Anda di halaman 1dari 48

KONSEP PERAWATAN LUKA, PENJAHITAN DAN

PELEPASAN JAHITAN

Annisya Yusnia Isti Khomatul M


Bahri Subandi Nila Nirmala S
Dwiki Istanto Siska Elfrida S
Elsya Aprilia Sri Devi M
Fika Dwi Aprilia
APA ITU LUKA ??

• Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada


kulit yakni, kerusakan kontinuitas kulit, mukosa
membran dan tulang atau organ tubuh lain. Keadaan
luka dapat dilihat dari berbagai sisi, sebagai berikut:
• 1.Rusak tidaknya jaringan yang ada pada permukaan
• 2.Sebab terjadinya luka
• 3.Luas permukaan luka
• 4.Ada atau tidaknya mikroorganisme.
LUKA DIGOLONGKAN BERDASARAN....

• 1. SIFAT KEJADIAN
• 2. PENYEBAB
• 3. TINGKAT KONTAMINASI
• 4. KEDALAMAN DAN LUAS LUKA
• 5. PENYEMBUHAN LUKA
1. BERDASARKAN SIFAT KEJADIAN

• Luka tidak disengaja dibagi menjadi 2, yaitu :


• a.Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada
permukaan tidak rusak (kesleo, terkilir, patah tulang, dsb).

• b.Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan


rusak, kerusakan terjadi karena kesengajaan (operasi)
maupun ketidaksengajaan (kecelakaan).
2. BERDASARKAN PENYEBAB

a.Luka mekanik (cara luka • b.Luka non mekanik : luka


didapat dan luas kulit yang akibat zat kimia, termik,
terkena) radiasi atau serangan
• Luka insisiLuka bersih listrik.
• Luka memar
• Luka lecet
• Luka tusuk
• Luka gores
• Luka tembus/luka tembak
• Luka bakar
3. BERDASARKAN TINGKAT KONTAMINASI

• Clean Wounds (luka bersih)


• Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi)
• Contamined Wounds (luka terkontaminasi)
• Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi)
4. BERDASARKAN KEDALAMAN &LUAS LUKA

• Stadium I : Luka • Stadium III : Luka “Full


Superfisial (Non-Blanching Thickness” : yaitu hilangnya
Erithema) : yaitu luka yang kulit keseluruhan meliputi
terjadi pada lapisan kerusakan atau nekrosis
epidermis kulit. jaringan subkutan yang dapat
• Stadium II : Luka “Partial meluas.
Thickness” : yaitu • d.Stadium IV : Luka “Full
hilangnya lapisan kulit Thickness” yang telah
pada lapisan epidermis mencapai lapisan otot, tendon
dan bagian atas dari dan tulang dengan adanya
dermis. destruksi/kerusakan yang luas.
5. BERDASARKAN PENYEMBUHAN LUKA

• a.Luka akut : yaitu luka dengandengan gejala berat durasi


yang relatif singkat, biasanya masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

• b.Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan


dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor
eksogen dan endogen. Biasanyaluka kronis berlangsung
lama, biasanya 6 bulan atau lebih, bahkan selama atau
semasa hidup indivudu tersebut.
FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA

• 1. Fase Inflamasi
• Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan
seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada
jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai
adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan
area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
• 2. Fase Proliferasi
• Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai
dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada
proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang
akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
• 3. Fase Maturasi
• Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan
berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase
maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan
baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan
garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin
dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat
jaringan parut.
FAKTOR-FAKTOR PENYEMBUHAN LUKA

• 1. Usia • 6. Benda asing


• 2. Nutrisi • 7. Iskemia
• 3. Infeksi • 8. Diabetes Mellitus
• 4. Sirkulasi (Hipovolemia) • 9. Keadaan Luka
dan Oksigenasi • 10. Obat
• 5. Hematoma
Jenis-Jenis Jahitan Berdasarkan Indikasi Tindakan

• teknik-teknik penjahitan luka haruslah memenuhi prinsip-


prinsip umum penjahitan luka seperti dibawah ini :
• Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder
pada 1/3 bagian dari tempatmasuknya benang dan 2/3
bagian dari ujung jarum jahit.
• Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus
perpendikular terhadap permukaanjaringan.
• Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan
kedalaman yang sama padakedua sisi daerah insisi,
biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka.
Sedangkanjarak antara jahitan yang satu dengan yang
lainnya berkisar 3-4mm.
• Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
• Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas
garis insisi.
a.Simple Interupted Suture

Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpul


lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu
jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu.
Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan
dalam bidang kedokteran gigi.

Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan


cukup panjang untukinsersidan memiliki resiko lebih besar
dalam meninggalkan bekas jahitan yang membentuk
seperti jalur kereta api (rail-road scar).
• Dilakukan sebagai berikut :
• ♥Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut
sekitar 90 derajat, masuk subcutan terus kekulit sisi
lainnya
• ♥Perlu diingat lebar dan kedalaman jaringan kulit dan
subcutan diusahakan agar tepi luka yang dijahit dapat
mendekat dengan posisi membuka kearah luar (everted)
• ♥Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan
benang diikat
• ♥Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung yang lain
b.Simple Continuous Suture

• Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah


insersi jahitannya yangcukup cepat. Sedangkan
kerugiannya adalah jika salah satu jahitan terputus,
makakeseluruhan jahitan akan rusak. Oleh karena itu,
teknik ini diindikasikan padapenjahitan luka pada daerah
tension yang minimal.
c.Locking Continuous Suture

• Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple


continuous suture,namun terdapat keuntungan tambahan
berupa adanya mekanisme pengunci. Denganadanya
mekanisme ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi
secara perpendikular.Selain itu, hal ini juga mencegah
terjadinya pengetatan jahitan secara terus
menerussebagai kemajuan proses penyembuhan luka.
d.Subcuticuler Continuos Suture

• Pada teknik ini, jahitan dilakukan dengan membuat


jahitan horizontal melewati kedua tepi luka secara
bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan
dapat dibiarkan lebih dari satu minggu pada area luka
• Dilakukan sebagai berikut :
• ♥Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka
keluar di daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka
• ♥Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit
sisi yang lain, secara bergantian terus menerus sampai
pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan
pada kulit 1-2 cm dari ujung luka lain
• ♥Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit
pada kedua sisi secara parallel disepanjang luka tersebut.
Kriteria Pelepasan Jahitan

• Jahitan pada daerah kulit dibuka setelah 7 sampai 10


hari, sedangkan daerah mukosa dibuka setelah 5 -7 hari.
Caranya adalah dengan memegang ujung simpul dengan
pinset, lalu memotong ujung jahitan yang dekat dengan
arah masuknya benang dengan gunting. Jika tidak, maka
benang yang terkontaminasi akan ikut tertarik masuk
kedalam daerah luka yang sedang mengalami
penyembuhan, akibatnya terjadilah infeksi.
PENGKAJIAN LUKA
• 1)Tipe luka
• a.Luka akut : luka bedah yang sembuh melalui intensi
primer atau luka traumatic atau luka bedah yang sembuh
melalui intensi sekunder dan melalui proses perbaikan
yang tepat pasa waktu dan mencapai hasil pemulihan
integritas anatomis sesuai dengan proses penyembuhan
secara fisiologis
• b.Luka kronik : terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak
sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan dan
penyembuhannya mengalami komplikasi, terhambat oleh
faktor internal maupun eksternal
• 2)Tipe penyembuhan

• a.Primary intention, jika terdapat kehilangan jaringan minimal


dan kedua tepi luka dirapatkan baik dengan jahitan atau
plester dan akan menghasilkan jaringan parut yang minimal.
• b.Delayed primary intention, jika luka terinfeksi atau
mengandung benda asing dan membutuhkan pemberihan
intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5 hari
kemudian.
• c.Secondary intention, penyembuhan luka terlambat dan
terjadinya proses granulasi.
• 3)Kehilangan jaringan

• a.Superfisial, luka sebatas epidermis


• b.Parsial, luka meliputi epidermis dan dermis
• c.Penuh, luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan
subcutan yang kemungkinan melibatkan otot, tendon dan
tulang.
• 4)Penampilan klinis

• a.Hitam atau nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan


nekrotik, mungkin harus kering atau lembab.
• b.Kuning atau sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous
• c.Merah atau granulasi, jaringan granulasi sehat
• d.Pink atau epithellating yaitu terjadi epitelisasi
• e.Kehijauan atau terinfeksi yaitu tanda-tanda klinis infeksi
seperti nyeri, panas, bengkak dan peningkatan eksudate.
• 5)Lokasi

• Lokasi luka mempengaruhi waktu penyembuhan luka dan


jenis perawatan yang diberikan. Lokasi luka didaerah
persendian yang cenderung bergerak dan tergesek
mungkin akan menghambat proses penyembuhan.
Sedangkan area yang rentan oleh tekanan akan lambat
sembuh seperti pinggul dan bokong.
• 6)Ukuran luka

• a.Pengkajian 2 dimensi
• mengukur lebar dan panjang luka menggunakan penggaris panjang
(direkomendasikan dalam bentuk plasctik transparan) dan ditandai
dengan spidol
• b.Pengkajian 3 dimensi
• Metode paling mudah adalah menggunakan instrument berupa aplikator
kapas lembab steril atau kateter/baby feeding tube, caranya pegang
aplikator dengan ibu jari dan telunjuk pada titik yang berhubungan
dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik aplikator sambil
mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk memegangnya. Ukur dari
ujung aplikator pada posisi sejajar dengan penggaris.
• 7)Eksudasi
• a.Serous : cairan berwarna jernih
• b.Hemoserous : cairan serous berwarna merah terang
• c.Sanguenous : cairan berwarna darah kental/pekat
• d.Purulent : kental mengandung nanah

• 8)Kulit sekitar luka


• Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan
apakah ada selulitis, edema atau benda asing. Penting
untuk memeriksa tepi luka terhadap ada tidaknya
epitalisasi atau adanya kontraksi.
• 9)Nyeri
• Penyebab nyeri pada luka harus dipastikan. Apakah nyeri
berhubungan dengan penyakit, pembedahan atau infeksi
dan benda asing. Nyeri harus diteliti dan di kelola secara
tepat.

• 10)Infeksi luka
• Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai “pertumbuhan
organisme dalam luka yang berkaitan dengan reaksi
jaringan”. Reaksi jaringan tergantung pada daya tahan
tubuh host terhadap invasi mikroorganisme.
Rancangan Dari Wound Bed Preparation

• Tujuan manajemen luka selain mempertahankan


keseimbangan kelembaban (moist wound healing)
dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar
luka sebelum dilakukan pemasangan graft atau flap
konstruksi
• Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka
atau disebut wound bed preparation adalah manajemen
luka untuk mempercepat penyembuhan endogenous atau
untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran terapeutik
lainnya.
Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka
dengan wound bed preparation memiliki tahapan-tahapan
yang disingkat dengan TIME, yaitu;
• tissue management (manajemen jaringan)
• infection or inflammation control (pengendalian infeksi)
• moisture balance (keseimbangan kelembaban)
• edge of wound (pinggiran luka)
Pelaksanaan wound bed preparation dengan TIME,
yaitu;

• 1. Manajemen jaringan
• 2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
• 3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban
• 4. Kemajuan tepi luka
Rumusan Dari Time Management

Falanga (2004) mengembangkan kerangka kerja yang


dikenal sebagai TIME untuk mendukung pendekatan yang
lebih komprehensif dalam perawatan luka kronik.

Adapun kerangka kerja TIME adalah sebagai berikut:


• T : Tissue Management.
• I : Inflammation and infection control.
• M : Moisture balance.
• E : Epithelial (edge) advancement.
A.TISSUE MANAGEMENT
• Tissue management atau manajemen jaringan luka
ditujukan untuk menyiapkan bantalan luka. Oleh karena itu
dipandang perlu untuk segera melakukan debridement
untuk mengangkat jaringan nekrotik dan slough.
Debridement dapat dilaksanakan dengan berbagai cara,
yaitu :
• 1. Autolytic debridement.
• 2. Biological debridement.
• 3. Enzymatic debridement.
• 4. Mechanical debridement.
• 5. Sharp atau Surgical debridement.
B. INFLAMMATION AND INFECTION CONTROL

• Sibbald (2002) menggambarkan pentingnya


mempertahankan keseimbangan bakteri ketika luka
terkontaminasi atau terkolonisasi oleh bakteri tapi tidak
mengganggu proses penyembuhan.

• Schultz (2003) menekankan pentingnya debridement


sebab dapat mengurangi jumlah bakteri dengan
mengangkat jaringan yang mati. Penggunaan belatung
untuk debridement juga sangat berguna bahkan dapat
mencerna dan menghancurkan bakteri, termasuk MRSA
(Thomas, 2001).
C. MOISTURE BALANCE

a.Untuk luka dengan eksudat yang sangat banyak,


gunakan balutan yang memiliki daya serap yang tinggi.
Contohnya alginate, foams, dan hydrofiber dressing. Bila
tidak ada dapat dimodifikasi misalnya penggunaan pampers
dan pembalut.

b.Untuk luka dengan eksudat yang produktif seperti


sinus dan fistula, dapat digunakan ‘system kantong’ untuk
menampung eksudat. Untuk aplikasi ‘system kantong’ dapat
digunakan stoma bag, urostomy bag, fistula bag, atau bila
tidak ada dapat digunakan ‘parcel dressing’.
D. EPHITELIAL (EDGE) ADVANCEMENT

• Selama ini dalam perawatan luka kita hanya berfokus


pada lukanya dan mengabaikan perawata kulit sekitar
luka. Tepi luka yang berwarna pink merupakan gambaran
luka yang sehat sebaliknya tepi luka yang menebal atau
tidak jelas batasnya merupakan gambaran luka yang
kurang baik.
• Untuk perawatan tepi luka dapat dilakukan dengan
mengontrol eksudat agar tidak mengenai tepi luka,
memberi kelembaban pada kulit sekitar luka dapat
menggunakan skin tissue, skin lotion, dan lain-lain.
Merancang Pemilihan Balutan/Wound Dressing Yang
Tepat
• Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing
dilaporkan tersedia untuk menangani luka kronis. Bahan
modern wound dressing dapat berupa hidrogel, film
dressing, hydrocolloid, calcium alginate, foam/ absorbant
dressing, antimicrobial dressing, antimicrobial
hydrophobic. Adapun syarat yang di tentukan untuk
pemilihan balutan/ Wound Dressing yang tepat :
• 1.Menyesuaikan jenis balutan
• 2.Menyesuaikan dengan tujuan/manfaat
• 3.Menyesuaikan jenis balutan dengan jenis luka
• karakteristik balutan luka yang ideal adalah sebagai berikut :

• 1.Menciptakan suasana/keadaan yang lembab untuk


kesembuhan luka atau istilahnya “moist wound healing”.
• 2.Mengontrol eksudat yang berlebih.
• 3.Menjaga kondisi suhu yang stabil.
• 4.Tidak dapat dilalui mikroorganisme.
• 5.Tidak menyebabkan trauma/kerusakan yang minimal ketika
mengganti balutan.
• 6.Harga yang terjangkau.
• 7.Terdapat dirumah sakit dan komunitas.
Pemilihan Jenis Benang

• Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang


jahit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk
menyerapnya dan susunan filamennya
Ukuran dan jenis benang untu berbagai jaringan
Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran
Fasia Semua 2.0-1.0
Otot Semua 3.0-0
Kulit Tak Terserap 2.0-6.0
Lemak Terserap 2.0-3.0
Hepar Cromik catgut 2.0-0
Ginjal Semua catgut 4.0
Pankreas Sutera, kapas 3.0
Usus halus Catgut, sutera, kapas 2.0-3.0
Usus besar Kromik catgut 4.0-0
Tendo Tak terserap 5.0-3.0
Kapsul sendi Tak terserap 3.0-2.0
Peritoneum Kromik catgut 3.0-2.0
Bedah mikro Tak terserap 7.0-11.0
Jarum jahit bedah
• Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang lengkung, berbeda-
beda bentuknya. Perbedaan bentuk ini pada penampang batang
jarum yang bulat atau bersegi tajam, dan bermata atau tidak
bermata. Panjang jarum pun beragam dari 2-60 mm.
kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan yang
berbeda, sedangkan penampang batang jarum dipilih
berdasarkan lunak kerasnya jaringan. Jarum yang sangat
lengkung untuk luka yang dalam dan penampang yang bulat
untuk jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum yang
bermata akan membuat lubang tusukan lebih besar, sedangkan
jarum yang tidak bermata yang disebut atraumatik akan membuat
lubang yang lebih halus.

Anda mungkin juga menyukai