Sumber : RISKESDAS.2018.
KONSEP DASAR IMUNISASI
KONSEP DASAR IMUNISASI
Pneumonia dan
meningitis yang
Pertusis Tetanus disebabkan oleh Campak
Hemophilus
influenza tipe b
JENIS IMUNISASI
Bakteri BCG dan tifoid oral • Bakteri inaktif utuh (pertussis, typhoid, cholera)
JADWAL IMUNISASI
IMUNISASI
DASAR
HEPATITIS B (HB)
Isi Vaksin Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg.
Dosis 0,5 ml
Tempat Intramuskuler vastus lateralis femoris
Kontra indikasi Riwayat anafilaksis setelah vaksin hepatitis B
sebelumnya
BCG (Bacille Calmette Guerin)
Isi Vaksin Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin) Strain paris.
IDAI: Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP) pertama diberikan paling cepat usia 6 minggu.
Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin polio, HB, dan Hib di usia 2,3,dan 4 bulan. Untuk anak
usia lebih dari 7 tahun vaksin yang diberikan adalah Td/Tdap.
Dosis 0,5 ml
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.
Kontra Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya, ensefalopati pada pemberian vaksin pertusis
indikasi sebelumnya
HAEMOPHILUS INFLUENZA TIPE (Hib)
Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
JADWAL IMUNISASI LANJUTAN PADA
BALITA
JADWAL IMUNISASI LANJURAN PADA ANAK
USIA SEKOLAH
IMUNISASI
PILIHAN
PNEUMOCOCCUS
Isi Vaksin PPV : polisakarida bakteri
PCV : konjugasi polisakarida dengan protein karier CRM (
Cross reactive material)
Jadwal Diberikan pada bayi usia 2,4,6 dan diulang pada usia 12-15
bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler
Kontra Riwayat anafilaksis
Indikasi
ROTAVIRUS
Isi Vaksin Virus rotavirus hidup yang dilemahkan
Dosis Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
minggu (dosis pertama tdak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan
dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhirpemberian pada usia 24 minggu.
Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-
14minggu (dosis pertama tdak diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan
ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32
minggu
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin dan imunodefisiensi berat. Imunisasi
perlu ditunda apabila ada demam atau gastroenteritis akut.
MEASLES, MUMPS, RUBELLA (MMR)
Isi Vaksin Vaksin kering yang mengandung virus hidup
Jadwal Diberikan 2 kali, pertama umur 12 bulan dan selanjutnya pada
usia 5 tahun.
Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan,
maka vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal
interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan
vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR
Dosis 0,5 ml
Tempat Subkutan , musculus deltoideus lengan atas kiri
TIFOID
Isi Vaksin Polisakarida salmonella thypi
Dosis Oral: 1 kapsul dimakan tiap hari pada hari ke 1,3 dan 5
Parenteral: 0,5 mL
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler dalam
Kontra Anafilaksis setelah vaksin dosis pertama
Indikasi
INFLUENZA
Isi Vaksin Vaksin trivalen yang mengandung 2 galur influenza A dan 1 galur influenza B
Jadwal Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setap tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunizaton) pada anak usia kurang dari
9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4minggu.
Dosis usia 6-36 bulan: dosis 0,25 mL
anak usia 36 bulan atau lebih: dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler , musculus deltoideus pada orang dewasa dan anak yang lebih
besar untuk bayi dapat diberikan di anterolateral paha
Jadwal
Vaksin diberikan mulai umur 1 tahun, terbaiknya sebelum sekolah.
Pada anak ≥ 13 tahun vaksin dianjurkan untuk diberikan dua kali selang 4
minggu
Jadwal Vaksin Japanese encephalitis (JE) diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah
endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis.
Tempat Intramuskuler , musculus deltoideus pada orang dewasa dan anak yang lebih
besar untuk bayi dapat diberikan di anterolateral paha
DENGUE
Isi Vaksin Vaksin dengue CYD-TDV tersedia dalam kemasan keing dengan
pelarut NaCL steril
Dosis
0,5 ml secara subkutan, tiga kali penyuntikan dengan interval
6 bulan.
Reaksi berlebihan seperti suhu tinggi > Sakit ringan seperti infeksi saluran
38,5C dengan kejang pernafasan atau diare dengan suhu < 38,5C
Penurunan kesadaran, shock atau reaksi Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi
anafilaktik lainnya, selain imunisasi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda
DPT/HB1, DPT/HB/Hib1 dan gejala AIDS
Dalam keadaan kejang demam dan panas Sakit kronis, seperti penyakit jantung kronis,
merupakan kontraindikasi sementara paru-paru, ginjal atau penyakit hati,
pemberian sampai anak sembuh kelumpuhan otak, Down’s syndrome, prematur
atau BBLR, kurang gizi
2. BENAR JADWAL
3. BENAR VAKSIN DAN PELARUT
Disarankan:
melakukan pengamatan
pasca imunisasi 15-30
menit untuk menilai
adanya syok anafilkasis
atau sinkop.
7. BENAR DOKUMENTASI
Setelah imunisasi perlu dilakukan pencatatan yang meliputi
tanggal imunisasi, jenis imunisasi yang diberikan termasuk nama
dagang, no batch, lokasi penyuntikan, nama dan paraf tenaga
medis/paramedis yang memberikan imunisasi, tanggal imunisasi
selanjutnya, efek samping bila ada.
8. BENAR PERLAKUAN LIMBAH DAN SISA VAKSIN
Setelah imunisasi spuit dimasukkan ke dalam kotak tidak tembus
jarum, dan selanjutnya dibawa ke tempat penghancuran (insenerator). Sisa
vaksin bila disimpan dalam suhu 2-8 C dan tidak terkena sinar matahari,
dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
Polio 2 minggu
TT 4 minggu
Cantumkan tanggal pertama kali vaksin
DT 4 minggu
digunakan
Td 4 minggu
DPT-HB-Hib 4 minggu
BCG 3 jam
Cantumkan waktu vaksin dilarutkan
Campak 6 jam
PENYIMPANAN VAKSIN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI)
• Definisi:
Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik oleh
karena efek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi
sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program, reaksi suntikan,
atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan.
a. Klasifikasi lapangan menurut WHO Wastern Pacific (1999) untuk
petugas kesehatan dilapangan
b. Klasifikasi kasualitas menurut IOM 1991 dan 1994, WHO 2009
dan WHO 2013 untuk telaah Komnas PP KIPI
KLASIFIKASI LAPANGAN (WHO 1999)
Kesalahan Reaksi
Program Suntikan