Anda di halaman 1dari 48

Prosedur Orthodontik pada

Trauma Orofasial
Oleh :
Yufita Fitriani, drg (021818046306)
Pradita Agung Kurnia,drg (021818046307)
Amalia Ramadhani Mufida, drg (021818046308)

Dosen Pembimbing
Prof. DR.Soegeng Wahlujo, drg., M.Kes, Sp.KGA(K))

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pendahuluan
Pasien dengan riwayat trauma orofasial

Dokter Gigi Anak

Rencana Perawatan Tepat


Pengetahuan dalam mengelola pasien post Keterampilan
trauma

Perawatan Baik

Prognosa Baik
Etiologi Trauma Orofasial
Penyebab Presentase %
Dewasa
Kecelakaan Lalu Lintas 40-45
Penganiayaan/ berkelahi 10-15
Olahraga 5-10
Jatuh 5
Lain - lain 5-10
Anak-anak
Kecelakaan Lalu Lintas 10-15
Penganiayaan/ berkelahi 5-10
Olahraga 50-65
Jatuh (termasuk bersepeda) 5-10

(Pedersen, 1996)
3
Insidensi
Orang-orang dari segala usia yang memiliki maloklusi beresiko
mengalami trauma dentoalveolar terutama pada :
Kelompok usia anak & remaja > usia dewasa

Maloklusi Klas II Angle dengan overjet lebih


Dari 4mm
• Overjet besar :
• - 2x lipat pada individu overjet 3-6 mm
• - 3x lipat pada individu overjet >6mm

Gigi Anterior > Gigi Posterior

Bibir atas pendek atau Bibir tidak inkompeten


Oleh karena itu Trauma dentoalveolar merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang kerap muncul

• Cidera pada satu atau lebih gigi dapat


mempengaruhi perawatan orthodontik yang
sedang berlangsung maupun yang akan
direncanakan

Sehingga sangat penting menanyakan pada pasien


tentang riwayat trauma pada giginya sebelum atau
selama perawatan orthodontik sehingga dapat
mengantisipasi kemungkinan komplikasi yang
mungkin terjadi dan dapat memonitor gigi yang
mengalami trauma selama pergerakan orthodontik
Prosedur dalam menangani kasus trauma dentoalveolar pada
pasien yang menjalani perawatan ortodontik dan pasien dengan
indikasiuntuk terapi ortodontik lebih lanjut :

• Anamnesa
• Pemeriksaan klinis
• Radiografi
Perawatan trauma pada gigi anterior terdiri dari 3
proses yaitu

Primer

Sekunder

Tersier
Primer
Perawatan darurat yang diberikan sesegera mungkin setelah
insiden trauma
Contoh kasus :
- Fraktur mahkota
- Fraktur mahkota tanpa melibatkan jaringan pulpa
- Subluksasi
- Intrusi
- Ekstrusi
- Avulsi
Keberhasilan bergantung pada :
- Banyak gigi yang avulsi
- Tahap perkembangan gigi
- Waktu
- Metode splinting
Sekunder
Perawatan orthodontik pada gigi post avulsi dapat membantu
namun perlu memperhatikan :
1. Gigi yang mengalami avulsi direposisi dengan kekuatan
yang sangat ringan (Untuk mengoptimalkan
penyembuhan setelah cedera traumatis pada jaringan)

2. Mempertimbangkan luas trauma itu sendiri.


Dalam beberapa kasus , tidak mungkin untuk
memposisikan ulang gigi secara akurat karena trauma
telah merusak lempeng tulang atau mengganggu bentuk
soket ke titik dimana sulit untuk memposisikan gigi yang
ideal
Tersier
Perawatan post trauma tersier membahas konsekuensi dari
perawatan ortodontik pada pasien post trauma.

Untuk kasus pasien dengan pembentukan akar lengkap dan


hanya trauma mahkota maka akan ada kemungkinan :
- Patologi pulpa (7%)
- Resorbsi akar (28%)

Untuk kasus gigi mengalami ekstrusi maupun intrusi maka


ada kemungkinan besar terjafi patologi pulpa.
Oleh karena itu...

Perlu dilakukan pemantauan radiografi secara berkala pada


gigi yang terkena trauma.
Macam Trauma Dentoalveolar
dan
Prosedur Perawatan post trauma

Tipe Trauma Gambaran Klinis Radiografi Prosedur Klinis Prosedur Orthodontic

Concussion - Perkusi (+) - Tidak ada kelainan - Observasi kondisi - Menunggu sampai 3-5
- Tidak ada mobility pulpa selama 1 tahun minggu untuk
atau displacement dilakukan orthodontic
movement
- Evaluasi dengan
radiografi sampai 1
tahun setelah trauma
- Gunakan mild and
intermitten forces
Subluksasi - Perkusi (+) - Tidak ada kelainan - Stabilisasi gigi  - Menunggu sampai 3-5
- Peningkatan flexible splint selama 2 minggu untuk
mobility minggu dilakukan orthodontic
- Pendarahan pada - Monitoring vitalitas movement
krevikular gingiva pulpa selama 1 tahun - Evaluasi dengan
radiografi sapai 1
tahun setelah trauma
- Gunakan mild and
intermitten forces
Tipe Trauma Gambaran Klinis Radiografi Protokol Klinis Protokol Orthodontic
Ekstrusi - Gigi terlihat lebih - Pelebaran - Reposisi ke dalam - Menunggu sampai 6
(Luksasi) Panjang / elongasi ligament soket dengan tekanan bulan untuk
- Mobility (+) periodontal ringan dilakukan
- Revascularization dapat - Stabilisasi orthodontic
terjadi pada gigi menggunakan flexible movement
permanen muda splint selama 2 minggu - Kontrol daan
- Monitoring vitalitas pemeriksaan
pulpa dan radiografi radiografi setiap 3
selama 5 tahun bulan
- Gunakan mild and
intermitten forces

Setelah reposisi
Ekstrusi (Post Trauma)
Lateral - Diplacement gigi ke - Pelebaran - Reposisi gigi dg - Menunggu sampai 6
(Luksasi) arah bukal / palatal/ ligament tekanan ringan bulan untuk
lingual periodontal - Stabilisasi dilakukan
- Perkusi (+) menggunakan flexible orthodontic
- Revascularization dapat splint selama 4 minggu movement
terjadi pada gigi - Monitoring vitalitas - Kontrol dan
permanen muda pulpa dan radiografi pemeriksaan
selama 5 tahun radiografi setiap 3
bulan
- Gunakan mild and
intermitten forces

3 hari setelah reposisi gigi dilakukan


Lateral luksasi dan ekstrusi (Post Trauma) pemasangan Self Ligating bracket
Tipe Trauma Gambaran Klinis Radiografi Protokol Klinis Protokol Orthodontic
Intrusi - Diplacement gigi ke - Pelebaran - Observasi sampai erupsi spontan - Setelah erupsi
(Luksasi) arah arah axial dari ligament (3 minggu) indikasi pada gigi spontan / orthodontic
tulang alveolar periodontal full / permanen muda dengan intrusi movement/Surgical
- Perkusi (+) partial ≤3mm repositioning ,
- Revascularization dapat - Jika intrusi > 3mm dan ≤6mm Menunggu sampai 6
terjadi pada gigi orthodontic movement bulan untuk dilakukan
permanen muda - Surgical repositioning  intrusi orthodontic movement
- Nekrosis pulpa dapat ≥6mm - Kontrol dan
terjadi pada gigi yang - Monitoring vitalitas pulpa dan pemeriksaan
apikalnya sudah radiografi selama 5 tahun radiografi setiap 3
menutup sempurna bulan
- Gunakan mild and
intermitten forces

Intrusi
Reposisi gigi
menggunakan
orthodontic appliance
Gambaran radiografi menunjukkan root formation
dan tidak adanya fraktur
Avulsi - Complete Diplacement - Soket terlihat - Dilakukan replantasi gigi, - Jika keadaan
gigi dari socket kosong; prognosis bergantung pada: periodontium normal ,
biasanya disertai a) Lokasi terjadinya trauma Menunggu minimal
fraktur tulang b) Tempat penyimpanan gigi sampai 1 tahun untuk
alveolar c) Lamanya terjadinya trauma dilakukan orthodontic
sampai replantasi gigi movement
- Immobilisasi selama 2 - Kontrol dan
minggu pemeriksaan
- Observasi kondisi pulpa radiografi setiap 3
- Kontrol dan foto radiografi bulan
selama 5 tahun - Gunakan mild and
- Peresepan antibiotik dan intermitten forces
vaksin tetanus

