Anda di halaman 1dari 9

A NOVEL CROWN ETHER-ACYLHYDRAZON TURN-ON FLUORESCENT

CHEMOSENSOR FOR Al 3+ ION

Qing Zhang, Qiyue Jiao, Qiang Zhang*, Zizhong Liu

Aenal Mardiah
140210160053
LATAR BELAKANG

Aluminium menyumbang
sekitar 8% dari total
komponen mineral di
biosfer dan merupakan
Telah diketahui bahwa Al3+ menjadi faktor etiologis dalam berbagai proses
unsur logam ketiga yang
patologis, seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, demensia dan
paling melimpah di ensefalopati 2 . Selain itu, konsentrasi abnormal Al3+ dalam permukaan air dapat
kerak bumi. 1 menghambat pertumbuhan tanaman 3. Efek yang signifikan adalah penghambatan
pada pertumbuhan akar dan biji dan mengancam hewan air di Indonesia. 4

[1] Dong.,et al. t synthesis of bipyridine-based dual-channel chemosensor for the highly selective and sensitive detection of aluminum ion. (2017).
[2] Mirza.,et al. Aluminium in brain tissue in familial Alzheimer's disease. (2017)
[3] Kumar.,et al. selective ‘turn-on’ fluorescent chemosensor for detection of Al3+ in aqueous medium: Experimental and theoretical studies. (2018)
[4] Gupta., et al. A reversible fluorescence “off-on-off” sensor for sequential detection of aluminum and acetate/fluoride ions. (2015)
LATAR BELAKANG
Kemosensor Fluoresen
Kemosensor adalah Sistem kimia yang
voltammetrik merubah stimulus menjadi beberapa bentuk
respon, seperti fluoresensi dan perubahan
warna 4
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi
cahaya oleh suatu materi setelah tereksitasi
oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi
elektroda selektif ion cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya
oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom
tereksitasi 5

Mengapa ?
1. Sederhana ( Deteksi langsung )
sensor kolorimetri KALORIMETRI 2. Selektivitas tinggi
3. Sensitivitas tinggi ( Limit deteksi rendah )
4. Potensi Penggunaan di bidang biologis 6
(Luo et al., 2017)
[1]Wardah, H. Pengembangan sensor bod berbasis Rhodotorula mucilaginosa uicc y-181 terimobilisasi dalam gelatin dan alginat menggunakan elektroda emas dan boron-doped diamond termodifikasi nanopartikel emas
[Thesis].(2012).
[2]Zaprjanova, et al. AAS and ICP Determination of Heavy Metal Content in Tobacco ( 2006 )
[3]Medvedev, et al. Comparison of Analytical performances of inductively coupled plasma mass spectrometry and inductively coupled plasma atomic emission spectrometry. ( 2018 )
[4]Sun, et al. Recent Development of Chemosensors Based on Cyanine Platforms.( 2016 )
LATAR BELAKANG
Masalah Solusi
 sensor fluoresen efisien dan spesifik untuk ion  Secara umum, ion Al3 + cenderung bersifat
logam transisi sebagai akseptor ( asam-hard )
 deteksi Al3+ selalu lebih bermasalah  basa-Schiff dengan koordinasi kaya nitrogen-
dibandingkan dengan logam transisi lainnya oksigen bisa menyediakan lingkungan base-
karena kemampuan koordinasi aluminium hard, yang akan menawarkan situs pengikatan
yang buruk, kemampuan hidrasi yang kuat dan yang cukup dan meningkatkan identifikasi
kurangnya karakteristik spektroskopi. sensor untuk Al3 +
 Turunan basa- schiff, asilhidrazon telah
banyak digunakan dalam agen antitumoral,
obat antibakteri dan fluorofor (Zhang et al.,
2019).

FOKUS peneliti adalah untuk menyelidiki mode


pengikatan dan situs koordinasi sensor L dengan Al3+
PEMBAHASAN HASIL
Karakteristik spektrum fluoresensi untuk ion

kompetisi dengan ion logam lainnya

Hasil : Dapat diverifikasi bahwa L dapat mencapai selektivitas dan


Gambar 1. Spektrum fluoresensi L (4,1127 μM) dalam metanol dalam presence 10
equiv dari berbagai ion logam dengan eksitasi pada λex = 370 nm. Dan gambar L
sensitivitas tinggi untuk Al3+ dengan adanya ion logam yang paling
sebelum dan sesudah penambahan Al3+ (10 equiv.) di bawah sinar UV. mengganggu
Hasil : Menunjukkan bahwa L memiliki selektivitas yang menjanjikan untuk Al3+
dalam perubahan fluorimetri
PEMBAHASAN HASIL
Percobaan Titrasi fluoresensi Studi Mode Pengikatan

Hasil : menunjukkan bahwa intensitas Hasil : intensitas fluoresens sensor L dengan ion Al3+ diplot
fluoresensi L meningkat secara bertahap pada sebagai fungsi fraksi molar di bawah total konsentrasi konstan.
sekitar 444 nm dengan penambahan intensitas fluorescent maksimum pada fraksi mol 0,33 yang
konsentrasi ion Al3+ (0-15 equiv.) menunjukkan kompleks stoikiometrik 2: 1 untuk kompleks L-
Al3+
PEMBAHASAN HASIL

percobaan dilakukan dalam DMSO-d6. Perbedaan spektral yang signifikan diamati pada
penambahan secara bertahap dari peningkatan jumlah Al3+ (0-1 equiv.)
Dengan adanya Al3 + (0,66 equiv.), Sinyal proton (H-1) dari gugus amida pada 11,355
ppm dan sinyal proton (H-3) gugus hidroksil pada 11,266 ppm dari L bebas keduanya
hampir menghilang , menunjukkan deprotonasi gugus amida dan gugus hidroksil pada
kompleksasi dengan Al3 +. Puncak baru muncul pada 10,049 ppm yang
mengindikasikan molekul intra interaksi antara ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil, puncak proton imine (H-2) pada 8,378 ppm bergeser ke bawah menuju
8,394 ppm. Selain itu, tidak ada pergeseran signifikan dari puncak proton pada
penambahan 1,11 ekuivalen. Pengamatan ini menunjukkan mekanisme yang
memungkinkan L dapat mengkelat Al3+ melalui interaksi dengan atom oksigen fenolik
gugus hidroksil, atom oksigen gugus amida dan atom nitrogen gugus imina

Dari Hasil ESI-MS, titrasi, 1H NMR, hasil analisis IR


dan bukti spektroskopi kompleks L- Al3+ lainnya,
peneliti mengusulkan mode terkoordinasi yang
mungkin dengan stoikiometri 2: 1
PEMBAHASAN HASIL

 Perhitungan teoritis menunjukkan bahwa dalam kompleks L-Al3+ tingkat energi HOMO
dan LUMO menurun relatif terhadap L
 isomerisasi C = N dan transfer proton intramolekuler keadaan tereksitasi (ESIPT) L mungin
juga bertanggung jawab atas sifatnya yang tidak berfluoresensi
 Mekanisme sensing L terhadap Al3+ dihasilkan struktur kompleks L- Al3+ yang rigid
menghambat proses non-radiatif seperti isomerisasi C = N, dan fluoresensi yang padam
dapat pulih secara luar biasa dengan penambahan Al3+ dengan terjadi peningkatan chelation

Perhitungan teori kepadatan fungsional (DFT) di tingkat


B3LYP / 6-311G dengan menggunakan program Gaussian
09.
KESIMPULAN
Peneliti telah berhasil merancang dan mensintesis
kemosensor basis Schiff yang sangat selektif untuk Al3
+ berdasarkan pada turunan salicylacylhydrazone

Batas deteksi mencapai 0,24 μM.

peneliti mengusulkan mode Pengikatan


koordinasi yang mungkin dengan
Senyawa L bertindak sebagai chemosensor
fluorescent "turn-on" yang sangat selektif dan sensitif stoikiometri 2: 1
untuk deteksi Al3 +

Anda mungkin juga menyukai