Anda di halaman 1dari 19

Kebijakan Pembaruan Agraria di

Indonesia Sebagai Landasan


Pembangunan Pedesaan

Slamet Widodo
Mengapa pedesaan?
1. Kemiskinan di daerah pedesaan

35
30
11.1 10.95 10.51 10.63
25 10.36 10.65 10.34
Perkotaan
20
Perdesaan
15
19.93 18.94 18.09 17.92 17.37 17.94 17.67
10
5
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Perkembangan jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan dan perkotaan,
tahun 2010-2016 (juta jiwa)
2. Kondisi “ketertinggalan” pedesaan Indonesia
3. Pedesaan identik dengan pertanian
Mengapa agraria?

Sifat ekonomi
Faktor produksi
tanah yang tetap
utama dalam
dan tidak dapat
pertanian
direproduksi

Mempengaruhi
Private property
struktur sosial
Kilas balik agraria Indonesia

van den Pieter


Daendels Raffles Soekarno
Bosch Mijer

Agrarische UU 5/1960
Contingenten Land rent Cultuurstelsel
Wet (UUPA)

1808 1811 1830 1870 1960


Struktur agraria Indonesia saat ini
Rata-rata penguasaan lahan
adalah 0,86 hektar per
rumah tangga petani

Penguasaan lahan tertinggi


di Kaltara, yaitu seluas 31,09
hektar

Penguasaan lahan terkecil di Sebaran rumah tangga petani gurem


Banten, yaitu seluas 0,53
hektar
Sebanyak 26,14 juta rumah
tangga (55,33%) petani
termasuk dalam kategori
gurem
Pembaruan agraria / reforma agraria
• Land reform adalah perombakan dalam
penguasaan dan pemilikan tanah, khususnya
redistribusi tanah yang bertujuan untuk
mencapai pemerataan dalam pembangunan
pertanian.
• Agrarian Reform didefinisikan sebagai segala
bentuk perkembangan/perubahan dalam
struktur pertanian yang bertujuan baik untuk
meningkatkan hasil pertanian maupun
kesejahteraan sosial.
Karakterisasi reforma agraria
• Ideologi ekonomi
– Kapitalis
– Sosialis
– Neo-Populis
• Arah transaksi
– Collectivist reform
– Redistributive reform
• Peran dominan
– Reforma agraria by grace
– Reforma agraria by leverage
Konsep teoritis reforma agraria
Reforma agraria dari masa ke masa

Orde Orde Awal


SBY
Lama Baru Reformasi

UUBH dan UUPA Land settlement TAP MPR RI


disahkan IX/MPR/2001
Land Administration Tentang Pembaruan
Programme (LAP) Agraria dan
UU 3/1972 tentang Pengelolaan
Ketentuan Pokok Sumberdaya Alam
Transmigrasi
PP 10/1961 tentang
pendaftaran tanah
Perkebunan Inti
Rakyat
Land Management
Program Pembaruan
PP 224/1961 tentang and Policy
Agraria Nasional
pelaksanaan Development
Prona (Program (PPAN)
pembagian tanah dan (LMPDP)
Nasional) Pendaftaran
pemberian ganti Tanah Secara
kerugian Sistematis
Program Pembaruan Agraria Nasional
(PPAN)
Permasalahan dan kendala
• Temuan Sirait et al (2016), menunjukkan bahwa setelah 10 tahun
pelaksanaan PPAN di Garut dan Lampung, justru tidak tercipta
pemerataan agraria, yang ditunjukkan dengan kemunculan kelas
tuan tanah dan petani tanpa tanah. Kedua kelas ini justru tidak
ada sebelum redistribusi tanah dilaksanakan.
• Ningtyas dan Dharmawan (2010), menemukan bahwa PPAN di
Jasinga, Bogor, tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Terdapat
beberapa orang yang memperoleh tanah lebih luas dikarenakan
kedekatan mereka terhadap elit. Perubahan pada keadaan sosial
dan ekonomi, yaitu hanya terdapat pada status kepemilikan tanah
saja dan tidak mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat.
• Utami (2014), PPAN ternyata tidak sesuai yang diharapkan
seperti redistribusi tanah untuk mencapai keadilan agraria.
Pelaksanaan PPAN di Serdang, terbatas pada pendaftaran hak
atas tanah secara gratis.
PPAN dalam perspektif SLF
Simpulan
• Pembaruan agraria/reforma agraria (agrarian
reform) berbeda dengan land reform
• Konsep pembaruan agraria era SBY adalah land
reform plus (assets reform dan access reform)
• Jika pembaruan agraria dipahami sebagai
reforma agraria, maka kebijakan access reform jauh
lebih penting daripada sekedar assets reform
karena terdapat temuan assets reform yang gagal
mensejahterakan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai