Anda di halaman 1dari 63

LATAR BELAKANG

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun


2017 didapatkan, Angka kematian bayi (AKB) 24
kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sementara Angka
kematian balita (AKBA) adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Imunisasi adalah salah satu bentuk
intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi
merupakan hal mutlak yang perlu diberikan pada anak.
DEFINISI
Imunisasi Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mikroorganisme yang sudah mati,
menimbulkan/meningkatkan masih hidup tapi dilemahkan,
kekebalan seseorang secara aktif masih utuh atau bagiannya, yang
terhadap suatu penyakit, sehingga telah diolah, yang apabila diberikan
apabila suatu saat terpajan dengan kepada seseorang akan
penyakit tersebut tidak akan sakit menimbulkan kekebalan spesifik
atau hanya mengalami sakit ringan. secara aktif terhadap penyakit
infeksi tertentu.
Proporsi Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak di Indonesia

Sumber : RISKESDAS.2018.
KONSEP DASAR IMUNISASI
KONSEP DASAR IMUNISASI

Basic Concept Of Vaccines. WHO.2012.


PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI

Hepatitis B Poliomielitis Tuberkulosis Difteri

Pneumonia dan
meningitis yang
Pertusis Tetanus disebabkan oleh Campak
Hemophilus
influenza tipe b
JENIS IMUNISASI

IMUNISAI AKTIF IMUNISAI PASIF


JENIS IMUNISASI BERDASARKAN
PENYELENGGARANNYA
JENIS VAKSIN
Live Attenuated Inactivated
• Derivat dari virus atau bakteri yang • Dari organisme yang diambil, dihasilkan dari
dilemahkan menumbuhkan bakteri atau virus pada media
• Tidak boleh diberikan kepada orang kultur, kemudian diinaktifkan. Biasanya hanya
dengan defisiensi imun sebagian (fraksional)
• Sangat labil dan dapat rusak oleh suhu • Selalu memerlukan dosis ulang
tinggi dan cahaya
• Virus inaktif utuh: influenza, polio, rabies, hepatitis
A
• Virus inaktif fraksional: sub-unit (hepatitis B,
Campak, mumps, rubella, polio, yellow
Virus influenza, acellular pertussis, typhoid injeksi), toxoid
fever, varicella
(DT botulinum), polisakarida murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib), dan polisakarida konjungasi
(Hib dan pneumococcal)

Bakteri BCG dan tifoid oral • Bakteri inaktif utuh (pertussis, typhoid, cholera)
JADWAL IMUNISASI
IMUNISASI
DASAR
HEPATITIS B (HB)
Isi Vaksin Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg.

Jadwal Kemenkes: 0 bulan (monovalen), 2,3,4 (pentabio)


IDAI: 0 ,2,3,4 bulan.

Dosis 0,5 ml
Tempat Intramuskuler vastus lateralis femoris
Kontra indikasi Riwayat anafilaksis setelah vaksin hepatitis B
sebelumnya
BCG (Bacille Calmette Guerin)
Isi Vaksin Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin) Strain paris.

Jadwal Sebelum usia 3 bulan


Dosis Bayi: 0,05 ml
>1 th: 0,1 ml.

Tempat Intradermal di daerah lengan kanan atas (insertion


musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05ml

Kontra Uji tuberkulis > 5 mm, penderita HIV,


Indikasi imunokompromais akibat penggunaan steroid,
penderita gizi buruk, Demam tinggi.

KIPI Eritema nodusum, limfaddenitis, BCG-itis diseminasi.


POLIO
Isi Vaksin OPV terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1,2,3 (strain sabin) yang sudah
dilemahkan. IPV :virus polio yang sudah diinaktivasi.
Jadwal Diberikan secara kombinasi (Pentabio) pada umur 2,3, 4 bulan
IDAI: 0,2,3, dan 4 bulan dan diberi ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun. Paling
sedikit harus mendapatkan 1x IPV bersamaan dengan OPV3
Dosis OPV: 2 tetes (0,1 ml) per oral, IPV: 0,5 mL secara intramuskuler
Tempat IPV : Vantus lateralis paha kiri

Kontra Indikasi OPV :


Tidak boleh dilakukan saat sedang demam, tidak boleh dilakukan pada orang dengan
penurunan sistem kekebalan tubuh (HIV, keganasan, sedang kemoterapi atau sedang
terapi steroid) dan riwayat anafilaksis
IPV :
Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif, Hipersensitif
pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya
DPT ( DIFTERI, PERTUSIS, TETANUS)
Isi Vaksin DTPw: purified diphteria toxoid 20 Lf, purified tetatus toxoid 7,5 Lf, bakteri B. Pertussis
inaktif 12 OU
DTPa: toksoid difteri 25 Lf, toksoid tetanus Lf, inactivated pertussis toxin (PT) 25 mcg,
filamentous hemagglutinin (FHA) 25 mcg, pertactin 8 mcg

Jadwal 2,3,4 bulan

IDAI: Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP) pertama diberikan paling cepat usia 6 minggu.
Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin polio, HB, dan Hib di usia 2,3,dan 4 bulan. Untuk anak
usia lebih dari 7 tahun vaksin yang diberikan adalah Td/Tdap.

Dosis 0,5 ml
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.
Kontra Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya, ensefalopati pada pemberian vaksin pertusis
indikasi sebelumnya
HAEMOPHILUS INFLUENZA TIPE (Hib)

Isi Vaksin Polisakarida bagian kapsul Hib yaitu


polyribosyribitol phosphat (PRP)
Jadwal 2,3,4 bulan dengan imunisasi ulangan pada umur 18
tahun
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.

Kontraind Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya


ikasi
CAMPAK
Isi Vaksin virus yang dilemahkan, virus campak
Vaksin 103 CCID50 dan preservatif Kanamicin sulfat
dan eritromisin
Jadwal Umur 9 bulan dengan ulangan pada umur 18 bulan
dan 6-7 tahun
Dosis 0,5 mL
Tempat Subkutan pada lengan kiri atas musculus
deltoideus
Kontra Individu yang mengidap penyakit immune
Indikasi deficiency
IMUNISASI
LANJUTAN
IMUNISASI LANJUTAN

Anak usia dibawah 3 tahun Difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,


(batita) Hemophilus Influenza tipe b (Hib), dan
campak

Anak usia sekolah dasar Campak, tetanus, dan difteri diberikan


pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS)

Wanita usia subur Tetanus dan tifoid


JADWAL IMUNISASI LANJUTAN

Usia Jenis Imunisasi Interval minimal setelah imunisasi dasar

DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3


18 bulan
Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama

Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan

Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 3 SD Td November
JADWAL IMUNISASI LANJUTAN PADA
BALITA
JADWAL IMUNISASI LANJURAN PADA ANAK
USIA SEKOLAH
IMUNISASI
PILIHAN
PNEUMOCOCCUS
Isi Vaksin PPV : polisakarida bakteri
PCV : konjugasi polisakarida dengan protein karier CRM (
Cross reactive material)

Jadwal Diberikan pada bayi usia 2,4,6 dan diulang pada usia 12-15
bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler
Kontra Riwayat anafilaksis
Indikasi
ROTAVIRUS
Isi Vaksin Virus rotavirus hidup yang dilemahkan

Jadwal 2,4,6 bulan

Dosis Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
minggu (dosis pertama tdak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan
dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhirpemberian pada usia 24 minggu.
Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-
14minggu (dosis pertama tdak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan
ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32
minggu

Tempat Per oral

Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin dan imunodefisiensi berat. Imunisasi
perlu ditunda apabila ada demam atau gastroenteritis akut.
MEASLES, MUMPS, RUBELLA (MMR)
Isi Vaksin Vaksin kering yang mengandung virus hidup
Jadwal Diberikan 2 kali, pertama umur 12 bulan dan selanjutnya pada
usia 5 tahun.
Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan,
maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal
interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan
vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR

Dosis 0,5 ml
Tempat Subkutan , musculus deltoideus lengan atas kiri
TIFOID
Isi Vaksin Polisakarida salmonella thypi

Jadwal Diberikan mulai usia 2 tahun dan diulang tiap 3 tahun

Dosis Oral: 1 kapsul dimakan tiap hari pada hari ke 1,3 dan 5
Parenteral: 0,5 mL

Tempat Intramuskuler dalam, subkutan paha atau deltoid

Kontra Hipersensitivitas komponen vaksin, demam saat penyutikan.


indikasi
HEPATITIS A
Isi Vaksin Virus yang dimatikan (inactivated vaccine)
Jadwal Diberikan mulai usia 2 tahun diberikan 2 kali dengan interval 6-
12 bulan

Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler dalam
Kontra Anafilaksis setelah vaksin dosis pertama
Indikasi
INFLUENZA
Isi Vaksin Vaksin trivalen yang mengandung 2 galur influenza A dan 1 galur influenza B

Jadwal Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setap tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunizaton) pada anak usia kurang dari
9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4minggu.
Dosis usia 6-36 bulan: dosis 0,25 mL
anak usia 36 bulan atau lebih: dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler , musculus deltoideus pada orang dewasa dan anak yang lebih
besar untuk bayi dapat diberikan di anterolateral paha

Kontra Indikasi hipersensitivitas setelah vaksin dosis pertama


HUMAN PAPILOMA VIRUS
(HPV)
Isi Vaksin Inactivated virus HPV
Jadwal Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun.
Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan
Vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan.
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2
dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antbodi setara dengan 3
dosis.
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler , musculus deltoideus
VARICELA Vaksin virus hidup varisela-zoster yang dilemahkan terdapat dalam
Isi Vaksin
bentuk bubuk kering.

Jadwal
Vaksin diberikan mulai umur 1 tahun, terbaiknya sebelum sekolah.
Pada anak ≥ 13 tahun vaksin dianjurkan untuk diberikan dua kali selang 4
minggu

Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela, untuk pencegahan


vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam setelah penularan.

Dosis Dosis 0,5 ml, dosis tunggal

Tempat Subkutan , musculus deltoideus


Kontra Indikasi
Demam tinggi,pasien dengan immunocompromised.
JAPPENESE ENCHEPALITIS (JE)
Isi Vaksin Inactivated Vero cell culture-derived Japanese encephalitis Vacine

Jadwal Vaksin Japanese encephalitis (JE) diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah
endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis.

Dosis Dua dosis dengan interval 28 hari :


Usia 2 bulan-2 tahun dosis 0,25 ml
Anak lebih dari 3 tahun, dosis 0,5 ml

Booster diberikan pada individu yang berisiko tinggi tiga tahun


kemudian, booster 1ml.

Tempat Intramuskuler , musculus deltoideus pada orang dewasa dan anak yang lebih
besar untuk bayi dapat diberikan di anterolateral paha
DENGUE
Isi Vaksin Vaksin dengue CYD-TDV tersedia dalam kemasan keing dengan
pelarut NaCL steril

Indikasi Pencegahan penyakit disebabkan oleh virus dengue serotipe1,2,3,4


pada individu usia 9-16 tahun yag tinggal didaerah endemis dengue.

Dosis
0,5 ml secara subkutan, tiga kali penyuntikan dengan interval
6 bulan.

Tempat Subkutan, , musculus deltoideus


TATACARA
IMUNISASI
TATACARA PELAKSANAAN
IMUNISASI
1. BENAR PASIEN
Identitas dipastikan dengan mencocokkan nama lengkap,
tanggal lahir, dan nomor rekam medis :
• Tanyakan riwayat vaksinasi sebelumnya: catatan vaksinasi
sebelumnya, apakah ada vaksinasi yang terlewat untuk mengejar
ketertinggalan jika diberlukan
• Apakah pasien layak untuk diimunisasi dan tidak ada
kontraindikasi (demam, pada vaksinasi sebelumnya terjadi reaksi
alergi, menerima imunogobulin, tranfusi darah, mempuyai
penyakit perdarahan, leukimia, kanker, HIV/AIDS, riwayat
pengobatan kortikosteroid radioterapi ataupun kemoterapi)
Kontraindikasi Bukan kontraindikasi
Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas Alergi atau asma (kecuali jika ada alergi
yang hebat terhadap komponen khusus dari vaksin)

Reaksi berlebihan seperti suhu tinggi > Sakit ringan seperti infeksi saluran
38,5C dengan kejang pernafasan atau diare dengan suhu < 38,5C

Penurunan kesadaran, shock atau reaksi Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi
anafilaktik lainnya, selain imunisasi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda
DPT/HB1, DPT/HB/Hib1 dan gejala AIDS

Dalam keadaan kejang demam dan panas Sakit kronis, seperti penyakit jantung kronis,
merupakan kontraindikasi sementara paru-paru, ginjal atau penyakit hati,
pemberian sampai anak sembuh kelumpuhan otak, Down’s syndrome, prematur
atau BBLR, kurang gizi
2. BENAR JADWAL
3. BENAR VAKSIN DAN PELARUT

Periksan vaksin apakah botol mengalami kerusakan atau


retak, tanggal kadalwarsa, dan vaksin dalam keadaan baik:
• Warna Vaksin
• Vaccine Vial Monitor: VVM
• Uji kocok
• Pelarut
4. BENAR DOSIS
5. BENAR RUTE, PANJANG JARUM DAN TEMPAT PENYUNTIKAN
TEKNIK PEMBERIAN VAKSIN
PANJANG JARUM
Klasifikasi Umur Tempat Ukuran Jarum

