Anda di halaman 1dari 44

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Kalpataru

PPKN
Kelas : A.40 / Semester : 1

KULIAH I : SABTU, 7 APRIL 2018


Pesan di awal kuliah :

Sikapi Perbedaan dengan


Netral dan / atau Positif
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL

( UU RI 20/2003)

“PENDIDIKAN NASIONAL BERFUNGSI


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN MEMBENTUK WATAK
SERTA PERADABAN BANGSA YANG BERMARTABAT DALAM
RANGKA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA”

(Ps 3 UU RI No 20 tahun 2003)

PENDIDIKAN NASIONAL BERTUJUAN :


“…UNTUK BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA DIDIK AGAR
MENJADI MANUSIA YANG BERIMAN BAN BERTAQWA
KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, SEHAT, BERILMU, CAKAP,
KREATIF, MANDIRI, DAN MENJADI WARGANEGARA YANG
DEMOKRATIS DAN BERTANGGUNG JAWAB”
( Ps 3 UU RI No.20 Tahun 2003)
“KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH”
WAJIB MEMUAT :
a. PENDIDIKAN AGAMA
b. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
c. BAHASA
(Ps 37 AYAT 1 UU No 20 tahun 2003)

“KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI” WAJIB


MEMUAT :
a. PENDIDIKAN AGAMA;
b. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN;
c. BAHASA.
(Ps 37 AYAT 2 UU No.20 tahun 2003)
“Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20
Tahun 2003:

“Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan


untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air”
VISI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )

~ SUMBER NILAI DAN


~ PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM STUDI DALAM MENGANTARKAN
MAHASISWA, UNTUK
~ MENGEMBANGKAN KEPRIBADIANNYA SELAKU
WARGANEGARA YANG BERPERAN AKTIF
~ MENEGAKKAN DEMOKRASI MENUJU
MASYARAKAT MADANI
MISI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002)

Membantu mahasiswa selaku warganegara, agar mampu :


~ mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa
Indonesia,
~ mewujudkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
~ menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab
terhadap kemanusiaan.
KOMPETENSI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )

Mengantarkan mahasiswa
selaku warganegara, memiliki :
a. Wawasan kesadaran bernegara,
BERTUJUAN UNTUK untuk :
MENGUASAI : - bela negara.
~ Kemampuan berfikir, -
cinta tanah air.
~ Bersikap rasional, dan dinamis,
b. Wawasan kebangsaan, untuk :
~ Berpandangan luas sebagai
- kesadaran
manusia intelektual. berbangsa
- mempunyai ketahanan nasional.
c. Pola pikir, sikap yang
komprehensif- Integral pada seluruh
aspek kehidupan nasional.
TUJUAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002)

Agar mahasiswa :
1. Memiliki motivasi menguasai materi pendidikan
kewarganegaraan,
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam
peranan dan kedudukan serta kepentingannya, sebagai
individu, anggota keluarga/masyarakat dan
warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan
kaidah-kaidah nilai berbangsa dan bernegara untuk
menciptakan masyarakat madani.
Masyarakat Madani

• Masyarakat madani (almujtama’al-madani) adalah


masyarakat bermoral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dan stabilitas masyarakat, dimana
masyarakat memiliki motivasi dan inisiatif individual.
• Masyarakat madani adalah masyarakat yang secara umum
memiki ciri-ciri berbudaya, berperadaban, demokratis,
dan berkeadilan.
• Masyarakat madani adalah masyarakat masyarakat yang
berperadaban(ber-“madaniyah”), karena tunduk dan patuh
pada ajaran kepatuhan yang dinyatakan dalam supermasi
hukum dan peraturan. 
• Masyarakat madani adalah suatu sistem sosial yang subur
yang didasarkan pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan
kestabilan masyarakat, serta masyarakat mendorongkan
daya usaha dan inisiatif individu, baik dari segi pemikiran,
seni, ekonomi, maupun taknologi.
ATRIBUT MASYARAKAT MADANI
INDONESIA

• BER-KETUHANAN YANG MAHA ESA,


• BERKEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB,
• BERSATU DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA,
• DEMOKRATIS-KONSTITUSIONAL,
• BERKEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA,
• BERBHINNEKA TUNGGAL IKA,
• MENJUNJUNG TINGGI HAK DAN KEWAJIBAN
AZASI MANUSIA,
• MENCINTAI PERDAMAIAN DUNIA.
HISTORIS
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA
SEJAK 1960-AN SAMPAI SAAT INI

 CIVICS/KEWARGAAN NEGARA : SMA/SMP 62, SD 68, SMP


1969, SMA 1969
 PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA (PKN) : SD 68, PPSP 73
 PENDIDIKAN MORAL PANCASILA (PMP) : SD, SMP,SMU 1975,
1984.
 PENDIDIKAN PANCASILA : PT 1970-an - 2000-an
 PENDIDIKAN KEWIRAAN : PT 1960-an - 2001
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PT 2002 - Sekarang
 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) :
SD, SMP, SMU 1994-Sekarang
 PENDIDIKAN KEWARGAAN : IAIN/STAIN 2002 - sekarang
(rintisan)
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) : SD, SMP, SMU, PT
(UU No.20 Thn 2003 ttg SISDIKNAS)
NOMENKLATUUR/TERMINOLOGI:
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI DUNIA
• CIVICS, CIVIC EDUCATION (USA)
• CITIZENSHIP EDUCATION (UK)
• TA’LIMATUL MUWWATANAH, (TIMTENG)
TARBIYATUL WATONIYAH
• EDUCACION CIVICAS (MEXICO)
• SACHUNTERRICHT (JERMAN)
• CIVICS, SOCIAL STUDIES (AUSTRALIA)
• SOCIAL STUDIES (NEW ZEALAND)
• LIFE ORIENTATION (AFRIKA SELATAN)
• PEOPLE AND SOCIETY (HONGARIA)
• CIVICS AND MORAL EDUCATION (SINGAPORE)
• OBSCESVOVEDINIE (RUSIA)
• PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (INDONESIA)
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

1) Setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat


Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan

2) Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah


hubungan antara warga negara dan negara serta
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.

3) Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan


Pendahuluan Bela Negara merupakan salah satu
komponen yg tidak dapat dipisahkan dari Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian dalam susunan
kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
- SEPANJANG PERJALANAN SEJARAH BANGSA INDONESIA MENGALAMI
PASANG SURUT, MENGALAMI KONDISI DAN TUNTUTAN YG BERBEDA
SESUAI DENGAN ZAMANNYA.

- KONDISI & TUNTUTAN YANG BERBEDA TERSEBUT DITANGGAPI


BANGSA INDONESIA DENGAN KESAMAAN NILAI-NILAI PERJUANGAN
BANGSA YANG DILANDASI OLEH JIWA, TEKAD & SEMANGAT KEBANGSAAN.

- KESEMUANYA ITU TUMBUH MENJADI KUAT YG MAMPU MENDORONG


PROSES TERWUJUDNYA NKRI.

- SEMANGAT PERJUANGAN BANGSA INDONESIA YANG TAK KENAL


MENYERAH MERUPAKAN KEKUATAN MENTAL SPIRITUAL YANG DAPAT
MELAHIRKAN SIKAP & PERILAKU HEROIK & PATRIOTIK YANG HARUS
DIMILIKI OLEH SETIAP WARGA NEGARA NKRI.

- NILAI-NILAI PERJUANGAN BANGSA MASIH RELEVAN DALAM


PECAHKAN SETIAP PERMASALAHAN DALAM BERMASYRAKAT,
BERBANGSA & BERNEGARA SERTA SUDAH TERBUKTI KEANDALANNYA.
GLOBALISASI YANG DIWARNAI PERKEMBANGAN IPTEK (INFORMASI,
KOM, TANSP) MEMBUAT DUNIA MENJADI TRANSPARAN
( “BORDERLESS COUNTRY” )

OLEH SEBAB ITU ISU GLOBALISASI (DEMOKRASI, HAM, LH) AKAN


PENGARUHI STRUKTUR KEHIDUPAN (POLA PIKIR, SIKAP DAN
TINDAK) MASYARAKAT INDONESIA TERMASUK MENTAL
SPIRITUAL.
UNTUK MENGHADAPI GLOBALISASI DALAM MENGISI
KEMERDEKAAN,
DIPERLUKAN PERJUANGAN NON FISIK SESUAI BIDANG PROFESI
MASING-MASING. PERJUANGAN INI HRS DILANDASI NILAI-NILAI
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA --> SEHINGGA KITA MEMILIKI
WAWASAN, CINTA TANAH AIR, UTAMAKAN PERSATUAN DAN
KESATUAN BANGSA.

PERJUANGAN NON FISIK TERSEBUT MEMERLUKAN SARANA


KEGIATAN
PENDIDIKAN BAGI SETIAP WNI KHUSUSNYA MAHASISWA SEBAGAI
CALON CENDEKIAWAN MELALUI PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN.
LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1) UUD 1945

a) Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita


tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
b) Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum
dan pemerintahan.
c) Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warga negara dalam upaya
pembelaan negara.
d) Pasal 30 (1), hak dan kewajiban warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
e) Pasal 31 (1), hak warga negara mendapatkan pendidikan.

2) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang


Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
OBJEK PEMBAHASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

a) Objek Material. Segala hal yang berkaitan dengan warga


negara baik yang empirik maupun yang non-empirik, yang
meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam
kesatuan bangsa dan negara.

b) Objek Formal. Mencakup dua segi, yaitu segi hubungan


antara warga negara dan negara (termasuk hubungan antar
warga negara) dan segi pembelaan negara.

Rumpun Keilmuan. Pendidikan Kewarganegaraan bersifat


interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena
kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu
Kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin ilmu.
Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
HAM & Rule of Law

Hak dan Kewajiban Warga Nega


MATERI

Filsafat Pancasila

Identitas Nasional Geopolitik Indonesia

Geostrategi Indonesia
Demokrasi Indonesia

Politik & Strategi Nasional


FILSAFAT
PANCASILA
PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT

Ilmu pengetahuan yang mendalam dan mendasar


mengenai Pancasila, dan merupakan suatu kajian nilai-
nilai yang terdapat dalam masing-masing sila, mencari
intinya, hakikat dari inti dan pokok-pokok yang
terkandung di dalamnya yaitu :
Nilai Ketuhanan;
Nilai Kemanusiaan;
Nilai Persatuan;
Nilai Kerakyatan;
Nilai Keadilan.
Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi
penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia.
PENGERTIAN NILAI

• Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan


berguna bagi manusia.
• Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas
yang menyangkut jenis dan minat.
• Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu
kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi
dasar penentu tingkah laku manusia.

CIRI-CIRI NILAI :
suatu realitas abstrak, bersifat normatif, sebagai
motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak.
Prof. Notonegoro, ada 3 (tiga) macam nilai :
1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia;
2. Nilai vital, sesuatu sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat melaksanakan kegiatan;
3. Nilai kerokhanian, yang dibedakan :
- nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia
(rasio, budi, cipta);
- nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa
manusia;
- nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada
kehendak karsa, hati nurani manusia;
- nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber
pada keyakinan manusia.
PERBUATAN

» Perbuatan manusia (actus hominis), diluar


pengamatan manusia.

» Perbuatan insani (actus humanus), dibawah


pengawasan manusia.
IDEOLOGI
idea + logos = ilmu tentang gagasan atau
cita-cita.
Sebagai tujuan atau cita- Sebagai pemersatu
cita yang hendak dicapai masyarakat dan dengan
secara bersama oleh suatu demikian dapat menjadi
masyarakat prosedur penyelesaian
konflik yang terjadi

cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita


yang bersifat tetap dan harus dicapai
sehingga cita-cita itu merupakan dasar,
pandangan/paham
IDEOLOGI vs. FILOSOFI
• Ideologi tidak sama dengan Filosofi
• Ideologi adalah cara pandang ideal bagi
sekelompok masyarakat (ideal way of life
for society)
• Filosofi adalah cara pandang mengarungi
kehidupan (the way of living life)
• Ideologi bersifat strategis-politis
• Filosofi bersifat strategis-humanis
KARAKTERISTIK IDEOLOGI

1. Mempunyai kekuatan (have power)


2. Mampu menuntun dalam evaluasi
(guidance of evaluation)
3. Menyediakan petunjuk dalam
beraksi (guidance of action)
4. Harus logis (logic)
6 CARA PEMANFAATAN IDEOLOGI

1. Sebagai sekumpulan ide yang normatif


2. Sebagai bentuk struktur logika internal
3. Sebagai ide dalam interaksi manusia
4. Sebagai ide dalam struktur organisasi
5. Sebagai cara persuasif
6. Sebagai tempat interaksi sosial
JENIS IDEOLOGI POLITIK
• Anarkisme • Islamisme
• Demokrasi • Liberalisme
Kristen • Libertarianisme
• Komunisme • Nasionalisme
• Komunitarianisme • Demokasi Sosial
• Konservatisme • Sosialisme
• Fasisme
• Politik Hijau
PANCASILA
• Pancasila : Sebagai dasar filsafat atau
dasar falsafah negara (philosophische
grondslag) dari negara Indonesia
berupa nilai-nilai budaya bangsa, dan
sebagai ideologi nasional yang terbuka.
• Pancasila adalah dasar (filsafat)
negara, sedang UUD 1945 adalah
dasar (hukum) negara Indonesia.
• Nilai dasar Pancasila bersifat tetap,
dapat dijabarkan sesuai dengan
dinamika perkembangan dan tuntutan
masyarakat
MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA
• Pancasila sebagai dasar
(filsafat) negara mengandung
makna bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
menjadi dasar atau pedoman
bagi penyelenggaraan
bernegara.
• Nilai dasar Pancasila bersifat
abstrak, normatif dan nilai itu
menjadi motivator kegiatan
dalam penyelenggaraan
bernegara.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

• a. Nilai
Dasar
Asas-asas yang kita terima sebagai dalil dam bersifat
mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu
yang benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi.

• b. Nilai Instrumental
Pelaksanaan umum dari nilai dasar, berbentuk norma
sosial, dan norma hukum yang terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.

• C. Nilai Praktis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan, yang merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental benar-benar hidup dalam
masyarakat Indonesia.
PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA
DAN DINAMIS

• Nilai-nilai dan cita-citanya bersumber


dari kekayaan budaya masyarakat
sendiri.
• Nilai itu bukan keyakinan sekelompok
orang, tetapi hasil kesepakatan.
• Isinya tidak langsung operasional.
DIMENSI IDEOLOGI TERBUKA DAN
DINAMIS
• Dimensi Realitas
Nilai-nilai ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di
dalam masyarakat Indonesia. Merupakan nilai dasar yang abadi
dan tidak boleh diubah.

• Dimensi Idealitis
Ideologi selain memberi penafsiran atau pemahaman atas
kenyataan, juga mempunyai sifat futuristik yaitu memberi
gambaran akan masa depan yang ingin diwujudkan.

• Dimensi Fleksibilitas
Memiliki keluwesan yang memungkinkan untuk pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan tanpa menghilangkan
atau mengingkari hakikat dan jati diri yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
IDEOLOGI TERTUTUP

• Nilai-nilai yang terkandung merupakan cita-cita


suatu kelompok orang untuk mengubah dan
memperbaharui masyarakat, bukan berasal dari
masyarakat
• Berlakunya nilai ideologi dipaksakan di masyarakat.
• Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu,
melainkan atas tuntutan-tuntutan yang konkret,
operasional dan diajukan dengan mutlak.
MAKNA NILAI PANCASILA
• Nilai Ketuhanan
Adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap
adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa
yang ateis. Adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antar umat beragama.
• Nilai Kemanusiaan
Kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai
moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan harkat
martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama
derajatnya dan sama hak dan kewajiban asasinya.
• Nilai Persatuan
Usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam NKRI. Mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang
dimiliki bangsa Indonesia. Menghayati semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
• Nilai Kerakyatan
Suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Demokrasi yang lebih mengutamakan
pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.
• Nilai Keadilan
Sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu terciptanya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara
lahiriah ataupun batiniah. Negara Indonesia yang
berkeadilan.
Pancasila selain berkedudukan
sebagai Staatsfundamentalnorm,
juga sebagai Cita Hukum (rechtidee)
yang menguasai hukum dasar negara
baik tertulis maupun tidak tertulis,
dan merupakan gagasan, pikiran, rasa
dan cipta mengenai hukum yang
seharusnya diinginkan masyarakat.
yang menguasai hukum dasar negara
baik tertulis maupun tidak tertulis.
2 (dua) fungsi Pancasila sebagai cita hukum

• Fungsi regulatif , artinya cita hukum


menguji apakah hukum yang dibuat adil
atau tidak bagi masyarakat;

• Fungsi konstitutif, artinya fungsi yang


menentukan bahwa tanpa dasar cita hukum
maka hukum yang dibuat akan kehilangan
maknanya sebagai hukum.
Pengamalan Pancasila Dalam Kehidupan
Bernegara
• Pengamalan secara obyektif : dengan
melaksanakan dan mentaati peraturan
perundang-undangan sebagai norma hukum
negara yang berlandaskan pada Pancasila;
• Pengamalan secara subyektif : dengan
menjalankan nilai-nilai Pancasila yang berwujud
norma etik secara pribadi atau kelompok
dalam bersikap dan bertingkah laku pada
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3 (tiga) faktor yang membuat Pancasila semakin
sulit dan marginal dalam semua perkembangan
yang terjadi :
1. Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan
rezim ORBA yang menjadikan Pancasila sebagai
alat politik untuk mempertahankan status quo
kekuasaannya;
2. Liberalisasi politik dengan penghapusan
ketentuan tentang Pancasila sebagai satu-satunya
asas setiap organisasi.
3. Desentralisasi dan otonomisasi daerah yang
sedikit banyak mendorong penguatan sentiment
kedaerahan, sehingga Pancasila kian kehilangan
posisi sentralnya.
Radikalisasi (Ruh Baru) Pancasila
(1). Mengembalikan Pancasila sesuai dengan jati
dirinya (memberi visi kenegaraan), yaitu
sebagai ideologi dan dasar negara;
(2). Mengganti persepsi dari Pancasila sebagai
ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu;
(3). Mengusahakan Pancasila mempunyai
konsistensi dengan produk-produk
perundangan, koherensi antar sila, dan
korespondensi dengan realitas sosial, dan;
(4). Pancasila yang semula melayani kepentingan
vertikal menjadi Pancasila yang melayani
kepentingan horizontal.
REFERENSI PENGANTAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
1. Udin S. Winataputra, H., (2004). Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana psiko-
pedagogis untuk mewujudkan masyarakat madani. Makalah Bahan Sajian dan Diskusi
Dalam Lokakarya
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti-
Depdiknas. 21-22
September 2004.
2. UU. No. 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. SKep. Dirjen DIKTI – Depdiknas, No. 38/DIKTI/Kep/2002. tentang Rambu-rambu
pelaksanaan Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
4. Sudargo Gautama. (1997). Warga Negara dan Orang Asing. Bandung : Alumni.
5. Sharp, Gene. (1997). Menuju Demokrasi tanpa Kekerasan. Terjemahan: Sugeng
Bahagiyo. Jakarta : Pustaka Sinar Haraoan.
6. Bondan Gunawan S. (2000). Apa itu Demokrasi . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
7. Beetham, David & Boyle, Kevin. (1995). Demokrasi . Terjemahan : Bern. Hidayat.
Yogyakarta : Kanisius.
8. Saafroedin Bahar dan A.B. Tangdililing. (Penyunting). ( 1996). Intergrasi Nasional :
Teori, Masalah dan Strategi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
9. F. Isjwara. (1982). Ilmu Politik. Bandung : Angkasa.
10.Tim Dirjen Dikti-Dep Diknas. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
11.Tim Lemhannas. (1994). Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai