Anda di halaman 1dari 64

REFKAS

Pembimbing
dr. Nurzarit Aya Sofia, Sp.OG

oleh :
Ade Yurga Tonara
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSGYN
RSUD SOEWONDO KENDAL
FK UNISSULA
LAPORAN KASUS
+
KETUBAN
LAPORAN PECAH
KASUS DINI
+
Identitas Pasien
 Nama penderita: Ny. A
 Umur : 23 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 No CM : 562XXX
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan : SMA
 Status : Menikah
 Alamat : Brangsong
 Tanggal Masuk : 28 Februari 2019
 Ruangan : Mawar
+ Autoanamnesis tanggal 07 Februari 2019 di RSUD Soewondo Kendal
Sdr.S

KU : Kaki kanan bengkak, nyeri dan susah digerakkan

RPS :
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono post KLL pada tanggal 6 februari 2019
sekitar pukul 13.00, penderita mengalami tabrakan dan terjatuh ke aspal dengan posisi
kaki kanan terjatuh duluan dan terjepit sepeda motor penderita menggunakan helm,
setelah itu pasien merasakan nyeri di bagian kaki kanan dan tidak bisa bediri, pasien
tidak mengalami penurunan kesadaran (-) hilang ingatan(-) nyeri kepala (-) pusing (-)
mual muntah (-). Tidak ada darah yang keluar dari hidung maupun telinga, pasien dapat
mengingat kronologi kejadian dengan baik
+

Riwayat Obstetri : Riwayat ANC :


G1P0A0 −Pemeriksaan kehamilan dilakukan di
HPHT : 11 – 07 - 2018 bidan.
HPL : 18 – 04 – 2019 −Pemeriksaan kehamilan dilakukan 1
bulan sekali dan diberikan vitamin dan
Usia kehamilan: 38 minggu
suplemen besi.
−Tidak ada pesan khusus dari bidan
G1: Hamil saat ini mengenai keadaan kehamilannya.
−Riwayat suntik TT (+)
+

Riw. Menstruasi : Riw. Perkawinan:

−Menarche : 14 tahun −Pasien menikah yang pertama kali


−Siklus mestruasi: teratur, 28 hari dengan suami yang sekarang.
−Lama menstruasi: 5-7 hari −Usia pernikahan ± 10 tahun.
−Dismenore : (-)
Riwayat KB : (-)

Riw. Penyakit Dahulu : Riw. Penyakit Keluarga:

 Hipertensi (-)  Hipertensi (-)


 Penyakit jantung (-)  Penyakit jantung (-)
 Asma (-)  Asma (-)
 DM (-)  DM (-)
+

Riw. Sosial ekonomi : Riw. Gizi:

 Pekerjaan pasien adalah ibu rumah  Selama kehamilan nafsu makan


tangga pasien baik
 Pekerjaan suami wiraswasta  Kualitas dan kuantitas makanan
 Kesan ekonomi cukup cukup
 Biaya kesehatan ditanggung
pemerintah (BPJS NON PBI)
+

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik


Vital sign :
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tensi :110/70 mmHg
 TB : 157 cm
 Nadi : 88 x/menit
 BB : 64 kg
 RR : 20 x/menit
 BMI : 25,9 (Pre-
Obesitas)  Suhu : 36,5 °C.
+
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Konjungtiva anemis (-/-) • Normocephal (+)


Sklera ikterik (-/-) • Alopesia (-)
• Rambut jagung (-)

Discharge (-) -
• Benruk Normal
septum deviasi (-) -
• Discharge (-/-)
nafas cuping hidung (-) -
• Simetris
Sianosis (-) - • Pembesara
Bibir kering(-) - n kelenjar
limfe (-)
• Simetris
Turgor baik -
• Membesar
Ptekie -
• Kencang (+)
• Hiperpigmentasi aerola
• Papila mamae menonjol
+
Paru – paru:

 Inspeksi : Hemithorax dekstra dan sinistra simetris


 Palpasi : Stemfremitus dekstra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Kesan : Tak tampak kelainan

Jantung :

 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Redup, batas-batas jantung tidak dapat ditentukan karena
terhalang oleh pembesaran pada mamae
 Auskultasi: Suara jantung I dan II murni, regular, suara tambahan (-)
 Kesan : Tak tampak kelainan
+
Abdomen :
 Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), bekas operasi (-)
 Palpasi :
−Leopold I : bokong
−Leopold II : punggung kanan
−Leopold III : kepala
−Leopold IV : belum masuk PAP
−TFU : 28 cm
−TBJ : (28-12) x 155 = 2480 gram
−His : Adekuat
−Auskultasi : DJJ 12-11-12
+

 EKSTREMITAS :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
+
Anogenitalia :
 Inspeksi : lendir (-), darah (-), air ketuban (+), luka
parut (-), varices (-), oedem vagina (-), hemoroid (-)
 Interna / Vagina Toucher
Vulva : tenang
Pembukaan : 2 cm
Penipisan : 25 %
Portio : Tebal lembut
Kulit ketuban : (-)
Bagian bawah janin :-
POD :-
Hodge :I
Sarung tangan : lendir (+), darah (-)
+ Pemeriksaan Penunjang

28/02/2019 Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11,6 gr/dL 11,5 – 16,5

Hematokrit 36,3 % 35 – 49

Leukosit 8,58 103/µL 4,0 – 10,0

Trombosit 384 103/µL 150 – 500


+
RESUME

− Pasien G2P2A0 usia 26 tahun hamil 36 minggu janin hidup 1 intrauterine

− Keluhan keluar air dari jalan lahir merembes sejak pukul 12.00 WIB siang SMRS

− Cairan yang keluar berwarna bening, lengket, berbau, dan terdapat lendir belum keluar
darah

− Pasien mengatakan tidak terasa saat keluarnya cairan tersebut

− Pasien mengaku merasa kenceng-kenceng namun masih jarang

Riwayat Obstetri :

 G2P2A0

 HPHT : 25 – 06 - 2018

 HPL : 02 – 04 – 2019

 Usia kehamilan: 36 minggu


+
Anogenitalia :
Status present : normal
 Inspeksi : air
Status Obstetri : ketuban (+)
 Leopold I : Bokong  Interna / Vagina Toucher
 Leopold II : Punggung Vulva : tenang
kanan Pembukaan : 1 cm
 Leopold III : Kepala Penipisan : 25%
 Leopold IV : Belum masuk Portio : tebal
PAP Kulit ketuban : (-)
 TFU : 28 cm Bagian bawah
 TBJ : 2480 gram
janin :-
 His : adekuat
 DJJ : 12-11-12 POD :-
Hodge :I
Sarung tangan : lendir
(+), darah (-)
DIAGNOSA

Pasien G2P2A0 usia 26 tahun hamil 36 minggu, janin tunggal,


hidup intrauterin, letak kepala, punggung kanan, dengan
ketuban pecah dini pada kehamilan Preterm.
TATALAKSANA
Rawat inap
Pengawasan : KU, vital sign, PPV, his, DJJ.
Infus RL 20 tpm
Induksi Gastrul ¼ tab
Terapi Pulang
- Asam Mefenamat 3x1
- Amoxicilin 3x1

EDUKASI : PROGNOSIS :
Memberitahu kondisi Kehamilan : dubia ad bonam
pasien kepada keluarga Persalinan : dubia ad bonam
Memberitahu pasien
untuk istirahat total
Lampiran Follow Up

Rabu, 28 Februari 2019 Pukul 15.00


S Keluar cairan ketuban sejak pukul 12.00 WIB
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD:110/70 mmHg, N:88x/menit, RR:20x/menit, suhu:36,5°C
A G2PₗA0 usia 26 tahun hamil 36 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak kepala, punggung
kanan, periode laten, dengan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm.
P Infus RL 20 tpm
Induksi Gastrul ¼ tab pukul 17.30
Rabu, 28 Februari 2019 Pukul 21.30
S Keluar cairan ketuban sejak pukul 12.00 WIB
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD:110/70 mmHg, N:86x/menit, RR:20x/menit, suhu:36,3°C
VT : 2cm, KK (-), Preskep, Hodge 2, Porsio lunak
A G2PₗA0 usia 26 tahun hamil 36 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak kepala, punggung
kanan, periode laten, dengan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm.
P Infus RL 20 tpm
Lampiran Follow Up

Rabu, 28 Februari 2019 Pukul 22.00


S Keluar cairan ketuban sejak pukul 12.00 WIB
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD: 110/70 mmHg, N:84x/menit, RR:20x/menit, suhu: 36,3°C
VT : Lengkap, Ibu pimpin mengejan
A Telah lahir bayi laki-laki spontan hidup dengan BBL 2500

P Infus RL 20 tpm
Kamis, 01 Maret 2019 Pukul 08.00
S Pasien menyatakan sudah bisa kencing tetapi badan masih terasa lemas

O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD: 120/80 mmHg, N:82x/menit, RR:20x/menit, suhu: 36,3°C
A Post Persalinan Spontan
P Amoxicilin 3x1
Asam mefenamat 3x1
Latihan duduk
+ Tinjauan Pustaka
KETUBAN PECAH DINI
+

KPD

Ketuban pecah dini atau spontaneus / early / premature rupture of membrans


(PROM) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada
saat belum menunjukkan tanda - tanda persalinan / inpartu
+ Faktor Predisposisi

 Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput


ketuban, asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan
ketuban
 Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat
persalinan, curetage).
 Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
 Kelainan letak misalnya sungsang sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah
+ Faktor Resiko
 Berkurangnya asam askorbat sebagai
komponen kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbat yang
berakita yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain meroko
+ Patofisiologi
+ Mekanisme

 Secara umum disebabkan oleh


kontraksi uterus dan peregang
berulang

 Terdapat ketidakseimbangan antara


sintesi dan degradasi ekstraseluler
matriks aktivasi kolagen berubah 
selaput ketuban pecah/rapuh.
+ Cont…
Berputar :
fr.obliq,spiral

Trauma tarikan
ligamen/
Membengkok:
trndon:
fr.transversal
menarik
sebagian tulang

Tekanan
pada
tulang
Sepanjang
Trauma
aksis tulang: fr.
langsung:
Impaksi,
fr.obliq
dislokasi

Kompresi
vertikal: fr.
Kominutif
+ Etiologi Fraktur Femur

High • Karena energi yang cukup besar

Energy • Ex: kecelakaan motor, mobil, pesawat jatuh, olahraga


yang berkaitan dengan kecepatan, jatuh dari trempat
Trauma tinggi

• Trauma karena energi yang lemah, karean tulang


Low Energy kehilangan kekuatannya

Trauma • Ex: osteoporosis, kanker yang metastasis tulang,


konsumsi kortikosteroid jangka panjang

Stress • Karena tekanan atau trauma berulang

Fraktur • Ex: atlet atau militer yang menjalani pelatihan berat,


biasanya pada corpus femoris
+ JENIS FRAKTUR
+ Katagori Fraktur Femur

Fraktur femur
proksimal

Fraktur corpus
femoris

Fraktur femur
distal
+ Fraktur collum femoris
Dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur)
dan extra- (suplai darah intak) capsular.

 Intracapsular dibagi kedalam subcapital, transcervical dan


basicervical.

 Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric.


+ Klasifikasi fraktur collum femur :
Garden

(a) stadium I :fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi


(b) stadium II :fraktur lengkap tetapi tidak bergeser
(c) stadium III :fraktur lengkap dengan pergeseran sedang
(d) stadium IV :fraktur yang bergeser secara hebat
+ Klasifikasi fraktur collum femur :
Pauwel

(a) tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30


(b) tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50
(c) tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.
+ Fraktur corpus femoris
Pada patah tulang diafisis femur biasanya
mengalami pendarahan dalam yang cukup
luas dan besar sehingga dapat menimbulkan
resiko syok.

Secara klinis penderita tidak dapat bangun,


bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena
ketidakstabilan fraktur.

Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke


luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak
pada bagian proksimal sebagai akibat
pendarahan ke dalam jaringan lunak dan
adanya tarikan m. gluteus danm. illiopsoas.
+ Klasifikasi fraktur corpus femur :
Winguist-Hansen

(1) tipe 0—non kominutif: termasuk didalamnya fraktur transfersal, oblik, dan
spiral
(2) tipe I: kominutif non signifikan atau fragmen kecil
(3) tipe II: fragmen besar dengan aposisi kortikal sampai dengan 50%
(4) tipe III: fragmen besar dengan aposisi kortikal kurang dari 50%
(5) tipe IV: fraktur segmental, tidak ada kontak antara fragmen distal dan
fragmen proksimal.
+Fraktur femur distal

fraktur femur distal meliputi fraktur pada daerah


supracondylar, condylar, dan intercondylar
+ Fraktur suprakondiler femur
Daerah suprakondiler adalah daerah
antara batas proksimal kondilus femur
dan batas metafisis dengan diafisis
femur

Klasifikasi fraktur suprakondiler.


(A) tidak bergeser; (B) impaksi; (C,D)
bergeser, (E) kominutif
+ Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
neurologis

Pemeriksaan radiologi
+ Anamnesis
Riwayat trauma
 Trauma dapat terjadi karena kecelakaan
lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau
jatuh di kamar mandi pada orang tua,
 penganiayaan,
 tertimpa benda berat,
 kecelakaan pada pekerja oleh karena
mesin atau
 trauma olah raga.
 Nyeri
 pembengkakan
 gangguan fungsi anggota gerak atau
kelainan gerak
 Deformitas atau kelainan bentuk
+Pemeriksaan fisik
Look
• Bandingkan dengan bagian yang sehat
• Perhatikan posisi anggota gerak secara
keseluruhan
• Ekspresi wajah karena nyeri
• Adanya tanda-tanda anemia karena
perdarahan
• Perlukaan
• Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa
jam sampai beberapa hari
• Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi,
rotasi dan kependekan
• Keadaan vaskularisasi
+Cont…

Feel
• Temperatur setempat yang
meningkat
• Nyeri tekan
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah
distal trauma
• Pengukuran tungkai untuk
mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai.
+ Cont…

Movement
• Periksa pergerakan dengan mengajak
penderita untuk menggerakkan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari
daerah yang mengalami trauma.
• Pada penderita dengan fraktur, setiap
gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.
+ Pemeriksaan Sensoris
Pemeriksaan saraf sensoris dan motoris
+Pemeriksaan Radiologis

Dua posisi proyeksi: dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada


antero-posterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan
di bawah sendi yang mengalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada


ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis
Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur
pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau
femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang
belakang
Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu musalnya fraktur tulang
skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya
diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian
+ TATALAKSANA AWAL

Tindakan awal dalam penanganan fraktur:

A. Pembidaian sementara untuk imobilisasi fraktur

B. Mengurangi rasa nyeri dan mengurangi perdarahan

C. Deformitas yang hebat perlu dikoreksi perlahan


dengan menarik bagian distal secara lembut

D. Pada fraktur terbuka dilakukan debridement dan


irigasi cairan fisiologis, luka ditutup kasa steril

E. Foto rontgen
+ TATALAKSANA

REPOSISI

FIKSASI

REHABILITASI
+ REPOSISI

menarik pada axis tulang dan


melawan mekanisme rudapaksa
(MOI)
• dapat dilakukan secara tertutup (closed
reduction) atau terbuka (open
reduction/operasi)

tujuannya : mengembalikan pada posisi


seanatomis mungkin (realignment, koreksi
angulasi dan rotasi, koreksi level permukaan
sendi)
+
+Imobilisasi

Prinsipnya mempertahankan hasil reposisi sampai


terjadi penyembuhan tulang (bone union)
- melalui 2 sendi ( 1 sendi diatas dan 1 sendi
dibawah
fraktur)
- dibagi menjadi :
1. External support :
- splinting/spalk
- braching
- casting/circular cast
- mitella/collar and cuff
2. Internal fixasi :
- intramedula  nailing
- extramedulla  plating
+Cont…

Closed fraktur/fraktur tertutup


- Indikasi operasi
1. Fraktur multiple
2. Fraktur intraartikular
3. Fraktur dengan terapi konservatif
gagal
- Tujuan operasi
1. Mobilisasi dini
2. Mengembalikan pada posisi anatomis
3. Mencegah komplikasi
+ Terapi Operatif
ORIF (open reduction internal fixaxition)

Fiksasi Internal, Salah satunya adalah tindakan ORIF(Open


Reduction Internal Fixation) atau fiksasi internal dengan
pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur
dengan melakukan pembedahan dengan memasukan
paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk
memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara
bersamaan
+ Indikasi ORIF
 Fraktur yang tak bisa sembuh
 Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
 Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan
 Fraktur yang memberikan hasil baik dengan
operasi.

Komplikasi ORIF

 Infeksi
 Kehilangan dan kekakuuan jangkauan gerak
 Kerusakan otot
 Kerusakan saraf dan kelumpuhan
+ TRAKSI
Suatu tindakan untuk memindahkan lokasi tulang yang patah atau yang
mengalami dislokasi ke tempat asalnya kembali dengan menggunakan
daya tarik yang berturut-turut dengan menggunakan beban dan
tarikan.
+ Cont…
+ Cont…
+ Cont…
+
Menggerakan
Persendian
tangan / kaki

Mobilisasi
jalan Rehabilitasi Mobilisasi
duduk

Mobilisasi
berdiri
+
+
+
+
+ KOMPLIKASI

Komplikasi Komplikasi
Dini Lanjut
Trauma Pembuluh Delayed union
darah.
Nonunion
Trauma Saraf.
Malunion
Trombo-emboli.
Kaku sendi lutut

Infeksi. Refraktur
+ Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu
proses biologis. Faktor mekanis yang
penting seperti imobilisasi fragmen tulang
secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan, selain faktor biologis yang
juga merupakan suatu faktor yang sangat
esensial dalam penyembuhan fraktur.
+

Anda mungkin juga menyukai