Anda di halaman 1dari 11

Filosofi

Pemikiran
Ekonomi
John
Stuart Mill
John Stuart Mill (lahir di Pentonville, London,
Inggris, 20 Mei 1806 – meninggal di Avignon,
Perancis, 8 Mei 1873 pada umur 66 tahun)
adalah seorang filsuf empiris dari Inggris. Ia
juga dikenal sebagai reformator dari
utilitarianisme sosial. Ayahnya, James Mill,
adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia
mempelajari psikologi, yang merupakan inti
filsafat Mill, dari ayahnya. Sejak kecil, ia
mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin.

Biografi John
Mill berpendapat bahwa satu-satunya
sumber bagi segala pengenalan adalah
pengalaman. Oleh karena itu, induksi
menjadi jalan kepada pengenalan. Di
dalam etika, Mill melihat hubungan
timbal-balik antara manusia secara
pribadi dengan masyarakat atas dasar
prinsip utilitarianisme. Dengan
demikian, tindakan yang dilakukan
oleh manusia bertujuan membawa
kepuasan bagi dirinya sendiri secara
psikologis, bukan orang lain atau nilai-
nilai. John Stuart Mill merupakan
salah satu tokoh Utilitarianisme yang
terkenal dalam menelurkan konsep
kebebasan, yang dituangkan secara
komprehensif di dalam bukunya On
Liberty..
Selain mengarang buku On Liberty, dan
Utilitarianism, Mill juga mengarang sebuah
PowerPoint Presentation
buku yang berkaitan dengan ekonomi,
Principles of Political Economy pada tahun
1848. Buku ini berupaya untuk memahami
masalah ekonomi sebagai suatu masalah
sosial; masalah tentang bagaimana manusia
hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses
PowerPoint Presentation

produksi, perlindungan terhadap produk


dalam negeri dan perpesaing antar produk,
maupun masalah distribusi melalui
instrument uang dan kredit (mikhael
dua,2008).
Sebelum beranjak ke pemikiran ekonominya,
Mill yang dikenal sebagai pembaharu dalam
paham utilitarianisme yang cukup banyak
PowerPoint Presentation
menjadi bahan diskusi penting dikalangan
filsuf di Eropa.
Sedikit pemikiran Mill secara utilitarian
murni, dimana Mill melakukan kritikan
terhadap utilitarianisme Bentham, Mill
menganggap bahwa utilitarianisme juga
mengandung PowerPoint
unsur Presentation
keadilan, dimana
kebahagiaan tidak diartikan semata milik
pribadi, namun untuk semua orang, maka
dari sana memunculkan konsepsi moral
bahwa utilitarianisme merupakan
universalisme etis, bukan egoisme etis
nikmat ruhani menurutnya lebih mulia
Anekdot tersebut kemudian berimplikasi pada pemikiran
utilitarianisme nya di bidang ekonomi yang lebih
menitikberatkan pada aktifitas produksi.
Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi
oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi
selalu diliputi dengan tekanan jumlah penduduk dengan sumber
yang tetap. Mill seorang utilitarian yang mencoba untuk
memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya
kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih
luas dari itu, dan Mill pun memperkenalkan sebuah konsep
kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf utilitarian
kurang menyentuh hal tersebut. Menurut Mill tentunya berbeda
terkait kebahagiaan individu dengan kebahagiaan umum. Suara
hati menjadi dasar moralitas kaum utilitarian, sehingga akan
menimbulkan implikasi didalam kehidupan sehari-hari terkait
hubungannya dengan orang lain, dan disanalah eksistensi
sebagai makhluk sosial menjadi nyata.
Perasaan sosial yang timbul menuntut
adanya suatu perhatian terhadap
kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi. Maka, dikemudian hari akan
memunculkan konsep kebebasan dan
keadilan. Universalime etis merupakan
konsep utilitariannya yang lebih
mengedepankan kepada kebahagiaan orang
lain, dimana disanalah moralitas utilitarian
dibangun oleh Mill. Prinsip tersebut
memang cukup relevan dalam hal aktifitas
ekonomi, disamping Mill menerima pasar
bebas Adam Smith, namun usaha untuk
memperhatikan kebahagiaan orang lain
dalam hal persaingan ekonomi pasar,
menjadi agenda Mill.
Kondisi pasar bebas yang
cenderung bersikap egoisme sentris,
berusaha ditekan Mill dengan
pemberlakuan nilai moralitas bersama,
dimana prinsip kebahagiaan harus
dirasakan oleh setiap pemain pasar,
pelaku usaha, produsen, distribusi,
hingga tataran konsumen. Pasar
bebas memang cenderung melahirkan
kondisi menang-kalah, namun
diantara dua belah pihak diharapkan
harus tetap mampu menjalin
hubungan yang kelak melahirkan
kebahagiaan bersama, yang
merupakan konsekuensi atas
universalisme etis ala John Stuart
Mill.
Mill, menganggap kemakmuran suatu
bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan
kebutuhan fisik semata, melainkan
kontinuitas produksi. produksi harus
diperhatikan serta pemenuhan kebutuhan
umum. Menurut Mill penawaran selalu
identik dengan permintaan, dan dia
menerapkan pola fikir baru bahwa produksi
tidaklah harus ditentukan dengan
permintaan pasar, sehingga baginya tidak
ada istilah overproduksi yang selama ini
dicegah oleh kebanyakan orang.
Mill dalam hal ini sejalan dengan Adam
Smith yang hidup lebih awal darinya, dalam
hal ini mengenai ide pembagian kerja
menurut Smith, namun Mill memasukkkan
unsur lain didalamnya yakni peran wanita
sebagai kondisi yang memungkinkan
Modern Portfolio
terjadinya pembagian kerja yang riil. Kalau
Designed dalam Adam Smith dikenal istilah ‘the right
man in the right place’, maka Mill
Dalam mengatasi kondisi yang stagnan,
menurut Mill mesti digiatkan lagi konsep
kebahagiaan umum, dimana mencoba untuk
menghindari akibat yang dialami dari
stagnasi ekonomi tersebut terhadap semua
orang. Menurutnya kegiatan ekonomi pada
masa stagnan haruslah difokuskan pada
pengentasan kemiskinan dan upaya
pencegahan dari ketidakadilan ekonomi.
Dalam konsep riil terkait pemikiran
ekonominya, Mill mencoba untuk memberi 3
bidang pekerjaan yang dianggapnya ideal,
yakni; pertanian, perusahaan, dan bank.

Modern Portfolio
Designed
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai