Anda di halaman 1dari 19

“ADENOMA HIPOFISIS”

Oleh:
Mimin Kurniati

Pembimbing : dr. Rohadi, Sp.BS


DAFTAR ISI
1. ANATOMI
2. DEFINISI
3. KLASIFIKASI
4. EPIDEMIOLOGI
5. PATOFISIOLOGI
6. MANIFESTASI KLINIS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. TATALAKSANA
9. EETH
10. PROGNOSIS
ANATOMI
DEFINISI
 Istilah medis untuk jenis yang paling umum dari tumor hipofisis
merupakan suatu “adenoma " sehingga disebut juga sebagai
adenoma hipofisis.
 Adenoma hipofisis/adenoma hipofise = tumor yang jinak, dengan
partumbuhan yang lambat, yang berasal dari sel-sel kelenjar
hipofisis.
 2/3 berasal dari adenohipofisis.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI LAMA
Eosinofilik Basofilik Kromofobik
KLASIFIKASI BARU
Klinis dan endokrin Patologi Radiologi
Fungsional Non-fungsional Asidofilik Basofilik Kromofobik Mikroadenoma Makroadenoma

Grade 0 Grade II
Grade 1 Grade III Stage A
Stage B
Stage C
Grade IV Stage D
Stage E
EPIDEMIOLOGI
 Tumor hipofisis insidensnya 12-19% dari semua tumor otak 
tumor otak primer urutan ketiga terbanyak pada orang dewasa,
setelah meningioma danglioma.
 Prevalensi lebih kurang 17% dan terutama terdapat pada usia 20 -
50 tahun.
 Tumor hipofisis dapat ditemukan di setiap kelompok umur 
insiden cenderung meningkat dengan usia.
 Predileksi wanita sedikit > dibandingkan laki-laki.
PATOFISIOLOGI
 Patogenesis 
 tumor ini merupakan kelainan intrinsik dalam kelenjar itu sendiri
 tumor hipofisis merupakan hasil dari stimulasi lanjutan oleh hormon atau
faktor hipotalamus
 Gejala klinis awal dari efek endokrin dengan sekresi kelenjar
hipofisis berlebihan.
 Tumor hipofisis yang membesar penekanan ke persyarafan
sekitar, khususnya saraf optikus dan olfactorius + dapat timbul
gangguan hormonal jika adenoma hipófisis menghasilkan hormon-
hormon secara abnormal.
MANIFESTASI KLINIS

Disebabkan oleh produksi hormone yang berlebihan, efek mekanik dari


ekspansi tumor, dan kelemahan fungsi.
 Nyeri kepala, pusing, mual, muntah dapat juga disorientasi tempat
 Gangguan penglihatan, bila tumor mendesak kiasma optikum, dan
 Gangguan nervus lainnya, tergantung besar tumor

 Perubahan siklus menstruasi pada wanita


 Disfungsi ereksi

 Perubahan suasana hati perilaku


 Perubahan berat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Fungsi Hormon Pituitari
 Beberapa tumor fungsional (prolaktinoma), dapat secara efektif diobati tanpa operasi 
tes hormon yang komprehensif dilakukan sebelum pertimbangan operasi tumor.
2. Imaging
 MRI bisa mendeteksi adenoma >4 mm

 MRI berguna untuk konfirmasi, pengukuran, penilaian vascular, deteksi invasi, lokalisasi

mikroadenoma, evaluasi post terapi.


 CT-scan untuk mendeteksi variasi anatomi, menilai pneumatisasi sinus sphenoid, variasi
perlekatan septa intra dan intersphenoid, mengukur sella, deteksi erosi sella dan
ekstensi ke sinus sphenoid.
PENCITRAAN
TATALAKSANA
 Pengobatan tumor hipofisis tergantung pada aktivitas hormonal tumor, ukuran
dan lokasi tumor, serta usia, dan kesehatan keseluruhan dari penderita.
 Tujuan pengobatan :
 menghilangkan tumor
 mengurangi atau mengontrol ukuran tumor
 mengatur keseimbangan kadar hormone (Hipersekresi/hiposekresi ?)

1. Medikamentosa
 diindikasikan pada semua pasien dengan gejala, terutama hipogonadisme
 Agonis dopamine (bromocriptine atau cabergoline)  mengontrol produksi
prolactin dapat mengurangi ukuran tumor + normalisasi prolaktin.
TATALAKSANA
 Analog somatostatin (octreotide)  mengurangi kadar Growth
Hormon + dapat digunakan untuk mengontrol produksi TSH pada
tumor thyrotropic.
 Ketoconazole  mengobati tumor sekresi ACTH yang menimbulkan
penyakit Cushing.
2. Operasi
 Endoscopic Endonasal Surgery, neuroendoscopy, dan kraniotomi.
 Operasi trans-phenoidal merupakan tindakan operasi melalui sinus
sphenoid  operasi yang paling umum dikerjakan untuk tumor
hipofisis.
TATALAKSANA
3. Radiasi
 Radioterapi digunakan sebagai adjuvant pengobatan untuk tumor hipofisis.

 Radioterapi dapat diberikan di samping operasi dan/ atau terapi obat.


 Tujuan : mengurangi atau mengontrol ukuran tumor
 Dipertimbangkan saat :
 Tumor tumbuh secara agresif
 Tumor kembali tumbuh setelah operasi
 Jenis :
 1. Conventional External Beam Radiation
 2. Radiosurgery stereotactic
ENDOSKOPI ENDONASAL TRANSSPHENOID
HIPOFISEKTOMI
 Indikasi :
 Tumor sekretorik yang tidak merespon medikamentosa atau tidak
terdapat terapi medikamentosa yang tepat.
 Munculnya efek samping medikamentosa.
 Pembesaran tumor dengan gejala mekanik atau tanda kompresi
struktur sekitar.
 Pasien dengan tanda insufisiensi pituitary.
 Kontraindikasi :
 Ekstensi anterior ke tuberkulum dan lebih dari planum sphenoidale.
 Di belakang clivus kedalam fossa posterior.
 Tumor dengan bentuk “dumbbell” yang tidak mudah turun.
 Tumor padat – tidak memungkinkan suction atau kuretase.
ENDOSKOPI ENDONASAL TRANSSPHENOID
HIPOFISEKTOMI
 Komplikasi :
1. Infeksi intracranial (0 – 9,8%)
2. Perdarahan (0 – 4,8%)
3. Diabetes insipidus (0,9 – 36,1%)
4. Kebocoran CSF (1,4 – 16,9%)
5. Insufisiensi adrenal (2 – 51,4%)
6. Cidera nervus kranial
7. Kehilangan penglihatan
8. Sinusitis
ENDOSKOPI ENDONASAL TRANSSPHENOID
HIPOFISEKTOMI
 Teknik operasinya terbagi kedalam tiga fase :
1. Fase nasal
 Endoskopi masuk ke dalam lubang hidung, dimajukan terus sampai
sphenoethmoid.
2. Fase sphenoid
 Pelepasan septum nasi dari rostrum sphenoid  septa atau septum
sphenoid dihilangkan  identifikasi patokan di dalam sinus sphenoid.
3. Fase sellar
 Pembukaan dasar sellar untuk mengambil lesi.
ENDOSKOPI ENDONASAL TRANSSPHENOID
HIPOFISEKTOMI
ENDOSKOPI ENDONASAL TRANSSPHENOID
HIPOFISEKTOMI
PROGNOSIS
 Tumor hipofisis bisa menunjukkan keganasan melalui invasi,
proliferasi, atau metastasis.
 Perilaku invasif, pada invasi dural, yang menyebabkan perluasan
tumor ke dalam daerah suprasellar, sinus sphenoid, atau sinus
kavernosus, adalah hal yang biasa ditemui.

Anda mungkin juga menyukai