Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

SOSIALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN AGRARIA

H.S.Muhammad Ikhsan
Direktur Jenderal Penataan Agraria

Makassar, 21-23 November 2018

1
LATAR BELAKANG

Masih terjadi ketimpangan penguasaan lahan, Reforma Agraria menjadi bagian dari sembilan
konflik agraria dan penglolaan sumber daya alam agenda utama Presiden Joko Widodo dan Wakil
serta kerusakan lingkungan. Ketetapan MPR
01 Nomor IX/2001 sebagai konsesus nasional di awal
Presiden Jusuf Kalla yaitu cita ke-5 dari
NAWACITA yang berbunyi “Meningkatkan
era reformasi untuk mengatasi masalah tersebut.
03 kualitas hidup manusia Indonesia”, dengan
salah satu programnya adalah mendorong
Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor IX/2001 dan Landreform (Reformasi Agraria) dan Program
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Kepemilikan Tanah Seluas 9 Juta Hektar.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Diperlukan penyempurnaan dan penguatan
02 (RPJPN) Tahun 2005-2025, perlu pengaturan
kerangka regulasi untuk pelaksanaan Reforma
berkenaan pelaksanaan Reforma Agraria, dalam
rangka meningkatkan keadilan sosial dan
04 Agraria melalui perumusan berbagai aturan
kesejahteraan rakyat pelaksanaan landreform.

2
ISSUE STRATEGIS

Menyiapkan langkah-langkah Mematangkan penyiapan Merumuskan perangkat hukum pelaksanaan


Persiapan Penyelenggaraan kelembagaan Reforma Reforma Agraria antara lain: Rancangan
Reforma Agraria dan Agraria yang pro rakyat Perpres Reforma Agraria (Amanat Keputusan
implementasinya. Presiden Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Program Penyusunan Peraturan Presiden).

PERPRES Nomor 86 Tahun 2018 tentang REFORMA AGRARIA


3
LATAR BELAKANG

BAB I KETENTUAN UMUM


BAB II TUJUAN

BAB III PENYELENGGARAAN REFORMA AGRARIA

BAB IV PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK AGRARIA

BAB V KELEMBAGAAN REFORMA AGRARIA

BAB VI KEWAJIBAN DAN LARANGAN PENERIMA TORA

BAB VII PENDANAAN

BAB VIII PELAPORAN

BAB IX PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB X KETENTUAN PENUTUP

4
PRINSIP DAN TUJUAN

PRINSIP TUJUAN
REFORMA AGRARIA REFORMA AGRARIA Mengurangi
tanah yang ada diseluruh wilayah Republik Indonesia ketimpangan
mempunyai hubungan yang abadi dengan bangsa penguasaan dan
KEBANGSAAN Indonesia untuk menjaga keberlanjutan kebangsaan pemilikan tanah
Indonesia.
Menciptakan Menciptakan
PENGAKUAN DAN Reforma Agraria mengakui dan melindungi Hak Ulayat
PERLINDUNGAN kemakmuran dan lapangan kerja
MASYARAKAT HUKUM MHA di wilayah Republik Indonesia dan hukum adat yang kesejahteraan
berlaku serta ditaati masyarakatnya. untuk mengurangi
ADAT masyarakat kemiskinan
Reforma Agraria harus memperhatikan kondisi
KEBERLANJUTAN lingkungan dan meminimalkan dampak negatif yang
Memperbaiki akses
dapat merusak/menghilangkan/ mengurangi kualitas Meningkatkan masyarakat kepada
lingkungan. ketahanan dan
sumber ekonomi
kedaulatan pangan
Reforma Agraria harus menjamin semua pihak
KEADILAN diperlakukan adil dalam penguasaan, pemilikan, Memperbaiki dan
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Menangani dan menjaga kualitas
menyelesaikan lingkungan hidup
Reforma Agraria mengedepankan kepastian hukum bagi konflik agraria
PEMERINTAHAN penerima TORA, keterbukaan informasi bagi seluruh
YANG BAIK pihak, tertib penyelenggaraan negara, profesionalitas dan
akuntabilitas.

Reforma Agraria juga mengedepankan pemberdayaan


PEMBERDAYAAN kepada penerima TORA dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah. 5
PRINSIP DAN TUJUAN

perencanaan Penataan Aset terhadap penguasaan dan


pemilikan TORA

perencanaan terhadap Penataan Akses dalam penggunaan


dan pemanfaatan serta produksi atas TORA

Perencanaan perencanaan peningkatan kepastian hukum dan legalisasi


Reforma Agraria atas TORA

perencanaan penanganan Sengketa dan Konflik Agraria

PENYELENGGARAAN
REFORMA AGRARIA perencanaan kegiatan lain yang mendukung Reforma
Agraria

Penataan Aset
Pelaksanaan
Reforma Agraria
Penataan Akses

6
TANAH OBYEK REFORMA AGRARIA untuk LEGALISASI ASET

1. Tanah transmigrasi yang belum bersertipikat:


a. Apabila termasuk dalam kawasan hutan, proses pelepasan atau
perubahan batas kawasan hutannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
b. Apabila belum memperoleh hak pengelolaan untuk transmigrasi maka
legalisasi asetnya dilakukan setelah terbit keputusan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi atau bupati/wali
kota atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa
pembinaannya telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota
dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota.

2. Tanah yang dimiliki masyarakat.

7
TANAH OBYEK REFORMA AGRARIA untuk REDISTRIBUSI TANAH

1. tanah HGU dan HGB yang telah habis masa berlakunya serta tidak dimohon perpanjangan dan/atau
tidak dimohon pembaruan haknya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah haknya berakhir;
2. tanah yang diperoleh dari kewajiban pemegang HGU untuk menyerahkan paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari luas bidang tanah HGU yang berubah menjadi HGB karena perubahan peruntukan
rencana tata ruang;
3. tanah yang diperoleh dari kewajiban menyediakan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas
Tanah Negara yang diberikan kepada pemegang HGU dalam proses pemberian, perpanjangan atau
pembaruan haknya;
4. tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan negara dan/atau hasil perubahan batas kawasan
hutan yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai sumber TORA,
meliputi:
a. tanah dalam kawasan hutan yang telah dilepaskan sesuai peraturan perundang-undangan menjadi
TORA; dan
b. tanah dalam kawasan hutan yang telah dikuasai oleh masyarakat dan telah diselesaikan
penguasaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Tanah Negara bekas tanah terlantar yang didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan negara
melalui Reforma Agraria;
TANAH OBYEK REFORMA AGRARIA untuk REDISTRIBUSI TANAH

5. tanah hasil penyelesaian Sengketa dan Konflik Agraria;


6. tanah bekas tambang yang berada di luar kawasan hutan;
7. tanah timbul;
8. tanah yang memenuhi persyaratan penguatan hak rakyat atas tanah, meliputi:
a. tanah yang dihibahkan oleh perusahaan dalam bentuk tanggung jawab sosial dan/atau lingkungan;
b. tanah hasil konsolidasi yang subjeknya memenuhi kriteria Reforma Agraria;
c. sisa tanah sumbangan tanah untuk pembangunan dan tanah pengganti biaya pelaksanaan Konsolidasi
Tanah yang telah disepakati untuk diberikan kepada pemerintah sebagai TORA; atau
d. Tanah Negara yang sudah dikuasai masyarakat.
10.tanah bekas hak erpacht, tanah bekas partikelir dan tanah bekas eigendom yang luasnya lebih dari 10
(sepuluh) bauw yang masih tersedia dan memenuhi ketentuan perundang-undangan sebagai objek
redistribusi;
11. tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah swapraja/bekas swapraja yang masih tersedia
dan memenuhi ketentuan perundang-undangan sebagai objek redistribusi.
SUBYEK OBYEK REFORMA AGRARIA untuk REDISTRIBUSI TANAH

Siapa? Yang menjadi subyek penerima REDISTRIBUSI TANAH

ORANG PERSEORANGAN

Bertempat tinggal di wilayah


Orang perseorangan Usia 18 tahun/menikah/
terdekat TORA atau bersedia tinggal
yang memenuhi syarat. WNI maksimal 60 tahun
di wilayah TORA

KELOMPOK MASYARAKAT

HAK KEPEMILIKAN BERSAMA


Kelompok Masyarakat

BADAN HUKUM

Koperasi yang Yayasan Sosial yang Badan Usaha Milik Petani yang
Badan hukum BUMDes
dibentuk Subjek dibentuk Subjek RA dibentuk Subjek RA
yang memenuhi syarat. RA
10
SUBYEK OBYEK REFORMA AGRARIA untuk REDISTRIBUSI TANAH

11
PENATAAN ASET + PENATAAN AKSES

12
PENATAAN ASET

Penetapan TORA dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.


Pelaksanaan Penataan Aset dilakukan terhadap TORA yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Penataan Aset dilakukan melalui:


 Legalisasi Aset
 Reditribusi Tanah
- Redistribusi Tanah Pertanian
- Redistribusi Tanah Non Pertanian (dapat melalui Konsolidasi Tanah)

Penggunaan tanah dalam rangka Legalisasi Aset dan Redistribusi Tanah


harus disesuaikan dengan: kemampuan tanah, dan kesesuaian lahan dan
lingkungan hidup.

Keputusan pemberian hak atas TORA menegaskan jenis penggunaan tanah


sesuai dengan kemampuan tanah dan kesesuaian lahan.
13
PENATAAN AKSES

• pendidikan dan pelatihan;


pemberian langsung • penyediaan infrastruktur;
oleh pemerintah • kemudahan pemberian kredit usaha; dan
• kemudahan memasarkan hasil produksi

kerja sama antara


masyarakat yang memiliki
Sertipikat Hak Milik dengan • Inti –plasma
badan hukum; dan/atau

kerja sama antara kelompok Badan Hukum berperan sebagai:


masyarakat yang memiliki • avalis dimana badan hukum menerapkan
hak kepemilikan bersama alih teknologi kepada masyarakat dan
dengan badan hukum koperasi; atau
• penghimpun dan pengelola aset milik
bersama masyarakat.

14
PENATAAN AKSES/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemetaan
sosial pembentukan kelompok sasaran
Penyediaan Peningkatan
Jalan, irigasi, dll infratruktur kapasitas berdasarkan jenis usaha (Koperasi,
pendukung kelembagaan BUMDes.)

Penguatan basis
data dan Pendampingan
informasi usaha
komoditas

Akses
Reform
• penyuluhan,
Fasilitasi akses Peningkatan • pendidikan,
pemasaran keterampilan • pelatihan, dan/atau
• bimbingan teknis.

• lembaga keuangan, Penggunaan kerjasama dengan universitas, dunia


Fasilitasi akses
• koperasi, dan/atau teknologi tepat usaha, balai penelitian, serta badan
permodalan
guna
• CSR). Diversifi- pengkajian dan penerapan teknologi
kasi usaha

Penataan Akses/Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan berbasis klaster dalam rangka meningkatkan skala ekonomi dan nilai tambah. 15
15
KELEMBAGAAN REFORMA AGRARIA

01 02 Untuk membantu Tim Reforma


Kelembagaan Penyelenggara
Reforma Agraria di tingkat Pusat Agraria Nasional, dibentuk Gugus
adalah Tim Reforma Agraria Tugas Reforma Agraria di tingkat
Nasional. Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.
TIM REFORMA AGRARIA

03 04
Mekanisme dan tata kerja Tim Susunan Anggota dan Tugas dari
Reforma Agraria Nasional diatur
Gugus Tugas Reforma Agraria
dengan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang akan diatur dalam peraturan
Perekonomian Menteri.

GTRA PUSAT GTRA PROVINSI GTRA KABUPATEN/KOTA

16
PELAPORAN

PELAPORAN
• Dilakukan secara berjenjang dari GTRA Kabupaten/Kota ke
TIM REFORMA AGRARIA
GTRA Provinsi, GTRA Provinsi ke GTRA Pusat, dan GTRA Pusat
ke Tim Reforma Agraria Naisonal. Dalam bentuk tertulis secara
GTRA PUSAT berkala tiap 3 (tiga) bulan.
• Tim Reforma Agraria Naisonal melaporkan kepada Presiden
tiap 6 (enam) bulan.

GTRA PROVINSI

GTRA KABUPATEN/KOTA

17
KEWAJIBAN DAN LARANGAN

KEWAJIBAN

Menggunakan, Mentaati Memelihara Melindungi dan Menggunakan


mengusahakan ketentuan kesuburan melestarikan tanah sesuai
dan penggunaan dan dan sumber daya di dengan
memanfaatkan pemanfaatan produktivitas atas tanah kemampuan
sendiri tanahnya tanah tanah tanah

LARANGAN

Menelantarkan tanahnya Mengalihkan hak atas tanahnya tanpa izin Mengalih fungsikan
Kepala Kantor Pertanahan tanahnya tanpa izin Kepala
Kantor Pertanahan

TAMBAHAN
Penerima TORA menyatakan kesanggupan memenuhi kewajiban dan/atau larangan dengan surat pernyataan
yang menjadi pertimbangan dalam surat keputusan pemberian hak atas TORA.

18
PENDANAAN

Pendanaan Reforma Agraria dibebankan pada:

Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah

sumber lain yang sah sesuai


ketentuan peraturan
perundang-undangan

19
PERAN SERTA MASYARAKAT

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan


Reforma Agraria, Tim Reforma Agraria Nasional,
GTRA Pusat, GTRA Provinsi, dan GTRA
Kabupaten/Kota melibatkan masyarakat paling
sedikit berupa:
a. pengusulan TORA, penerima TORA, dan
jenis penataan akses; dan/atau
b. penyampaian masukan dalam penanganan
Sengketa dan Konflik Agraria

20
21

TERIMAKASIH
REKAPITULASI NASIONAL
CAPAIAN KEGIATAN REFORMA AGRARIA
TAHUN 2018

22

Anda mungkin juga menyukai