Figure 18-30 (a) Anak perempuan usia 10 tahun avulsi


gigi insisif sentral setelah trauma saat ski. Gigi ditemukan
di salju setelah 4 jam . (b, c) Gigi yang avulsi di reposisi
ke dalam soket dengan tekanan jari dan penggunaan
splinting dengan komposit.(courtesy of S.K. Sundnes). Koch, Goran., Pousen, Sven.2009
Pertimbangan klinis tentang perawatan ortodontik,
resorpsi akar dan kontrol kekuatan

(Levander & Malmgren, 1988) merekomendasikan selalu evaluasi terperinci


pada
– Morfologi akar
– Pemeriksaan garis pada akar,
– Mengamati terjadinya resorpsi akar,
– Cekungan permukaan dan
– Malformasi,

karena gigi dengan karakteristik tersebut selama perawatan dapat mengalami


resorbsi
Bila terdapat resorbsi akar
• Resorpsi terbatas pada apeks akar
• Masih indikasi dilakukan perawatan orthodontik
• Namun, perawatan harus dikondisikan agar tidak ada
kelanjutan dari resorpsi ini berkaitan dengan
dukungan jangka panjang untuk gigi tersebut
• Resorpsi >4mm = kehilangan struktur akar yang
parah
Menandakan dukungan periodontal kurang
kuat sehingga Membutuhkan kontrol dan perawatan
yang lebih besar.
Tahapan

1. Setelah mendeteksi adanya resorpsi,


2. Kontrol radiografi tiap tiga bulan kontrol radiografi diindikasikan untuk melihat perbaikan
jaringan.
3. Kontrol stres, atau bahkan gaya yang bekerja pada gigi, menjadi hal mendasar untuk
menghindari atau mengurangi kelanjutan resorpsi akar. Dalam perawatan ortodontik,
kontrol ini dapat dicapai melalui :

– Jumlah gaya yang diberikan,


– Jenis gerakan, dan
– Jenis gaya.
Kontrol Gaya dalam pergerakan orthodontik
pada Gigi Post Trauma
• Dalam mendorong pergerakan gigi maka :
– Kekuatan ringan
– Menghindari gerakan miring di daerah serviks dan apikal, distribusi kekuatan di ligamen
periodontal dan permukaan akar.
– Penyelarasan dan perataan gigi harus dilakukan dengan cara yang terkontrol,
– Mengamati waktu untuk reorganisasi seluler
– Perlu dicatat pada pemasangan rectangular wire dalam mengontrol torsi karena rectangular wire
mendistribusi gaya atau tekanan lebih besar pada area ligamen periodontal dan permukaan akar.

Karena jaringan periodontal dalam proses pemulihan maka Selama


pergerakan gigi, dibutuhkan gaya interruption , untuk
menghilangkan stres pada ligamen sehingga dapat menjaga
vitalitas jaringan dan mencegah resorpsi akar.
• Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibawa ke gawat darurat sebuah
rumah sakit setelah kecelakaan mobil.
• Avulsi dari gigi insisif central atas dan intrusi gigi insisif lateral. Gigi Insisif
central hilang dan tidak dapat direplantasi.
• Empat minggu setelah kecelakaan, anak itu diperiksa oleh seorang dokter
dokter gigi. Pemeriksaan ekstraoral tidak menunjukkan cedera pada jaringan
lunak.
• Pemeriksaan intraoral :
- Tidak menunjukkan laserasi dan
- Tidak fraktur tulang alveolar.
• Pemeriksaan klinis
- Maloklusi Angle Klas II,
- Openbite,
- Berdesakan dan Defisiensi mandibula
• Tujuan manajemen ortodontik adalah untuk perawatan maloklusi Angle
Klas II, berdesakan oleh ekstraksi gigi pada rahang bawah.

Rencana Perawatan

- Setelah penyelesaian pemeriksaan radiografi dan klinis,gigi


premolar kedua mandibula dipilih untuk diekstraksi.
- Karena kehilangan gigi seri rahang atas, dilakukan
transplantasi premolar kedua mandibula ke socket insisif
sentral rahang atas.
Preliminary Orthodontics Treatment Preliminary orthodontics treatment
Reposisi gigi yang intrusi, setelah direposisi terlihat pada foto panoramik bahwa gigi
mengalami resorpsi akar yang parah sehinnga harus diekstraksi

Teeth Preparation for Transplantation and Surgery

• Sebelum ekstraksi, dengan bantuan radiograf periapikal, ukuran dan panjang akar
premolar diukur, dan kemudian dilakukan persiapan soket di daerah insisivus sentral
maksila.
• Soket yang sedikit lebih besar disiapkan, untuk meminimalkan kerusakan ligamen
periodontal, yang dapat terjadi karena gaya tekan yang berlebihan atau perpanjangan
waktu saat gigi donor masuk ke dalam soket.
• Premolar diekstraksi dengan anestesi lokal. Insisi pada crevicular dengan blade
nomor 12 dilakukan sebelum luksasi untuk mempertahankan ligamen periodontal
maksimum pada permukaan akar.
• Setelah ekstraksi, gigi donor segera dimasukkan ke dalam soket yang disiapkan .
Permukaan proksimal gigi premolar dan permukaan labial gigi yang
ditransplantasikan dibentuk menyerupai gigi insisivus.
Postsurgery Orthodontics Treatment

• Gigi yang ditransplantasikan displinting ke gigi yang berdekatan menggunakan kawat


stainless steel setebal 0,3 mm dan komposit selama 10 hari.
• Lima bulan setelah transplantasi, gigi yang telah ditransplantasikan di control dan dilihat
secara klinis dan radiografi. Tidak ada tanda-tanda ankilosis, dan Root development telah
dimulai.
• Setelah itu, manajemen ortodontik dimulai yaitu dengan memasang fixing bracket pada gigi
dan mulai dilakukan orthodontic movement.
• Root Development pada gigi yang ditransplantasikan berlanjut, dan bergerak mengikuti
orthodontic forces seperti gigi lainnya. Radiografi periapikal gigi yang ditransplantasikan
dengan interval 6 bulan tidak menunjukkan tanda-tanda resorpsi akar selamaperawatan.
Tidak ada peradangan gusi atau keluhan pasien yang dilaporkan.
• Hasil perawatan menunjukkan Maloclusion Class I Angle dan tanpa intervensi prostetik
selama 23 bulan
Gambaran Klinis Setelah Perawatan Ortodontik
Follow-ups

Saat Follow Up Enam tahun dan tiga belas tahun Gigi-gigi tersebut vital secara klinis,
normal secara radiografi, tanpa obliterasi pulpa, dan tidak memiliki tanda dan gejala ankilosis
atau resorpsi akar.

Root development dan rasio mahkota / akar tidak serupa pada gigi yang ditransplantasikan,
meskipun ligamen periodontal dan kesehatan pulpa dapat diterima pada keduanya. Namun,
ada resorbsi di midline karena diastema besar antara gigi yang ditransplantasikan. Tidak ada
tanda mobilisasi. Perawatan prostodontik lebih lanjut atau operasi estetika periodontal dapat
dilakukan pada usia lanjut.
Gambaran Klinis dan Radiografi Saat Follow Up (6 tahun)
Gambaran Klinis dan Radiografi Saat Follow Up (13 tahun)
Diskusi
• Kehilangan gigi seri rahang atas karena cedera gigi yang parah adalah umum, terutama pada usia
antara 8 - 12 tahun.
• Kehilangan gigi selama periode waktu pertumbuhan dapat menyebabkan defisiensi tulang dan
jaringan lunak secara horizontal dan vertikal.
• Ada beberapa pilihan untuk mengganti gigi yang hilang seperti perawatan ortodontik atau implan.
Namun, menggunakan implan dikontraindikasikan sampai selesainya pertumbuhan wajah. Ketika
implan direncanakan untuk perawatan, operasi yang besar pada tulang dan jaringan lunak mungkin
diperlukan .
• Opsi perawatan lain yang mungkin adalah autotransplantasi jika gigi donor ada. Gigi yang
ditranspalantasi untuk mempertahankan tulang alveolar sampai pertumbuhan selesai, bahkan jika
kegagalan transplantasi terjadi di masa depan.
• Gigi yang ditransplantasikan dapat memulihkan fungsi proprioseptif dan penyembuhan periodontal
yang normal. Selain itu, gigi yang ditransplantasikan dapat digunakan sebagai penyangga jembatan
atau penjangkaran ortodontik.
• Tahap root development adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi
prognosis gigi yang ditransplantasikan.
• Revaskularisasi dan reinervasi pulpa gigi meningkat ketika apeks terbuka.
• Transplantasi gigi dengan root development lebih dari 50% telah menunjukkan
tingkat keberhasilan yang tinggi.
• Idealnya, ketika gigi donor menunjukkan perkembangan 3/4 dari panjang akar dan
diameter pembukaan apikal lebih dari 1 mm pada saat autotransplantasi,
transplantasi menunjukkan prognosis yang favourable.
• Pada premolar, tahap perkembangan ini dapat dilihat antara usia 10 dan 13 tahun.
• Mengenai tahap transplantasi, hasil penelitian Northway menunjukkan 2/3 dan 3/4 tahap
perkembangan akar adalah tahap yang paling baik untuk transplantasi.
• Insiden nekrosis pulpa dan resorpsi akar lebih besar ketika apeks premolar yang
ditransplantasikan telah tertutup.
• Transplantasi akar yang terbentuk sepenuhnya mengurangi potensi regenerasi pulpa,
tetapi terapi endodontik yang memadai dapat memastikan prognosis transplantasi yang
baik.
• Dalam kasus ini, transplantasi dilakukan ketika formasi akar selesai tiga perempat dari
panjang akar dan penyembuhan dan regenerasi pulpa telah tercapai, karena akar masih
immature.
• Gigi yang ditransplantasikan memiliki apikal yang terbuka , dan oleh karena itu, tidak
diperlukan perawatan endodontik.
• Gigi donor harus ditransplantasikan segera setelah ekstraksi untuk menghindari drying
out.
• Perawatan ortodontik dimulai setelah adanya keberadaan lamina dura dalam radiografi
dan regenerasi ruang periodontal. Dalam kasus ini  5 bulan setelah transplantasi
dilakukan perawatan ortodontik dan berakhir 23 bulan setelah inisiasi.
• Pogrel merekomendasikan bahwa keberhasilan akhir atau kegagalan gigi yang
ditransplantasikan biasanya dapat diprediksi pada 2 tahun setelah transplantasi. Dalam
kasus kami, tiga belas tahun setelah transplantasi, tidak ada ankylosis atau resorpsi akar
yang diamati.
Kesimpulan

Pada individu yang dalam masa tumbuh kembang , autotransplantasi


premolar immature dengan root apex terbuka dapat dianggap sebagai
metode yang baik dan dapat diprediksi untuk mengganti gigi yang hilang.
Gigi yang ditransplantasi dapat membuat prosesus alveolar kembali
normal setelah kehilangan tulang karena trauma pada gigi
Anamnesa

 Pasien anak, laki-laki, usia 7 tahun


 Datang ke praktek dokter gigi spesialis anak dengan riwayat
trauma berat pasca kecelakaan 2 minggu yg lalu
(trauma kompleks)
 Telah dilakukan splinting dg composite-wire splint namun tidak ada perbaikan
kegoyangan gigi setelah 2 minggu dilakukan perawatan
 Tidak dilakukan reposisi manual secara langsung pasca trauma
 Dokter gigi anak yg pertama menyarankan gigi 11,12 dan 22 dicabut  protesa
 Pasien mencari 2nd opinion pindah ke dokter gigi anak lainnya untuk mendapatkan
teknik perawatan
yang berbeda

Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014


Gambaran Klinis

Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni ,


2014
Pemeriksaan Intra Oral
 Pasien dalam fase geligi pergantian
 Kondisi sistemik sehat, tidak ada kelainan
 21 avulsi, dan gigi tersebut hilang
 22 subluksasi, goyang 2°
 11 intrusi sebesar 4mm, luksasi disertai displacement ke arah lateral,
serta perforasi pada
buccal cortical plate, fraktur enamel pada incisal edge
 12 ekstrusi sebesar 5mm, goyang 3°, disertai displacement ke arah
lingual, menyebabkan
kontak prematur dengan insisiv rahang bawah
 22 subluksasi, goyang 2°
 Semua gigi dalam kondisi vital, asymptom, dan menunjukkan respon
positif pada tes termal
Pemeriksaan radiologi

 Gigi permanen masih dalam fase pertumbuhan akar yang belum


sempurna, ujung apikal masih terbuka, panjang akar masih ½ dari
panjang akar gigi permanen rata-rata
 Tidak nampak adanya kelainan patologis pulpa atau dalam tulang
alveolar disekitar gigi

Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014


Pembahasan
 Perawatan stabilisasi dengan composite wire splinting pada pasien ini tidak
memberikan hasil yang positif, dikarenakan stabilisasi jenis tersebut tidak
cukup adekuat untuk menjadi pilihan terapi pada kasus trauma yang
kompleks

 Composite wire splinting pada kasus ini tidak dapat memperbaiki posisi gigi
(tidak dapat dilakukan reposisi gigi pada gigi yang mengalami intrusi dan
ekstrusi)

 Dilakukan konstruksi ulang pilihan stabilisasi dan sekaligus reposisi gigi

Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014


 Oleh karena dampak trauma yang cukup berat, mempertimbangkan
konsekuensi
terjadinya premature tooth loss maka piranti ortodonti cekat dipilih sebagai
pilihan
yang utama untuk memperbaiki stabilisasi gigi yang goyang dan sekaligus
reposisi
gigi
 Piranti ortodontik cekat dengan wire stainless steel 0,015 di kasus ini
memungkinkan
terjadinya stabilisasi secara simultan trauma luksasi dan memfasilitasi
rehabilitasi
jaringan gigi yang mengalami trauma
 Pemasangan bracket pada gigi yang mengalami trauma, dengan wire SS
dan
penjangkaran menggunakan buccal tube yang diletakkan pada gigi molar
kedua sulung rahang atas
Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014
Gambaran Intraoral Saat Perawatan
 4 Pertimbangan dimana splinting dengan menggunakan
piranti ortodontik cekat bermanfaat dalam perawatan ini :
1. Tidak memungkinkan menggunakan konstruksi yang
cukup adekuat dari composite wire splint dikarenakan
malposisi gigi yang parah
2. Trauma gigi yang terjadi dalam kondisi kompleks dan
mempersulit desain splinting
3. Pada kasus membutuhkan reposisi gigi, contoh : intrusi,
ekstrusi
4. Membutuhkan metode reposisi yang paling ringan namun
cukup menguntungkan : pada kasus ujung apikal masih
terbuka, memungkinkan terjadi revaskularisasi sehingga
mampu mempertahankan vitalitas pulpa
Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014
 Prinsip berikut penting dalam penggunaan peranti
ortodontik cekat sebagai splint :
1. Menggunakan tekanan seringan mungkin
2. Penjangkaran harus adekuat menggunakan geligi
posterior yang tidak terlibat dalam trauma
3. Oral hygiene yang baik menjadi kunci utama
penyembuhan jaringan tanpa komplikasi
4. Pasien harus dimonitor secara konsisten secara berkala
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan me-monitor
pergerakan gigi

Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni , 2014


Hasil Perawatan

Post perawatan 7 bulan 19 hari. Post perawatan 8 bulan 23 Post perawatan 19 bulan.
Menunjukkan perbaikan dari hari. Sebuah potik dipasang Bracket telah dilepas.
seluruh gigi yang mengalami untuk menggantikan gigi 21 Peranti pasif Hawley retainer
trauma serta lengkung rahang yang mengalami avulsi digunakan bersama dengan
yang semakin membaik pontic pada gigi 21. Tampak
posisi geligi dan rahang yang
cukup baik. Penyembuhan
jaringan cukup optimal
DAFTAR PUSTAKA
1. Naretto,Silvano. 2011. Principles in Contemporary Orthodontics( Orthodontic
Retreatment: Dental Trauma and Root Resorption).Intech
2. Osmar Aparecido Cuoghi and Marcos Rogério de Mendonça
3. Fields, Henry W dan Christensen, John R. 2013. Orthodontic Procedures after
Trauma. Pediatric Dentinstry Vol 35.No.2. Pg:175-83
4. Piroozmand, Farzad., Hessari, Hossein., Shirazi, Mohsen., Khazaei,Pegah Case
Report: Autotransplantation and Orthodontic Treatment after Maxillary Central
Incisor Region Trauma: A 13-Year Follow-Up Case. Hindawi Case Reports in
Dentistry Volume 2018, Article ID 2039714.Pg: 1-5
5. Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni. 2014. Fixed orthodontic Appliances
in the management of severe dental trauma in mixed dentition. J Of Canadian
Dental Assoc 2014;79:d131.

Anda mungkin juga menyukai