Trauma Orofasial
Oleh :
Yufita Fitriani, drg (021818046306)
Pradita Agung Kurnia,drg (021818046307)
Amalia Ramadhani Mufida, drg (021818046308)
Dosen Pembimbing
Prof. DR.Soegeng Wahlujo, drg., M.Kes, Sp.KGA(K))
Perawatan Baik
Prognosa Baik
Etiologi Trauma Orofasial
Penyebab Presentase %
Dewasa
Kecelakaan Lalu Lintas 40-45
Penganiayaan/ berkelahi 10-15
Olahraga 5-10
Jatuh 5
Lain - lain 5-10
Anak-anak
Kecelakaan Lalu Lintas 10-15
Penganiayaan/ berkelahi 5-10
Olahraga 50-65
Jatuh (termasuk bersepeda) 5-10
(Pedersen, 1996)
3
Insidensi
Orang-orang dari segala usia yang memiliki maloklusi beresiko
mengalami trauma dentoalveolar terutama pada :
Kelompok usia anak & remaja > usia dewasa
• Anamnesa
• Pemeriksaan klinis
• Radiografi
Perawatan trauma pada gigi anterior terdiri dari 3
proses yaitu
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Perawatan darurat yang diberikan sesegera mungkin setelah
insiden trauma
Contoh kasus :
- Fraktur mahkota
- Fraktur mahkota tanpa melibatkan jaringan pulpa
- Subluksasi
- Intrusi
- Ekstrusi
- Avulsi
Keberhasilan bergantung pada :
- Banyak gigi yang avulsi
- Tahap perkembangan gigi
- Waktu
- Metode splinting
Sekunder
Perawatan orthodontik pada gigi post avulsi dapat membantu
namun perlu memperhatikan :
1. Gigi yang mengalami avulsi direposisi dengan kekuatan
yang sangat ringan (Untuk mengoptimalkan
penyembuhan setelah cedera traumatis pada jaringan)
Concussion - Perkusi (+) - Tidak ada kelainan - Observasi kondisi - Menunggu sampai 3-5
- Tidak ada mobility pulpa selama 1 tahun minggu untuk
atau displacement dilakukan orthodontic
movement
- Evaluasi dengan
radiografi sampai 1
tahun setelah trauma
- Gunakan mild and
intermitten forces
Subluksasi - Perkusi (+) - Tidak ada kelainan - Stabilisasi gigi - Menunggu sampai 3-5
- Peningkatan flexible splint selama 2 minggu untuk
mobility minggu dilakukan orthodontic
- Pendarahan pada - Monitoring vitalitas movement
krevikular gingiva pulpa selama 1 tahun - Evaluasi dengan
radiografi sapai 1
tahun setelah trauma
- Gunakan mild and
intermitten forces
Tipe Trauma Gambaran Klinis Radiografi Protokol Klinis Protokol Orthodontic
Ekstrusi - Gigi terlihat lebih - Pelebaran - Reposisi ke dalam - Menunggu sampai 6
(Luksasi) Panjang / elongasi ligament soket dengan tekanan bulan untuk
- Mobility (+) periodontal ringan dilakukan
- Revascularization dapat - Stabilisasi orthodontic
terjadi pada gigi menggunakan flexible movement
permanen muda splint selama 2 minggu - Kontrol daan
- Monitoring vitalitas pemeriksaan
pulpa dan radiografi radiografi setiap 3
selama 5 tahun bulan
- Gunakan mild and
intermitten forces
Setelah reposisi
Ekstrusi (Post Trauma)
Lateral - Diplacement gigi ke - Pelebaran - Reposisi gigi dg - Menunggu sampai 6
(Luksasi) arah bukal / palatal/ ligament tekanan ringan bulan untuk
lingual periodontal - Stabilisasi dilakukan
- Perkusi (+) menggunakan flexible orthodontic
- Revascularization dapat splint selama 4 minggu movement
terjadi pada gigi - Monitoring vitalitas - Kontrol dan
permanen muda pulpa dan radiografi pemeriksaan
selama 5 tahun radiografi setiap 3
bulan
- Gunakan mild and
intermitten forces
Intrusi
Reposisi gigi
menggunakan
orthodontic appliance
Gambaran radiografi menunjukkan root formation
dan tidak adanya fraktur
Avulsi - Complete Diplacement - Soket terlihat - Dilakukan replantasi gigi, - Jika keadaan
gigi dari socket kosong; prognosis bergantung pada: periodontium normal ,
biasanya disertai a) Lokasi terjadinya trauma Menunggu minimal
fraktur tulang b) Tempat penyimpanan gigi sampai 1 tahun untuk
alveolar c) Lamanya terjadinya trauma dilakukan orthodontic
sampai replantasi gigi movement
- Immobilisasi selama 2 - Kontrol dan
minggu pemeriksaan
- Observasi kondisi pulpa radiografi setiap 3
- Kontrol dan foto radiografi bulan
selama 5 tahun - Gunakan mild and
- Peresepan antibiotik dan intermitten forces
vaksin tetanus
Rencana Perawatan
• Sebelum ekstraksi, dengan bantuan radiograf periapikal, ukuran dan panjang akar
premolar diukur, dan kemudian dilakukan persiapan soket di daerah insisivus sentral
maksila.
• Soket yang sedikit lebih besar disiapkan, untuk meminimalkan kerusakan ligamen
periodontal, yang dapat terjadi karena gaya tekan yang berlebihan atau perpanjangan
waktu saat gigi donor masuk ke dalam soket.
• Premolar diekstraksi dengan anestesi lokal. Insisi pada crevicular dengan blade
nomor 12 dilakukan sebelum luksasi untuk mempertahankan ligamen periodontal
maksimum pada permukaan akar.
• Setelah ekstraksi, gigi donor segera dimasukkan ke dalam soket yang disiapkan .
Permukaan proksimal gigi premolar dan permukaan labial gigi yang
ditransplantasikan dibentuk menyerupai gigi insisivus.
Postsurgery Orthodontics Treatment
Saat Follow Up Enam tahun dan tiga belas tahun Gigi-gigi tersebut vital secara klinis,
normal secara radiografi, tanpa obliterasi pulpa, dan tidak memiliki tanda dan gejala ankilosis
atau resorpsi akar.
Root development dan rasio mahkota / akar tidak serupa pada gigi yang ditransplantasikan,
meskipun ligamen periodontal dan kesehatan pulpa dapat diterima pada keduanya. Namun,
ada resorbsi di midline karena diastema besar antara gigi yang ditransplantasikan. Tidak ada
tanda mobilisasi. Perawatan prostodontik lebih lanjut atau operasi estetika periodontal dapat
dilakukan pada usia lanjut.
Gambaran Klinis dan Radiografi Saat Follow Up (6 tahun)
Gambaran Klinis dan Radiografi Saat Follow Up (13 tahun)
Diskusi
• Kehilangan gigi seri rahang atas karena cedera gigi yang parah adalah umum, terutama pada usia
antara 8 - 12 tahun.
• Kehilangan gigi selama periode waktu pertumbuhan dapat menyebabkan defisiensi tulang dan
jaringan lunak secara horizontal dan vertikal.
• Ada beberapa pilihan untuk mengganti gigi yang hilang seperti perawatan ortodontik atau implan.
Namun, menggunakan implan dikontraindikasikan sampai selesainya pertumbuhan wajah. Ketika
implan direncanakan untuk perawatan, operasi yang besar pada tulang dan jaringan lunak mungkin
diperlukan .
• Opsi perawatan lain yang mungkin adalah autotransplantasi jika gigi donor ada. Gigi yang
ditranspalantasi untuk mempertahankan tulang alveolar sampai pertumbuhan selesai, bahkan jika
kegagalan transplantasi terjadi di masa depan.
• Gigi yang ditransplantasikan dapat memulihkan fungsi proprioseptif dan penyembuhan periodontal
yang normal. Selain itu, gigi yang ditransplantasikan dapat digunakan sebagai penyangga jembatan
atau penjangkaran ortodontik.
• Tahap root development adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi
prognosis gigi yang ditransplantasikan.
• Revaskularisasi dan reinervasi pulpa gigi meningkat ketika apeks terbuka.
• Transplantasi gigi dengan root development lebih dari 50% telah menunjukkan
tingkat keberhasilan yang tinggi.
• Idealnya, ketika gigi donor menunjukkan perkembangan 3/4 dari panjang akar dan
diameter pembukaan apikal lebih dari 1 mm pada saat autotransplantasi,
transplantasi menunjukkan prognosis yang favourable.
• Pada premolar, tahap perkembangan ini dapat dilihat antara usia 10 dan 13 tahun.
• Mengenai tahap transplantasi, hasil penelitian Northway menunjukkan 2/3 dan 3/4 tahap
perkembangan akar adalah tahap yang paling baik untuk transplantasi.
• Insiden nekrosis pulpa dan resorpsi akar lebih besar ketika apeks premolar yang
ditransplantasikan telah tertutup.
• Transplantasi akar yang terbentuk sepenuhnya mengurangi potensi regenerasi pulpa,
tetapi terapi endodontik yang memadai dapat memastikan prognosis transplantasi yang
baik.
• Dalam kasus ini, transplantasi dilakukan ketika formasi akar selesai tiga perempat dari
panjang akar dan penyembuhan dan regenerasi pulpa telah tercapai, karena akar masih
immature.
• Gigi yang ditransplantasikan memiliki apikal yang terbuka , dan oleh karena itu, tidak
diperlukan perawatan endodontik.
• Gigi donor harus ditransplantasikan segera setelah ekstraksi untuk menghindari drying
out.
• Perawatan ortodontik dimulai setelah adanya keberadaan lamina dura dalam radiografi
dan regenerasi ruang periodontal. Dalam kasus ini 5 bulan setelah transplantasi
dilakukan perawatan ortodontik dan berakhir 23 bulan setelah inisiasi.
• Pogrel merekomendasikan bahwa keberhasilan akhir atau kegagalan gigi yang
ditransplantasikan biasanya dapat diprediksi pada 2 tahun setelah transplantasi. Dalam
kasus kami, tiga belas tahun setelah transplantasi, tidak ada ankylosis atau resorpsi akar
yang diamati.
Kesimpulan
Composite wire splinting pada kasus ini tidak dapat memperbaiki posisi gigi
(tidak dapat dilakukan reposisi gigi pada gigi yang mengalami intrusi dan
ekstrusi)
Post perawatan 7 bulan 19 hari. Post perawatan 8 bulan 23 Post perawatan 19 bulan.
Menunjukkan perbaikan dari hari. Sebuah potik dipasang Bracket telah dilepas.
seluruh gigi yang mengalami untuk menggantikan gigi 21 Peranti pasif Hawley retainer
trauma serta lengkung rahang yang mengalami avulsi digunakan bersama dengan
yang semakin membaik pontic pada gigi 21. Tampak
posisi geligi dan rahang yang
cukup baik. Penyembuhan
jaringan cukup optimal
DAFTAR PUSTAKA
1. Naretto,Silvano. 2011. Principles in Contemporary Orthodontics( Orthodontic
Retreatment: Dental Trauma and Root Resorption).Intech
2. Osmar Aparecido Cuoghi and Marcos Rogério de Mendonça
3. Fields, Henry W dan Christensen, John R. 2013. Orthodontic Procedures after
Trauma. Pediatric Dentinstry Vol 35.No.2. Pg:175-83
4. Piroozmand, Farzad., Hessari, Hossein., Shirazi, Mohsen., Khazaei,Pegah Case
Report: Autotransplantation and Orthodontic Treatment after Maxillary Central
Incisor Region Trauma: A 13-Year Follow-Up Case. Hindawi Case Reports in
Dentistry Volume 2018, Article ID 2039714.Pg: 1-5
5. Ebrahim, Fouad Hassan; Gajanan, Kulkarni. 2014. Fixed orthodontic Appliances
in the management of severe dental trauma in mixed dentition. J Of Canadian
Dental Assoc 2014;79:d131.