Bayi s.d 1 th Otot vastus lateralis Ukuran 22-25


pada lateralis pada Panjang 16-25 mm
paha daerah
anterolateral.
1-3 tahun Otot vastus lateralis Ukuran 22-25
pada paha daerah Panjang 16-32 mm
anterolateral sampai (panjang 16 mm untuk di
masa otot deltoid deltoid umur 12-15 bulan)
cukup besar
>3 tahun Otot deltoid, Ukuran 22-25
dibawah acromion Panjang 25-32 mm
6. BENAR LOKASI PENYUNTIKAN
Tempat penyuntikan yang dianjurkan : Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang
dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 36 bulan. Regio
deltoid adalah alternative untuk vaksinasi pada anak yang lebih besar (mereka yang bisa
berjalan) dan orang dewasa.

Disarankan:
melakukan pengamatan
pasca imunisasi 15-30
menit untuk menilai
adanya syok anafilkasis
atau sinkop.
7. BENAR DOKUMENTASI
Setelah imunisasi perlu dilakukan pencatatan yang meliputi
tanggal imunisasi, jenis imunisasi yang diberikan termasuk nama
dagang, no batch, lokasi penyuntikan, nama dan paraf tenaga
medis/paramedis yang memberikan imunisasi, tanggal imunisasi
selanjutnya, efek samping bila ada.
8. BENAR PERLAKUAN LIMBAH DAN SISA VAKSIN
Setelah imunisasi spuit dimasukkan ke dalam kotak tidak tembus
jarum, dan selanjutnya dibawa ke tempat penghancuran (insenerator). Sisa
vaksin bila disimpan dalam suhu 2-8 C dan tidak terkena sinar matahari,
dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan

Polio 2 minggu

TT 4 minggu
Cantumkan tanggal pertama kali vaksin
DT 4 minggu
digunakan
Td 4 minggu

DPT-HB-Hib 4 minggu

BCG 3 jam
Cantumkan waktu vaksin dilarutkan
Campak 6 jam
PENYIMPANAN VAKSIN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI)
• Definisi:
Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik oleh
karena efek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi
sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program, reaksi suntikan,
atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan.
a. Klasifikasi lapangan menurut WHO Wastern Pacific (1999) untuk
petugas kesehatan dilapangan
b. Klasifikasi kasualitas menurut IOM 1991 dan 1994, WHO 2009
dan WHO 2013 untuk telaah Komnas PP KIPI
KLASIFIKASI LAPANGAN (WHO 1999)

Kesalahan Reaksi
Program Suntikan

Reaksi Faktor Penyebab


Kebetulan tidak
Vaksin (koinsidens) diketahui
REAKSI VAKSIN
KLASIFIKASI KASUALITAS

Certain/ very likely Probable Possible

Unlikely Unrelated Unclassifable


GEJALA KIPI DAN TINDAKAN
No. KIPI Gejala Tindakan
1. Vaksin
Reaksi lokal ringan Nyeri, eritema, bengkak di daerah Kompres hangat, jika
bekas suntikan < 1cm nyeri mengganggu beri
Timbul < 48 jam setelah imunisasi parasetamol 10
mg/kgBB/kali pemberian
< 6 bulan: 60 mg/kali
6-12 bulan 90 mg/kali
1-3 tahun 120 mg/kali

Reaksi lokal berat Eritema/indurasi > 8 cm, nyeri, Kompres hangat,


bengkak dan manifestasi sistematis parasetamol

Reaksi Arthus Nyeri, bengkak, indurasi dan edema. Kompres hangat,


Terjadi reimunisasi pada pasien parasetamol
dengan kadar antibodi yang masih
tinggi.
Timbul beberapa jam dengan
puncaknya 12-36 jam setelah
imunisasi
No. KIPI Gejala Tindakan
Reaksi umum Demam, lesu, nyeri otot, Berikan minum
nyeri kepala, dan menggigil hangat dan selimut
Parasetamol
Kolaps/keadaan seperti Episode hipotonik- Lakukan
syok hiporesponsfi. Anak tetap perangsangan dengan
sadar, tetapi tidak bereaksi wangi-wangian atau
terhadap rangsangan. segera ke pelayanan
Pada pemeriksaan, frekuensi, kesehatan terdekat
amplitudo nadi serta tekanan bila dalam waktu 30
darah tetap dalam batas menit belum teratasi
normal
No. KIPI Gejala Tindakan
Reaksi khusus: Lumpuh layu, asendens Segera ke rumah
Sindrom Guillain-Barre (menjalar ke atas), biasanya sakit untuk
tungkai, ataksia, penurunan perawatan dan
refleks tendon, gangguan pemeriksaan lebih
menelan dan pernafasan, lanjut
parestesi, meningismus, tidak
demam, peningkatan protein
dalam cairan serebrospinal
tanpa pleositosis.
Terjadi antara 5 hari s/d 6
minggu setelah imunisasi,
perjalanan penyakit dari 1 s/d
3-4 hari, prognosis umumnya
baik.

Nyeri brakialis (neuropati Nyeri dalam terus menerus Parasetamol. Apabila


pleksus brakialis) pada daerah bahu dan lengan gejala menetap bawa
atas. Terjadi 7 jam s/d 3 ke rumah sakit
minggu setelah imunisasi
No. KIPI Gejala Tindakan
Syok anafilaksis Terjadi mendadak, gejala Injeksi adrenalin
klasik: kemerahan merata, 1:1000
edema, urtikaria, sembab Dosis 0,1-0,3 ml,
pada kelopak mata, sesak, sk/im, jika pasien
nafas berbunyi, jantung membaik dan stabil
berdebar, tekanan darah dilanjutkan dengan
menurun, anak pingsan/tidak suntikan
sadar, dapat pula terjadi deksametason (1
langsung berupa tekanan ampul) secara
darah menurun dan pingsan intravena/intramuskul
tanpa didahului oleh gejala ar, Segera pasang
lain infus NaCl 0,9%
2. Tatalaksana Program
Abses Bengkak dan keras, nyeri Kompres hangat,
daerah bekas suntikan, parasetamol
terjadi karena vaksin
disuntikkan masih dingin
No. KIPI Gejala Tindakan
Pembengkakan Bengkak di sekitar suntikan, Kompres hangat
terjadi karena penyuntikan
kurang dalam
Sepsis Bengkak disekitar bekas Kompres hangat,
suntikan, demam, terjadi parasetamol , rujuk ke
karena jarum suntik tidak rumah sakit terdekat
steril.
Gejala timbul 1 minggu atau
lebih setelah penyuntikkan.
Tetanus Kejang, dapat disertai dengan Rujuk ke rumah sakit
demam, anak tetap sadar. terdekat
Kelumpuhan/kelemahan Lengan sebelah (daerah yang Rujuk ke rumah sakit
disuntik) tidak bisa terdekat
digerakkan, terjadi karena
daerah penyuntikan salah
No. KIPI Gejala Tindakan
3. Faktor
penerima/penjamu
Alergi Pembengkakan bibir dan Injeksi dexametason
tenggorokan, sesak nafas, 1 ampul im/iv, jika
eritema, papula, terasa gatal, berlanjut pasang infus
tekanan darah menurun NaCl 0,9%
Faktor psikologis Ketakutan, berteriak, pingsan Tenangkan, beri
minum air hangat
4. Koinsiden (faktor Gejala penyakit terjadi secara Tangani sesuai gejala,
kebetulan) kebetulan bersamaan dengan cari informasi
waktu imunisasi. Gejala dapat disekitar anak, apakah
berupa salah satu gejala KIPI ada kasus lain yang
diatas atau bentuk lain, mirip tetapi anak
tidak diimunisasi
KESIMPULAN
Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
banyak cara. Salah satunya adalah dengan meningkatkan
kekebalan atau imunitas tubuh dalam menghadapi ancaman
penyakit yang dilakukan dengan pemberian imunisasi. Dalam hal
ini maka harus terus digalakkan program imunisasi kepada
masyarakat luas sehingga masyarakat menyadari pentingnya
imunisasi dan mau membawa anaknya untuk melakukan
imunisasi, khususnya imunisasi yang diwajibkan. Jika imunitas
pada masyarakat tinggi, maka risiko terjadinya penularan dan
wabah juga akan berkurang. Sehingga diharapkan tingkat
mortalitas dan morbiditas pada anak dapat dirunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sujatmiko, Gunardi, Sekartini, dan M. Intisari Imunisasi Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2015.
Imunization Facts . World Helath Organization. 2017.
Survei Demografis Dan Kesehtan Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2017.
Profil Kesehatan Indonesia.,Kementrian Kesehatan Inndonesia. 2018.
Panduan Imunisasi Anak. Edisi 1. Jakarta: Satgas Imunisasi PP IDAI, 2014.
Kementrian Kesehatan RI. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, 2014.
Riset Kesehatan Dasar. 2018.
Bratawidjaya K G. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2012.
Basic concept of Vacine. World Health Organization. Immunization, Vaccines and Biologicals. WHO vaccine
position papers..2012.
Robert M. Kliegman, MD. Nelson Teksbook Of Pediatric 20th. Canada. 2016.
IDAI. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai