Anda di halaman 1dari 32

GIZI BURUK, GIZI KURANG

Oleh:
Roudlotul Ilma (131711133042)
Miftakhul Janah (131711133056)
Kebutuhan Gizi Pada balita

Air

Karbo
Lemak
hidrat

Protein Kalori
Pengukuran Status Gizi

• Pengukuran Klinis:
Dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
rambut, atau mata.
• Pengukuran Antropometrik:
pengukuran TB, BB, dan lingkar lengan atas.
Penentuan Status Gizi secara Klinis dan Antropometri
Status Gizi Berdasarkan Standar Antropometri WHO
Tahun 2005

NO INDIKATOR STATUS GIZI STANDAR DEVIASI

1. BB/U Gizi sangat kurang <-3SD


No. INDIKATOR STATUS GIZI
Gizi Kurang -3SD STANDAR DEVIASI
s/d <-2SD
1. BB/U Gizi sangat kurang <-3SD
Gizi Normal Gizi Kurang -2SD -3SD
s/ds/d
2SD<-2SD
Gizi Normal -2SD s/d 2SD
Gizi Lebih Gizi Lebih >2SD>2SD
2. TB/U atau PB/U
2. TB/U atau PB/U Sangat PendekSangat Pendek <-3SD<-3SD
Pendek -3SD s/d <-2SD
Pendek Normal -3SD ≥-2SD
s/d <-2SD
3 BB/TB atau BB/PB Sangat kurus <-3SD
Normal Kurus ≥-2SD-3SD s/d <-2SD
3 BB/TB atau BB/PB Sangat kurus Normal <-3SD-2SD s/d 2SD
Kegemukan >2SD
Kurus -3SD s/d <-2SD
Normal -2SD s/d 2SD
Kegemukan >2SD
Fator Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Penelitian yang dlakukan Dedi lamsyah, dkk


(2017), faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian gizi kurang dan gizi buruk adalah:
• Sikap ibu terhadap makanan
• Sanitasi lingkungan
WOC
Komplikasi Gizi Buruk

• Dalam kondisi akut dapat mengancam jiwa karena berbagai


disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi,
hipoglikemia, serta kekurangan elektrolit dan cairan tubuh.
• Dampak jangka pendek terhadap perkembangan: apatis, gangguan
bicara, dll. Dampak jangka panjang: penurunan perkembangan
kognitif dan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
penurunan rasa percaya diri, merosotnya prestasi anak, dll.
• Gangguan asupan vitamin dan mineral.
• Anemia gizi
• Mortalitas dapat terjadi khususnya pada KEP berat.
Penatalaksanaan Gizi Buruk

KEPMENKES RI No.1457/Menkes/Sk/X/2003 Tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota, pasal 2 mengenai tatalaksana
penanggulangan anak gizi buruk sebagai berikut:
• Pemantauan pertumbuhan balita
a) Pemantauan secara subjektif
b) Secara berkala
• Pelayanan gizi
• Penyuluhan perilaku sehat
Pencegahan Gizi Buruk

• Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.


Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu
disapih setelah berumur 2 tahun.
• Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
• Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai
dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu
ke dokter.
Pemeriksaan Penunjang Gizi Buruk

• Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah


tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit serum, protein
serum (albumin, globulin), feritin.
• Pemeriksaan radiologi (dada, AP, dan lateral), untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
• Tes mantoux
• EKG
Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian
a. Anamnesis
b. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi kelarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pengkajian secara umum dilakukan dengan
metode head to toe, meliputi:
Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Keadaan umum
2. Tumbuh kembang
3. Keadaan psikologis
4. Status cairan dan elektrolit
5. Rambut
6. Kulit
7. Gigi dan tulang
8. Hepar
9. Sirkulasi
10. Pankreas
11. Gastrointestinal
12. Otot
13. ginjal
Asuhan Keperawatan Teoritis

Fokus pengkajian pada anak dengan marasmus-


kwashiorkor adalah pengukuran antopometri (berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
- Penurunan ukuran antopometri
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering,
jarang, dan mudah dicabut)
- Gambaran wajah seperti orang tua, edema palpebral
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk,
sesak, ronki, retraksi otot intracostae)
- Perut tampak buncit, hati membesar, bising usus
meningkat jika diare
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, dan bersisik
Asuhan Keperawatan Teoritis

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium meliputi albumin,
creatinine, dan nitrogen.
Elektrolit, Hb, Ht, dan transferrin.
Asuhan Keperawatan Teoritis

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan bd
asupan yang tidak adekuat, anoreksia, dan diare
2. Kekurangan volume cairan bd penurunan asupan peroral
dan peningkatan kehilangan elektrolit akibat diare
3. Gangguan integritas kulit bd tidak adanya kandungan
makanan yang cukup
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan bd asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat dan proses penyakit
kwashiorkor dan marasmus
5. Kurangnya pengetahuan bd tidak tahu memberikan intake
nutrisi yang adekuat pada anak
Kasus

An.D, laki-laki, usia 18 bulan, saat ini dirawat di RS.


A, Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan sudah sekitar 2
bulan yang lalu, sehingga berat badan klien menurun
drastis. Diagnosa medis anak marasmus. Hasil
pemeriksaan fisik suhu tubuh 37oC, Nadi: 120x/menit,
pernafasan 30kali/menit. BB sebelum sakit 7,8 kg dan
setelah sakit turun menjadi 6 kg.
Pengkajian Keperawatan
Identitas Pasien: Keluhan Utama:
• Nama: An.D klien tidak nafsu makan sehingga BB
• TTL: Sby, 25 Desember 2015 klien turun drastis.
• Usia: 18 bulan Riwayat Penyakit Sekarang:
• Jenis Kelamin: Laki-laki Klien sudah tidak nafsu makan selama
2 bulan yang lalu, klien selalu rewel
• Alamat: Surabaya
dan gampang menangis. Akhir-akhir
• No RM: 2345xxx ini BB klien semakin menurun drastis
• Dx Medis: Marasmus yang membuat klien dilarikan ke RS.A.
• Tanggal MRS: 31 Mei 2017 Riwayat Imunisasi:
• Tanggal pengkajian: 31 Mei 2017 Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali, BCG 1
Identitas Wali: kali, PCV 4 kali, dan DPT 4 kali.
• Nama Ibu: Ny. S Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada
• Usia: 32 tahun Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada
• Pekerjaan: Ibu rumah tangga keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dengan pasien.
• Alamat: Surabaya
Pengkajian Keperawatan
KEBUTUHAN DASAR
• Makanan: Ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, tidak mampu
menelan dan makan makan hanya 1kali/hari posi kecil tidak habis.
• Pola tidur: klien mengalami gangguan pola tidur.
• Aktifitas: klien jarang bergerak dan tidak aktif. Ibu klien mengatakan
klien sangat lesu dan tidak suka bermain seperti anak-anak seusianya
pada umumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum: keadaan pasien lemah, lesu, pasien terlihat sangat
kurus, bayi juga rewel dan gampang menangis. Fisik pasien lebih kecil
daripada anak seusianya.
• TTV: S=37oC, Nadi= 120x/menit, RR=30x/menit, TD=70/50mmHg.
• BB: berat badan baru lahir 3.5 kg, sebelum sakit 7.8 kg, dan saat ini BB
anak menjadi 6 kg.
Pengkajian Keperawatan

• Pemeriksaan head to toe:


a) Kepala: Bentuk kepala pasien simetris dan tidak ada ditemukan benjolan,
kulit kepala bersih.
b) Rambut: rambut tipis dan jarang.
c) Wajah: wajah seperti orang tua (berkerut).
d) Mata: Konjungtiva dan sklara Konjungtiva pasien pucat, kontak mata
terbatas.
e) Telinga: tidak ada kelainan bentuk dan ukuran simetris kiri dan kanan.
f) Hidung: simetris tidak ada kelainaan yang ditemukan, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
g) Mulut: bibir pucat, membran mukosa bibir pucat dan kering.
h) Integumen: Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit.
i) Thorax: iga gambang.
j) Abdomen: perut cekung.
Pengkajian Keperawatan

PENGUKURAN ANTROPOMETRI
• Pengukuran LILA: 10 cm
• Pengukuran lingkar kepala: 45 cm
• TB : 80 cm.
• BB : 5,3 kg (setelah sakit) dan 7,8 kg (sebelum sakit)
• BBI= (Umur/thn)x2)+8 BBI= 2(18 bulan) + 8= 3,6+ 8 = 11,6 kg
• BBN= BBI-(10%.BB)= 11,6 kg-(10%. 6 kg)= 11 kg
Analisis Data
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
31/05/ DS: Asupan makan sedikit Defisit Nutrisi
2017 1. Ibu klien mengatakan klien ↓ (D.0019)
tidak nafsu makan, tidak Tidak nafsu makan
mampu menelan dan ↓
makan makan hanya Intake tidak adekuat
1kali/hari posi kecil tidak ↓
habis. BB menurun
DO:

1. keadaan pasien lemah
Defisit nutrisi
2. pasien terlihat sangat kurus
3. membran mukosa bibir
pucat dan kering
4. Penurunan BB, sebelum
sakit 7.8 kg, saat ini 6 kg
5. LILA: 10 cm, lingkar kepala:
45 cm, TB : 80 cm
6. BBI= 11,6 kg, BBN = 11 kg
Analisis Data
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
31/05/ DS: Nafsu makan tidak ada Gangguan Tumbuh
2017 1. ibu klien mengatakan klien ↓ Kembang (D.0106)
sangat lesu dan tidak suka Kebutuhan nutrisi dan kalori
bermain seperti anak-anak tidak terpenuhi
seusianya pada umumnya. ↓
2. Ibu klien mengatakan klien Defisiensi nutrisi dan kalori
tidak nafsu makan ↓
DO: Ganguan tumbuh kembang
1. Klien jarang bergerak dan
tidak aktif
2. Fisik pasien lebih kecil
daripada anak seusianya.
3. Keadaan pasien lemah, lesu
4. Kontak mata terbatas
5. Klien mengalami gangguan
pola tidur
Diagnosis
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan ditandai
dengan berat badan menurun lebih dari 10%, cepat
kenyang setelah makan, nafsu makan menurun,
membrane mukosa pucat (D.0019)
2. Gangguan tumbuh kembang ditandai dengan
defisiensi hormon pertumbuhan ditandai dengan
pertumbuhan fisik terganggu, kontak mata terbatas,
nafsu makan menurun, lesu, dan pola tidur
terganggu (D.0106)
Intervensi
Diagnosis 1: Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan d.d. berat
badan menurun lebih dari 10%, cepat kenyang setelah makan, nafsu makan
menurun, muntah, membrane mukosa pucat (D.0019)
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam,
diharapkan pasien mampu mencukupi asupan nutrisinya untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme, dengan kriteria hasil
1. Status nutrisi bayi (L.03031) 2. Nafsu makan (L.03024)
• Berat badan meningkat (5) • Keinginan makan membaik (5)
• Panjang badan meningkat (5) • Asupan makanan membaik (5)
• Asupan cairan membaik (5)
• Pucat menurun (5)
• Asupan nutrisi membaik (5)
• Kesulitan makan menurun (5) • Stimulus untuk makan (5)
• Pola makan membaik (5) 3. Status menelan (L.06052)
• Proses tumbuh kembang (5) • Reflek menelan meningkat (5)
• Kemampuan mengunyah
meningkat (5)
• Muntah menurun (5)
• Penerimaan makanan
membaik (5)
Intervensi
Manajemen nutrisi (I.03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan pada keluarga
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Intervensi
Promosi Berat Badan (I.03136)
Observasi
1. Monitor adanya mual muntah
2. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
3. Monitor berat badan
4. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik
1. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
2. Hidangkan makanan secara menarik
3. Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi namun tetap terjangkau
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
Intervensi
Diagnosis 2: Gangguan tumbuh kembang b.d. defisiensi hormon
pertumbuhan d.d. pertumbuhan fisik terganggu, kontak mata terbatas, nafsu
makan menurun, lesu, dan pola tidur terganggu (D.0106)
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam,
diharapkan pasien mampu untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan
kelompok usia, dengan kriteria hasil
1. Status pertumbuhan (L.10102) 2. Status perkembangan (L.10101)
• Berat badan sesuai usia • keterampilan/ perilaku sesuai
meningkat (5) usia meningkat (5)
• Panjang badan sesuai usia • Kontak mata meningkat (5)
meningkat (5) • Pola tidur membaik (5)
• Indeks masa tubuh meningkat
(5)
• Asupan nutrisi meningkat (5)
Intervensi
Promosi Perkembangan Anak (I.103..)
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak
Terapeutik
1. Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
2. Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
3. Sediakan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan mewarnai
Edukasi
1. Jelaskan nama-nama objek yang ada di lingkungan sekitar anak
Intervensi
Edukasi Nutrisi Anak (I.12396)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak
2. Ajarkan ibu mengidentifikasi makanan dengan gizi seimbang
Daftar Pustaka

Hasanah, Siti Uswatun. (2009). Peningkatan prevalensi gizi kurang pada balita
setelah pemberian bantuan langsung tunai. http://eprints.undip.ac.id/.
News medical. (2015). Penyebab Gizi Kurang. http://www.news-
medical.net/health/Causes-of-malnutrition-(Indonesian).aspx.
Dedi Alamsyah, Maria Mexitalia, dkk. 2017. Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang
dan Gizi Buruk pada Balita 12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota
Pontianak). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 1, Hal.
54-62. Diakses pada Tanggal 16 September 2019. Tersedia pada:
<https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/3994>.
Tieka Kusuma Wardh. 2014. Metode Penanganan Masalah Gizi Buruk Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Anak (Studi Kasus fi Rumah
Pemulihan Gizi Yogyakarta) [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai