Kelembagaan Masyarakat Petani
Kelembagaan Masyarakat Petani
1. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (terjemahan, 1987 : 244), lembaga adalah
suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dipandang penting.
2. Rutan dan Hayami (1984), lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok
masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk
membantu mereka dengan harapan dimana setiap orang dapat bekerjasama atau
berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan.
3. Ostrorn (1986), lembaga adalah aturan dan rambu-rambu sebagai panduan
yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur
hubungan yang saling mengikat atau saling bergantung satu sama lain
4. Uphoff (1986), lembaga adalah suatu himpunan atau tatanan norma-norma dan
tingkah laku yang bisa berlaku dalam suatu periode tertentu untuk melayani tujuan
kolektif yang akan menjadi nilai bersama.
5. Nabli dan Nugent (1989), lembaga adalah sekumpulan batasan atau faktor
pengendali yang mengatur hubungan perilaku antar anggota atau antar kelompok.
b.Enacted Institutions
b. Subsidiary Institutions
merupakan lembaga sosial yang dianggap
kurang penting oleh masyarakat. Serta,
terdapat hubungan dengan kegiatan yang
dianggap kurang penting pula. Misalkan,
seperti kegiatan rekreasi, olahraga, belanja
3.Berdasarkan penerimaan masyarakat
a. Operative Institutions
yaitu suatu lembaga sosial yang berfungsi
menghimpun tata cara atau tujuan tertentu
yang dapat diterima oleh masyarakat yang
bersangkutan
b. Restricted Institutions
Merupakan lembaga sosial yang hanya
dikenal oleh sekelompok masyarakat
tertentu saja. Lembaga sosial yang secara
khusus dibentuk oleh sekelompok
masyarakat dengan tujuan
tertentuk,seperti aliran-aliran kepercayaan,
sekte dan lain sebagainya
B. lembaga-lembaga sosial yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
warga masyarakat
Para petani menyimpan uangnya lebih lama karena biasanya mereka
harus menunggu musim pertanian yang tepat, jika sumber ini tidak ada, maka
modal untuk perdagangan diperoleh dari sumber lain.
1. Arisan
Arisan yang umumnya dilakukan oleh para pedagang yang tidak
memiliki modal yang cukup untuk tujuan dagang. Pada umumnya
para pedagang tersebut menaruh setiap hari sejumlah uang yang
dalam jumlah kecil didalam satu “celengan”. Di dalam sistem arisan
di jawa tidak terdapat bunga dan pada waktunya setiap orang akan
mendapat kembali uang yang telah disumbangkannya atau uang
yang telah diberikannya untuk membayar arisan tersebut. Arisan itu
diatur dan dijalankan oleh seseorang yang ingin bertanggungjawab,
serta orang yang bertanggungjawab tersebut mempunyai buku-buku
catatan mengenai arisan dan smeorang petugas akan berkeliling
untuk menagih pembayaran dari anggota-anggotanya dan
memberikan jumlah uang itu kepada peserta yang mendapatkan
uang arisan itu.
2. Bank-bank pasar
Jika yang meminjam uang tidak dapat membayar kembali uang yang ia
pinjam dalam waktu yang telah ditentukan, maka bunga yang telah ditentukan
tidak akan bertambah jumlahnya (jika itu ia meminjam dari bank pemerintah,
bukan dari seorang ceti).
Bank pasar didirikan khusus untuk merangsang investasi dan pegawai-
pegawai bank itu mungkin mendesak dan menekan para peminjam uang untuk
tidak mempergunakan pinjaman untuk tujuan-tujuan lain
3. Pinjaman perdagangan