Kardiovaskular
Kardiovaskular
blok kardiovaskuler
Erika Juniartha T.
405150002
Learning issues
1. MM penyakit jantung pada anak ( kongenital
dan didapat )
2. MM penyakit jantung bawaan
3. MM jantung rematik
4. MM berbagai kelainan katup
Learning issues 1
• Etiologi :
a. Faktor genetik
b. Ligkungan atau keadaan ibu yang merugikan dan pengaruh
teratogenik, termasuk diabetes melitus ibu, fenilketonuria,
SLE, sindrom rubella kongenital dan obat – obatan (lithium,
etanol, thalidomid)
• Pencegahan dapat dilakukan dengan meniadakan faktor –
faktor pada point B selama masa kehamilan.
a. Berikan globulin – gamma dalam 10 hari setelah infeksi
Rubella
b. Sebaiknya menghindari penggunaan obat yang berbahaya
terhadap kehamilan
c. Melakukan ANC
Penyakit jantung didapat
• Demam Reumatik adalah sindrom klinis akibat infeksi β –
Streptoccocus haemolitycus grup A dengan satu atau lebih
gejala major yaitu poliartritis migrans akut, karditis, nodul
subkutan dan eritema marginatum.
• Etiologi :
Demam Reumatik dapat terjadi karena adanya interaksi antara
Individu – Penyebab Penyakit – Faktor Lingkungan.
Penyakit ini berhubungan sangat erat dengan infeksi saluran
nafas atas dengan β – Streptoccocus haemolitycus grup A.
• Faktor – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap
timbulnya demam reumatik
a. Faktor individu
b. Faktor lingkungan
Faktor Individu Faktor Lingkungan
1. Faktor genetik • 1. Keadaan sosial ekonomi
yang buruk
2. Jenis kelamin • 2. Iklim dan geografi, demam
3. Golongan etnik dan ras reumatik merupakan
penyakit kosmopolit.
4. Umur, paling sering Penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak ditemukan pada daerah
beriklim sedang.
usia 5-15 tahun dengan
• 3. Cuaca, perubahan cuaca
puncak pada umur 8 yang mendadak sering
tahun. mengakibatkan insiden
infeksi saluran nafas atas
5. Keadaan gizi meningkat.
• Patofisiologi :
Streptoccocus menghasilkan produk ekstrasel seperti
streptolisin O, sterptolisin A, hialuronidase, streptokinase,
difosforidin nukleotidase, dll – merangsang sistem pertahanan
tubuh sehingga akan terjadi reaksi silang antara antiboi dg
Streptoccocus.
• Manifestasi klinis :
a. Jantung, baik perikardium, miokardium dan endokardium
dapat terkena. Miokarditis dapat ringan berupa infiltrasi
sel – sel radang tetapi dapat pula berat sehingga terjadi
dilatasi jantung. Bila peradangan berlanjut akan timbul
badan – badan Aschoff yang nanti akan meninggalkan jar.
Parut di antara otot jantung.
b. Organ – organ terkena, sendi – sendi paling sering terkena
dimana terjadi peradangan eksudatif dengan degenerasi
fibrinoid sinovium. Nodul subkutan secara histologi terdiri
dari jaringan nekrotik fibrinoid yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang dikelilingi badan Aschoff.
• Gambaran Klinis :
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit
jantung reumatik dapat dibagi menjadi 4 stadium :
a. Stadium I , stadium ini berupa infeksi saluran nafas
atas oleh kuman β - streptoccocus haemolitycus grup
A. Keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit
menelan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan eksudat
di tonsil disertai tanda tanda inflamasi.
b. Stadium II, stadium ini disebut juga periode laten
ialah masa antara infeksi β - streptoccocus
haemolitycus grup A dengan permulaan gejala
demam rematik. Periode ini berlangsung 1-3 minggu.
c. Stadium III, fase akut reumatik saat timbul berbagai
manifestasi klinis demam reumatik.
d. Staidum IV, biasanya penderita mengalami demam
yang tidak terlalu tinggi. Anak menjadi lesu,
anoreksia, berat badan menurun
Learning issues 2
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
Penyakit jantung bawaan
asianotik
(etiologi, epidemiologi, patofisiologi,
faktor risiko, manifestasi klinik,
pemeriksaan, tatalaksana, prognosis
dan komplikasi, pencegahan)
PJB asianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
EPIDEMIOLOGI ASD
• Defek ostium sekundum merupakan jenis yang
terbanyak dari ASD (50 – 70%). Sisanya defek
ostium primum (30%) dan defek sinus venosus
(10%)
• 7 – 10% dari seluruh PJB
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI ASD
• Sebagian kasus dapat menutup secara spontan
pada usia anak 1,5 tahun (defek 3 – 8 mm yang
terdiagnosis sebelum usia 3 bulan); sebagian
kasus lainnya akan tetap terbuka (defek > 8 mm)
• HT pulmonal dapat terjadi pada usia dekade ke- 2
atau 3
• Endokarditis bakterialis (jarang)
• Fibrilasi atrium, gagal jantung, dan aritmia dapat
terjadi pada usia dewasa
• Peningkatan risiko untuk mengalami emboli dan
thrombosis vena dalam
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro
S, editors. Buku ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1991.
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
PJB asianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
DEFEK ATRIOVENTRIKULARIS/DEFEK
SEPTUM ATRIOVENTRIKULARIS (AVSD)
AVSD
• Kelainan jantung bawaan karena gangguan
perkembangan bantalan endocardium
(endocardial cushion) yang berfungsi menutup
ostium primum
• Dibagi menjadi :
– Defek AV parsial/defek septum atrium
primum/defek ostium primum
– Defek AV komplit
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
EPIDEMIOLOGI VSD
• VSD merupakan 30% dari kasus PJB yang
ditemukan
• Sering ditemukan sebagai suatu kelainan
sendiri (20%), atau merupakan bagian dari PJB
yang kompleks (seperti tetralogi Fallot dan
transposisi arteri besar)
• Sering ditemukan pada penderita kelainan
kromosom
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
PATOFISIOLOGI VSD
• Pirau kiri ke kanan pada ventrikel
• Peningkatan aliran darah ke paru
• Penambahan aliran darah yang kembali ke atrium kiri
• Hipertrofi dan dilatasi atrium kiri serta ventrikel kiri
• Pada tingkat yang lebih berat dapat terjadi peningkatan
beban volume dan tekanan pada ventrikel kanan
• Peningkatan tekanan A. pulmonalis mendekati tekanan
sistemik→HT pulmonal→peningkatan tekanan
ventrikel kanan→pirau berkurang→tidak terjadi
pirau→pirau kanan ke kiri (Sindrom Eisenmenger)
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto,
dkk. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health
Technology Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
PROGNOSIS VSD
• Kelainan ini cenderung untuk mengecil seiring dengan
bertambahnya usia, bahkan dapat menutup spontan
(sebagian besar pada 2 tahun pertama)
• Pasien dengan defek kecil : diharapkan dapat hidup normal
• Pasien dengan defek sedang/besar : bila dapat hidup lebih
dalam 2 tahun→keluhan berkurang (mengecilnya defek,
terjadi hipertrofi infundibulum, atau obstruksi vaskular
paru)
• 50% pasien HT pulmonal menderita obstruksi vaskular
parusetelah masa anak-anak
• Penyebab kematian : gagal jantung kronik, HT pulmonal
ireversibel, pneumonia
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
PDA
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
EPIDEMIOLOGI PDA
• Merupakan 2 – 15% dari kasus PJB
• Perempuan lebih sering terkena daripada laki-laki
• Angka kejadian meningkat tajam pada penduduk
yang tinggal di daerah dataran tinggi (karena
rendahnya tekanan oksigen)
• Insidens juga meningkat pada bayi prematur
• 28 – 88% kasus disertai dengan PJB
lainnya/kelainan bawaan selain jantung
• 8 – 11% penderita memiliki kelainan kromosom
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
PATOFISIOLOGI PDA
• Penutupan duktus arteriosus tidak terjadi > 7
hari setelah lahir (misal pada bayi prematur)
karena kadar prostaglandin (PG) darah yang
masih tinggi
• Terjadi aliran darah dari aorta menuju A.
pulmonalis (pirau kiri ke kanan)
• Beban volume jantung kiri meningkat
• Bila terus berlanjut dapat mengakibatkan
gagal jantungDjer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
MANIFESTASI KLINIK PDA
• Defek kecil : asimptomatik
• Defek besar : gejala gagal jantung kiri (sesak
nafas, sulit minum, BB sulit naik, ISPA
berulang, mudah lelah dan berkeringat)
• Peningkatan tekanan/tahanan vaskular paru :
pengurangan gejala s/d pirau kanan ke kiri
(Sindrom Eisenmenger)
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
PEMERIKSAAN PDA
• Pemeriksaan fisik :
– PDA kecil : asimptomatik, nadi dan TD normal;
auskultasi : bising sistolik (60%), bising kontinu di
ICS 2 – 3 parasternal kiri yang menjalar ke bawah
clavicula sinistra (30%), atau tidak terdapat bising
(10%)
– PDA sedang (terlihat pada usia 2 – 5 bulan) : sulit
minum, ISPA berulang, BB normal
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
PEMERIKSAAN PDA
• Pemeriksaan fisik :
– PDA besar : deformitas dada, takikardi dan dispnoe
sejak minggu I lahir, hiperaktivitas precordium, thrill
sistolik pada tepi kiri atas sternum, tekanan nadi lebar
dan kuat (pulsus seler), TD sistolik besar, bising
kontinu, bising middiastolik
– Peningkatan tahanan vaskular paru : dada asimetris,
pulmonary tapping saat palpasi, hiperaktivitas
ventrikel kanan, S2 mengeras dengan splitting
sempit/terdengar tunggal, bising ejeksi sistolik dapat
terdengar di tepi kiri sternum atas, bising kontinu
tidak terdengar lagi
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
PEMERIKSAAN PDA
• Pemeriksaan penunjang :
– EKG :
PDA kecil dan sedang : normal/terdapat tanda-
tanda hipertrofi ventrikel kiri
PDA besar : hipertrofi ventrikel kiri dan
pembesaran atrium kiri/biventricular hypertrophy
PDA besar dengan HT pulmonal : derajat hipertrofi
ventrikel kiri berkurang; hipertrofi ventrikel kanan
dan pembesaran atrium kanan, deviasi sumbu
QRS ke kanan
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
PEMERIKSAAN PDA
• Pemeriksaan penunjang :
– Rontgen toraks :
PDA kecil : normal
PDA sedang-besar : kardiomegali, dilatasi atrium
kiri, ventrikel kiri, aorta ascendens, dan A.
pulmonalis; peningkatan vaskular paru (plethora)
yang sering kali disertai kongesti vena (gambaran
garis Kerley-B)
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
PEMERIKSAAN PDA
• Pemeriksaan penunjang :
– Ekokardiografi : dapat diukur besar duktus dan
dimensi atrium kiri serta ventrikel kiri. Dengan M-
mode : dimensi atrium kiri membesar (rasio
dimensi atrium kiri:dimensi pangkal aorta >
normal). Ekokardiografi 2D untuk visualisasi
duktus pada neonatus dan bayi kecil
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
TATALAKSANA PDA
• Farmakologi : indometasin (0,2 mg/kgBB pada hari I, 0,1
mg/kgBB pada hari II-VII) atau ibuprofen (10 mg/kgBB hari I, 5
mg/kgBB pada hari II-III). Diberikan pada neonatus kurang
bulan/cukup bulan; efek optimal bila diberikan sebelum usia
10 hari
• PDA sedang dan besar disertai gagal jantung : terapi diuretik,
kalau perlu ditambah digitalis/obat-obat inotropic yang
sesuai. Bila tidak dapat diatasi dengan obat-obatan :
– Neonatus dan bayi < 6 kg : operasi ligasi
– Bayi >= 6 kg s/d dewasa : pemasangan alat transkateter
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
TATALAKSANA PDA
• PDA kecil tetap harus ditutup secara bedah/non-
bedah karena meningkatnya risiko terkena
endokarditis infektif
• PDA besar dengan HT pulmonal lanjut/ireversibel
(pirau kanan ke kiri + penyakit vaskular
paru)→PDA tidak dianjurkan ditutup
• Berikan profilaksis terhadap endokarditis
bakterialis subakut sebelum cabut gigi, sirkumsisi,
atau bedah minor lainnya
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editors. Buku
ajar ilmu kesehatan anak: jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1991.
TATALAKSANA PDA
• Alat-alat untuk menutup PDA :
– Amplatzer ductal occluder
– Glanturco coil
– Detachable coil
– Nit-occluder
Djer MM, Putra ST, Ulfa A, Roebiono PS, Rahman MA, Noormanto, dkk.
Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan tanpa bedah. Health Technology
Assessment Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
PROGNOSIS PDA
• Defek kecil : dapat hidup normal
• Bila penderita dengan pirau sedang dan besar
tidak dioperasi : diperkirakan akan menderita
ISPA berulang, gagal jantung kronik, failure to
thrive, HT pulmonal yang ireversibel
STENOSIS PULMONAL
STENOSIS KATUP PULMONAL (PS)
• Suatu penyempitan atau penyumbatan pada
katup pulmoner
ETIOLOGI PS
• Stenosis pulmoner seringkali disebabkan oleh
adanya gangguan pembentukan selama
perkembangan janin yang penyebabnya tidak
diketahui
KLASIFIKASI PS
• Stenosis pulmonal valvular
– Sering, terutama karena penebalan katup
• Stenosis pulmonal subvalvular/infundibular
– Hipertrofi otot pintu keluar dari ventrikel kanan
– Kelainan pada otot yang berupa pita, dapat membagi ventrikel
kanan menjadi 2
– Biasanya terjadi bersama dengan stenosis pulmonal tipe valvular
• Atresia Katup Pulmonal
– Terberat
– Hanya bisa hidup bila ada PDA juga atau pembuluh kolateral lain
• Stenosis Cabang Arteri Pulmonaris
– Akibat dari infeksi Rubella intra uterin
TANDA DAN GEJALA
• Bayi tampak biru (sianosis)
• Berat badan tidak bertambah
• Anak gagal berkembang
GAMBARAN KLINIK PS
• Stenosis ringan tidak ada gejala, tetapi
bising terdengar
– Getaran sistolik terletak pada sela iga ke 2 kiri
pada tipe infundibular
– Bisingnya keras (ICS 4-5 /6), kasar dan bersifat
ejeksi, tumpang-tindih dengan bunyi jantung II
• Stenosis berat anak sangat lelah, namun
belum dispnea
– Bising paling keras di sela iga ke 2 atau ke 3 kiri
dan penjalarannya lebar
DIAGNOSIS PS
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik
• Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan
terdengar murmur (bunyi jantung abnormal yang
terjadi karena darah menyembur melewati saluran
yang sempit)
PEMERIKSAAN PENUNJANG PS
• Gambaran radiologis : dilatasi pasca stenosis pada A.
pulmonalis
• EKG : ada deviasi sumbu QRS ke kanan dengan hipertrofi
ventrikel kanan, ditunjukkan oleh gelombang R yang tinggi di
antara dada kanan dengan gelombang S yang dalam di V5 dan
V6
• Kateterisasi jantung dilakukan untuk menentukan derajat
stenosis
– Perbedaan tekanan
• 20-40 mmHg : ringan
• 40-60 mmHg : sedang
• > 60 mmHg : berat
PENATALAKSANAAN
• Pelebaran katup dengan balon Balloon Pulmonal Valvotomy = BPV
• Jika terjadi sianosis, maka sebelum dilakukan pembedahan diberikan obat
prostaglandin agar duktus arteriosus tetap terbuka
• Pembedahan yang dilakukan bisa berupa membuat hubungan antara aorta
dan arteri pulmonalis atau membuka katup pulmoner maupun keduanya
• Pembedahan ini memungkinkan darah untuk tidak melewati katup yang
menyempit dan mengalir ke dalam paru-paru agar kaya akan oksigen
• Bila perbedaan tekanan sistolik di A. Pulmonaris & ventrikel kanan > 50
mmHg perlu pembedahan
• Pembedahan biasanya dilakukan pada usia pra-sekolah
KOMPLIKASI
• Gagal jantung
• Kematian
• Hipertrofi ventrikel kanan
PJB asianotik dengan vaskularisasi paru normal
KOARKTASIO AORTA
KOARKTASIO AORTA
• Penyempitan pada aorta, yang biasanya
terjadi pada titik dimana duktus arteriosus
tersambung dengan aorta dan aorta
membelok ke bawah
• Faktor risiko :
– Resiko terjadinya koarktasio aorta meningkat pada
beberapa keadaan genetik, seperti sindroma
Turner
MANIFESTASI KLINIK
• Bayi lahir dalam keadaan baik, tiba-tiba
keadaan memburuk dalam beberapa hari
(hari ke 2-10)
• Sulit minum, sesak nafas, perfusi perifer
menurun
• Nadi brakialis teraba, namun nadi femoralis
lemah/tidak teraba
• Tekanan darah ekstremitas atas > ekstremitas
bawah
TANDA DAN GEJALA
• Pusing • Perdarahan hidung
• Pingsan • Nyeri tungkai selama
• Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
melakukan aktivitas • Tekanan darah tinggi
dilengan, dengan
• Tekanan darah tinggi yang perbedaan tekanan yang
terlokalisir (hanya pada signifikan antara lengan
tubuh bagian atas) dan tungkai
• Mungkin ditemukan
• Kaki atau tungkai teraba tanda-tanda gagal jantung
dingin kiri (terutama pada bayi)
• Kekurangan tenaga atau tanda-tanda dari
regurgitasi aorta
• Sakit kepala berdenyut
KOARKTASIO AORTA TIPE INFANTIL
• Konstriksi letaknya proksimal terhadap duktus
arteriosus
• Biasanya berat & berhubungan dengan PDA
dan VSD
• Sirkulasi kolateral biasanya sedikit sekali (atau
tidak ada) pada koarktasio/penyempitan
praduktal (infantil) karena hanya sedikit darah
yang mengalir melalui arkus aorta pada waktu
kehidupan janin
GAMBARAN KLINIS PADA BAYI
DENGAN KOARKTASIO AORTA
• Pada hari-hari pertama mungkin tampak
sehatkarena aorta desendens terutama
mendapat pasokan darah dari arteri
pulmonaris melalui duktus yang terbuka
• Kalau duktus mulai menutup, bayi akan
mengalami perburukan serta gagal/payah
jantung dan asidosis berat
KOARKTASIO AORTA TIPE
ANAK/DEWASA
• Konstriksi letaknya tepat disebelah distal arteri
subklavia kiri & duktus (yang tertutup)
• Pada tipe pascaduktal ini terbentuk kolateral
selama prenatal jalan utama darah untuk
menuju ke bagian bawah tubuh yang distal
dari penyempitan
• Terjadi anastomosis antara arteri mamaria
interna dengan arteri epigastrika dan pada
cabang-cabang arteri subklavia di leher
GAMBARAN KLINIS PADA ANAK DAN
DEWASA DENGAN KOARKTASIO AORTA
• Biasanya tidak bergejala dan ditemukan pada
pemeriksaan rutin karena ada bising atau hipertensi
(di lengan)
• Sulit menentukan nadi femoral yang lebih lemah dan
terlambat dibandingkan nadi radial
• TD tungkai < TD lengan
• Bising sangat bervariasi, biasanya bising ejeksi sistolik
yang berasal dari katup aorta atau segmen aorta
yang sempit
• Pembuluh kolateral dapat terlihat atau teraba pada
bagian atas tubuh
PENATALAKSANAAN
• Pada koarktasio aorta yang berat Prostaglandin E-
1 perlu diberikan untuk mempertahankan
pembukaan duktus arteriosus. Untuk selanjutnya,
tindakan pelebaran dengan balon atau
pembedahan perlu dilakukan
• Pada pembedahan, bagian aorta yang menyempit
dibuang. Jika bagian yang terbuang hanya sedikit,
kemudian dibuat anastomisis (penyambungan
kembali kedua ujung aorta) atau kedua ujung
aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron
• Tipe infantil segera dioperasi
kalau payah jantung diobati
karena asidosis berat lama
memburukkan hasil operasi
• Tipe anak/dewasa biasanya
tidak ada gagal jantung. Operasi
dipertimbangkan dari segi derajat
hipertensinya. Operasi lebih
berhasil bila ditunda sesudah
umur 5 tahun
penyakit jantung bawaan sianotik
TETRALOGI FALLOT
TETRALOGY of FALLOT (ToF)
• 4 Kelainan anatomis
– Stenosis atau atresia pulmonal
– Dekstroposisi pangkal aorta
– Defek septum ventrikel
– Hipertrofi ventrikel kanan
111
112
TANDA DAN GEJALA
• Hipoksia sianosis
• Polisitemia
• Penurunan toleransi latihan
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
• Kadang teraba getaran bising di tepi kiri sternum
• Bunyi jantung II biasanya tunggal
• Bising ejeksi sistolik berasal dari jalan keluar
ventrikel kanan
MANIFESTASI KLINIK
• Pada bayi 2-6 bulan terdapat sianotik spells
(serangan sianotik) akibat iskemia serebral
sementara Pasien tampak biru, pucat
• Bunyi jantung 1 normal, sedang bunyi jantung
2 biasanya tunggal
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Didapatkan hemoglobin dan hematokrit yang
sesuai dengan derajat desaturasi dan stenosis
• Umumnya jantung tidak membesar. Arkus
aorta terletak di sebelah kanan pada 25%
kasus. Apex jantung kecil dan terangkat,
konus pulmonalis cekung, dan vaskularisasi
paru menurun
• Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan
anak normal. Pada anak mungkin gelombang
T positif di V1, disertai deviasi sumbu QRS ke
kanan dan hipertrofi ventrikel kanan.
Gelombang P pulmonal
PENATALAKSANAAN
• Pada serangan sianotik akut
– Letakkan pasien dalam knee-chest position
– Berikan 02 masker 5-8 L/menit
– Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg subkutan atau intramuskular
– Berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB iv untuk koreksi asidosis
– Berikan transfusi darah bila kadar Hb kurang dari 15 g/dl, sekali
pemberian 5 ml/kgBB
– Berikan propanolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Jangan berikan
digoksin saat pasien dalam serangan sianotik karena akan
memperburuk keadaan
PROGNOSIS
• Tanpa operasi buruk
• Rata-rata mencapai umur 15 thn
• Komplikasi : trombosis pembuluh darah otak
• Cenderung perdarahan hebat oleh karena
trombosit dan fibrinogen <<
• Dapat terjadi sub-akut bacterial endocarditis
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah