteria pengukuran hasil dan resiko yang terkait pencapaian
hasil, evaluasi hasil sesuai dengan satandar IC yang baik
– Penyusunan kesimpulan dan review IC
VIII.B.(lanjutan)

3.Penilaian ulang resiko, dapat menghasilkan :


– Resiko yang lebih kecil dan tidak potensial, permintaan tambahan informasi dengan
sikap kehati-hatian untuk meneliti hal yang beresiko, diskusi dengan auditee
mengenai ranking resiko dan menghitung ulang bobot resiko
– Inherent risk(resiko awal) - action plan = residual risk. Idealnya,residual risk < appetite
risk.
– Appetite risk adalah tingkat /nilai resiko yang dapat diterima/ ditoleransi oleh
perusahaan, biasanya sdh inclusif/dicover pada saat penyusunan anggaran (baca risk
management atau enterprise risk management)
VIII.C.Empat tugas yg harus dilakukan dalam mencapai
kesimpulan dalam kerja lapangan(Rob Reider)

– Temuan terhdp ketaatan mengikuti prosedur.


– Evaluasi penyebab penyimpangan prosedur.
– Mengkaji temuan untuk pendalaman
pemahaman interpretasi masalah
– Rekomendasi pada area yang lemah secara
signifikan(high risk, inefisient,inefective,etc)
VIII.D.Faktor yang mempengaruhi kesimpulan (temuan)
dalam kerja lapangan(Rob Reider)

Terdapat 13 pertimbangan dalam mencapai kesimpulan dalam audit


dilapangan, yaitu: (1)Standar yang digunakan manajemen terkait dengan
produktivitas&efisiensi; (2)tidak jelasnya peraturan; (3)kemampuan
pegawai; (4)kesalahan menerima tanggung jawab; (5)kesalahan
mengendalikan operasi; (6)duplikasi pekerjaan; (7)penyalahgunaan
sumberdaya; (8)birokrasi yang berbelit-belit; (9)penggunaan tenaga kerja
yang berlebihan; (10)pencatatan aktivitas yang tidak memadai;
(11)efektivitas hasil operasi dibandingkan biayanya; (12)relevansi dan
validitas kriteria kinerja; (13)ketepatan metode evaluasi hasil.
Dalam praktek,dapat saja penyebab simpulan temuan yang diperoleh
auditor diluar 13 pertimbangan diatas.
VIII.E1. Teknik kerja lapangan(Rob Reider)

– Tools terbaik dalam teknik audit kerja lapangan adalah commonsense dan
kemampuan analisis. Selanjutnya, auditor dapat menggunakan tools yang
digunakan dalam teknik(manajemen) operasi, misalnya : (1)Total Quality
Manajement(TQM);(2)Partisipative Manajement; (3)Benchmarking Strategis;
(4)Restructuring, reengineering and reventing; (5)Principle-centered
leadership; (6)Learning organization; (7)Revision of mental model;
(8)Sprirituality in the workplace; (9)ABC/ABM; (10)Strategic, long-term, short-
term and detail planning;(11)Flexible budgeting;(12)System theory;
(13)Complexity theory(complex Adaptive system)
VIII.E2.Teknik khusus kerja lapangan

Teknik khusus kerja (audit)lapangan versi R Reider meliputi 16 cara yang dapat
dikelompokkan dalam:
1.kegiatan reviu dokumen organisasi,sistem informasi, kepatuhan, dan kegiatan
operasi lainnya.
2.Analisa ratio, perubahan dan trend berbagai laporan.
3.Evaluasi sistem flowchart, yang menunjukkan proses bidang-bidang fungsional.
4.Evaluasi lay out flowdiagram, yang menunjukkan layout fisik terkait dengan alur
kerja.
Perbedaan layout flowdiagram dengan sistem flow
chart dalam teknik kerja(audit) lapangan
– Sistem flowchart merupakan alur kegiatan operasional berdasarkan
fungsi-fungsi yang ada disertai arus informasi dokumen serta simbol
kegiatan tiap fungsi; misalnya, gambaran prosedur pengadaan yang
merupakan kelengkapan suatu sistem informasi. Pengujian audit
internal ditujukan untuk mengevaluasi apakah cukup seimbang antara
kecepatan alur kegiatan dengan pengendaliannya, mengurangi
kegiatan yang duplikasi dan proses yang tidak bernilai tambah serta
penyesuaian sistem terhadap perubahan.
– Layout flow diagram merupakan alur kegiatan fisik berdasarkan
proses operasi yang memberikan gambaran waktu, tempat dan
simbol proses yang dilakukan; misalnya, gambaran proses / operating
procces chart (OPC) pembuatan meja, mulai dari pengolahan kayu
papan, penyerutan, penggergajian, proses cat/pilitur, sampai final
assembling menjadi produk meja. Pengujian audit internal ditujukan
untuk mengevaluasi proses yang tidak efisien, yang menimbulkan
afkir & reject produk, waktu operasi yang dapat diperpendek,
perubahan urutan kerja serta pengujian stasiun kerja(work station)
yang dapat disatukan bila menggunakan peralatan baru.
VIII.E3. Jenis/macam teknik audit untuk
menguji bukti secara umum

– Observasi/pengamatan – Cross footing


– Konfirmasi – Vouching
– Verifikasi – Tracing
– Investigasi – Scanning
– Analisis – Rekonsiliasi
– Evaluasi – Bandingkan
– Permintaan informasi – Inventarisasi/opname
– Cek – Inspeksi
– Uji/test – footing
VIII.F.Evidence(bukti audit)
VIII.F.1.Tipe/jenis bukti audit meliputi :
1.fisik-observasi,foto,slide dsb
2.testimonial-wawancara, pernyataan perseorangan,konfirmasi.
3.dokumentasi-surat, kontrak, pencatatan,dsb.
4.analisis-perbandingan/analisis audit dari informasi
Atribut bukti meliputi :
1.kecukupan: materinya faktual, jml memadai & dpt meyakinkan seseorang
bahwa temuan pemeriksaan adalah valid.
2.kompetensi:andal, kuat, akurat, meyakinkan, tepat waktu,asli dan
konsisten dengan fakta.
3.relevan:mempunyai hubungan yang logis dan terkait dengan masalah yang
dibahas.
VIII.F2.Sumber bukti

– Bukti internal: misalnya timecard pegawai, bukti kas, bon bahan baku,dll
– Bukti internal-eksternal: bukti yang dibuat perusahaan dan diproses pihak
lain,misalnya faktur penjualan
– Bukti eksternal-internal, misalnya invoice pembelian.
– Bukti eksternal: bukti yang dibuat pihak luar, tidak diproses perusahaan, tetapi
disimpan sebagai bukti;misalnya keputusan pengadilan
VIII.B.1.CONTOH EVALUASI INTERNAL CONTROL*)

• Pengertian Evaluasi SPIN(Sistem Pengendalian Internal)


Kegiatan mengidentifikasi SPIN yang telah ada pada setiap
langkah kegiatan dan membandingkan SPIN yang harus ada
berdasarkan hasil perancangan SPIN dalam rangka
perbaikan/penyempurnaan.

2. Tujuan Evaluasi SPIN adalah untuk perbaikan/


penyempurnaan SPIN.
*)dikutip dari makalah RBIA dalam seminar FK-SPI 2006
VIII.B.1.EVALUASI INT CTRL(LANJUTAN)

Tahap-tahap evaluasi SPIN :


a. Berdasarkan hasil perancangan SPIN sebagaimana
dijelaskan pada sub-sub sebelumnya, selanjutnya dilakukan
identifikasi SPIN yang telah ada pada setiap langkah
kegiatan.
SPIN yang ada adalah aturan dan ketentuan yang
menggambarkan tindakan, sarana dan media lainnya yang
telah dijabarkan didalam setiap langkah kegiatan.

b. Melakukan evaluasi SPIN dengan cara membandingkan SPIN


yang seharusnya ada dengan SPIN yang telah ada.
4. Perancangan dan Evaluasi SPIN EVALUASI
SPIN
CONTOH EVALUASI SPIN
N Langkah RISIKO SPIN YG SPIN YG EVA-LUASI REKO-
o Langkah Tujuan HARUS ADA ADA MEN
Kegiatan Narasi PL DPK NILAI PRED PR DASI
K
Menerima uang Menerima uang - Uang yg 1 3 3 S 3 Meneliti keaslian Meneliti dan SPIN telah
yg ditukarkan asli secara aman diterima tidak dan kelayakan meng-hitung memadai
oleh nasabah akurat dan cepat asli edar uang keaslian namun masih
kebenaran perlu
- Kehilangan 3 3 9 T 1 Menghitung rincian jumlah ditingkat-kan
Uang uang-uang uang untuk
menangkal
- Uang yang 2 3 6 T 2 risiko
diterima kelambatan
kurang penerimaan
uang
- Uang yg tidak 1 2 2 R 4 Memeriksa Belum diatur Telah diatur
utuh keutuhan uang dlm pro-
sedur
kegiatan
- Transaksi 2 3 6 T 2 Mencatat setiap Memasukkan penggantian
penukaran transaksi data rincian
uang tidak penukaran uang uang masuk
terdokumentasi dan rincian
permintaan

- Proses 3 1 3 S 3 Ketentuan yg Belum diatur Agar


penerimaan mengharuskan diformalkan
uang lambat penukar me-ngisi dalam
formulir dan ketentuan
menghitung uang
diluar loket kas
2. Mempersiapkan Mempersiapkan - Kehilangan 1 3 3 R 2 Memeriksa dan Secara SPIN telah Agar
uang yg akan fisik dan jumlah uang menghitung uang praktek telah memadai diformalkan
diserahkan uang secara aman yg akan dilakukan dalam
kepada nasabah akurat dan cepat diserahkan ke namun masih ketentuan
nasabah belum
diformilkan
- fisik dan/ 1 3 3 R 2 dalam
atau nominal ketentuan
uang yang
disiarkan lebih.
4. Perancangan dan Evaluasi SPIN
CONTOH EVALUASI SPIN (Internet)

Anda mungkin juga menyukai