Anda di halaman 1dari 27

GIZI BURUK, GIZI

KURANG

Oleh:
Roudlotul Ilma (131711133042)
Miftakhul Janah (131711133056)
Konsep Umum
Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehdupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi

Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan


antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari
tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh (Deswarni Idrus dan
Gatot Kusnanto, 1990:19-24)
Gambaran kondisi gizi buruk dan gizi kurang pada balita
di Indonesia menurut berat badan per umur (BB/U) dapat
dilihat dari hasil Riskesdas sebagai berikut
Definisi
Konsep Umum
• Status gizi merupakan salah satu faktor yang
menentukan sumber daya manusia dan
kualitas hidup (Deddy Muchtadi, 2002:95).

• Suhardjo, dkk (2003:256) menyatakan, status


gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari
pemakaian, penyerapan, dan penggunaan
makanan.
Konsep Umum
Definisi
• Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan
tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan
pada kategori dan indikator yang digunakan.
Klasifikasi
Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi
menjadi empat :
1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk
kegemukan dan obesitas.
2. Gizi baik untuk well nourished.
3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien
Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan
Protein.

Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu


(Almatsier, 2001; 307) :
a. Kurang Energi Protein (KEP)
b. Anemia Gizi Besi (AGB)
c. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
d. Kurang Vitamin A (KVA)
4. Gizi buruk (keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan
energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama), untuk severe
PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.

a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.


TANDA DAN GEJALA :
– Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus
kulit
– Wajah seperti orang tua
– Cengeng, rewel
– Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)
– Perut umumnya cekung
– Iga gambang
– Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan
diare
b. Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien
lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak
prasekolah (balita).
TANDA DAN GEJALA :
– Edema
– Wajah membulat dan sembab
– Pandangan mata sayu
– Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok
– Perubahan status mental: apatis & rewel
– Pembesaran hati
– Otot mengecil (hipotrofi)
– Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
– Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare
– Edema
– Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema
– Derajat edema (untuk menentukan jumlah cairan yang akan
diberikan):
+ Pada tangan & kaki
++ Tungkai & lengan
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara
marasmus dan kwashiorkor.
TANDA DAN GEJALA :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala
klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB <-3 SD
disertai edema yang tidak mencolok
Etiologi
1. Agen
 Makanan tidak seimbang
 Penyakit infeksi
 Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
 Pola pengasuhan anak Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
 Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai
2. Host
Berat badan lahir anak balita
Status imunisasi
Status ASI Ekslusif
Pemberian kolostrum
Tingkat pendidikan ibu
Pengetahuan gizi ibu
Pekerjaan ibu
Jumlah anak dalam keluarga
Manifestasi Klinis
1.Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan
mudah terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik,
sopor atau koma.
2.Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat
dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan BB baku.
Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin tersamar bila
dijumpai edema anasarka.
3.Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat
ringan maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali
terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga
tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.
Manifestasi Klinis
4.Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun,
jaringan subkutan tipis dan lembek.
5.Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia
dan diare. Diare terdapat pada sebagian besar penderita,
yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa
juga bisa terjadi.
6.Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku,
serta mudah dicabut. Pada taho lanjut, terlihat lebih
kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau
putih, juga dikenal signo de bandero.
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan
sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan
protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan
sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut
akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam
serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang
berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot
terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
Kebutuhan Gizi Pada balita

Air

Karbo
Lemak
hidrat

Protein Kalori
Pengukuran Status Gizi

• Pengukuran Klinis:
Dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
rambut, atau mata.
• Pengukuran Antropometrik:
pengukuran TB, BB, dan lingkar lengan atas.
Penentuan Status Gizi secara Klinis dan Antropometri
Status Gizi Berdasarkan Standar Antropometri WHO
Tahun 2005

NO INDIKATOR STATUS GIZI STANDAR DEVIASI

1. BB/U Gizi sangat kurang <-3SD


No.
1.
Gizi
BB/U
Kurang
INDIKATOR STATUS GIZI
Gizi sangat kurang
-3SD STANDAR
s/d <-2SD
<-3SD
DEVIASI

Gizi Normal Gizi Kurang


Gizi Normal -2SD -3SD
s/ds/d
-2SD 2SD
s/d
<-2SD
2SD
Gizi Lebih >2SD
2. Giziatau
TB/U Lebih
PB/U Sangat Pendek >2SD<-3SD
Pendek -3SD s/d <-2SD
2. TB/U
3
atau PB/U Sangat PendekNormal
BB/TB atau BB/PB Sangat kurus
<-3SD≥-2SD
<-3SD
Kurus
Pendek Normal -3SD -3SD
s/ds/d
-2SD
<-2SD
<-2SD
s/d 2SD
Kegemukan >2SD
Normal ≥-2SD
3 BB/TB atau BB/PB Sangat kurus <-3SD
Kurus -3SD s/d <-2SD
Normal -2SD s/d 2SD
Kegemukan >2SD
Fator Risiko Gizi Kurang Dan Gizi Buruk

Penelitian yang dlakukan Dedi lamsyah, dkk


(2017), faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian gizi kurang dan gizi buruk adalah:
• Sikap ibu terhadap makanan
• Sanitasi lingkungan
Komplikasi Gizi Buruk

• Dalam kondisi akut dapat mengancam jiwa karena berbagai


disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi,
hipoglikemia, serta kekurangan elektrolit dan cairan tubuh.
• Dampak jangka pendek terhadap perkembangan: apatis, gangguan
bicara, dll. Dampak jangka panjang: penurunan perkembangan
kognitif dan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
penurunan rasa percaya diri, merosotnya prestasi anak, dll.
• Gangguan asupan vitamin dan mineral.
• Anemia gizi
• Mortalitas dapat terjadi khususnya pada KEP berat.
Penatalaksanaan Gizi Buruk

KEPMENKES RI Nomor 1457/Menkes/Sk/X/2003


Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota, pasal 2 mengenai tatalaksana
penanggulangan anak gizi buruk sebagai berikut:
• Pemantauan pertumbuhan balita
a) Pemantauan secara subjektif
b) Secara berkala
• Pelayanan gizi
• Penyuluhan perilaku sehat
Pencegahan Gizi Buruk

• Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.


Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu
disapih setelah berumur 2 tahun.
• Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
• Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai
dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu
ke dokter.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah


tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit serum,
protein serum (albumin, globulin), feritin.
• Pemeriksaan radiologi (dada, AP, dan lateral), untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
• Tes mantoux
• EKG
Fator risiko gizi kurang dan gizi buruk

Penelitian yang dlakukan Dedi lamsyah, dkk


(2017), faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian gizi kurang dan gizi buruk adalah:
• Sikap ibu terhadap makanan
• Sanitasi lingkungan
Daftar Pustaka

Hasanah, Siti Uswatun. (2009). Peningkatan prevalensi gizi kurang pada balita
setelah pemberian bantuan langsung tunai. http://eprints.undip.ac.id/.
News medical. (2015). Penyebab Gizi Kurang. http://www.news-
medical.net/health/Causes-of-malnutrition-(Indonesian).aspx.
Dedi Alamsyah, Maria Mexitalia, dkk. 2017. Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang
dan Gizi Buruk pada Balita 12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota Pontianak).
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 1, Hal. 54-62. Diakses pada
Tanggal 16 September 2019. Tersedia pada: <
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/3994>.
Tieka Kusuma Wardh. 2014. Metode Penanganan Masalah Gizi Buruk Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Anak (Studi Kasus fi Rumah Pemulihan
Gizi Yogyakarta) [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai