Anda di halaman 1dari 78

KELOMPOK

TUTOR
XVI
FASILITATOR :
ANGGOTA KELOMPOK
Febrina Ulfa (18-118)
Lydia Monica Putri (18-128)
Arsukma Husnil Hidayah (18-138)
Priscillia Setiawan (18-148)
Daffa Putra Dianto ( 18-099)
Lifia Renelda (18-109)
Titik Pangestu Mila Pratiwi (18-119)
Nur azi Melya Roza (18-129)
Ainun Tri Muharramah (18-139)
Vindi Domita (18-149)
TRIGGER 5: NIGER DAN KAKEK ‘SLOW MOTION’
NIGER ADALAH MAHASISWA SEMESTER 3 DI SALAH SATU FK DI PADANG.
IA SEDANG JALAN PAGI DI HARI MINGGU. LANGKAHNYA TERHENTI DAN
MEMPERHATIKAN KAKEK BERUSIA SEKITAR 60 TAHUN. DI SAMPINGNYA
BERJALAN SEORANG PEREMPUAN. NIGER SEPERTI MENYAKSIKAN FILM
DALAM ADEGAN ‘SLOW MOTION’. GERAKAN TUBUH KAKEK TERSEBUT
MELAMBAT, DENGAN LANGKAH KECIL-KECIL, POSTUR TUBUH AGAK
MEMBUNGKUK. PEREMPUAN TERSEBUT MEMBIMBINGNYA UNTUK DUDUK
DI BANGKU TAMAN. KAKEK DUDUK DENGAN AMAT PERLAHAN. TAMPAK
KEDUA TANGANNYA GEMETAR SENDIRINYA TAK TERKENDALIKAN. NIGER
TERINGAT DENGAN PETINJU MIKE TYSON DAN CHRISTOPHER REEVE
MEMPUNYAI KELAINAN PERSIS SEPERTI KAKEK INI. KEDUA ORANG INI
DIKENAL MENDERITA PARKINSON DISEASE. NIGER BERFIKIR KAKEK INI
SANGAT TINGGI RISIKO UNTUK JATUH SAAT BERJALAN DAN SULIT
MELAKUKAN MOBILISASI.
NIGER MENGHAMPIRI KAKEK DAN PEREMPUAN TERSEBUT. BENAR
DUGAANNYA, SANG KAKEK MENDERITA PARKINSON DISEASE. PEREMPUAN
TERSEBUT JUGA MENGATAKAN KEPADA NIGER BAHWA AYAHNYA PELUPA,
KADANGKADANG BERHALUSINASI. SEHINGGA TIDAK BISA DITINGGAL
SENDIRIAN. BELIAU LEBIH LANJUT MENJELASKAN SAAT MENGETAHUI
NIGER ADALAH MAHASISWA FK. “AYAH SAYA MENDERITA PARKINSON SEJAK
3 TAHUN YANG LALU. SEJAK 1 TAHUN INI, AYAH SAYA JUGA MENGALAMI
DEMENSIA LEWY BODY. SERING DIDAPATKAN ‘RESTING TREMOR,
BRADIKINESIA, FENOMENA COGWEEL, REFLEK MAYERSON, NILAI MMSE 15.”
NIGER TERPERANGAH: “BAGAIMANA IBU BISA MENJELASKAN SELENGKAP
ITU DENGAN ISTILAH-ISTILAH YANG TIDAK SAYA MENGERTI?” PEREMPUAN
TERSEBUT HANYA TERSENYUM. “APAKAH ADA LAGI YANG INGIN NIGER
TANYAKAN?” NIGER PENASARAN: MAAF IBU, APAKAH PENYAKIT AYAH IBU
SUATU MEKANISME PENUAAN NORMAL ATAU ADA KELAINAN TERTENTU?
DAN TOLONG JAWAB PERTANYAAN SAYA SEBELUMNYA. NIGER
MENGULANGI PERTANYAANNYA. “BAGAIMANA IBU BISA MENJELASKAN
SELENGKAP ITU DENGAN ISTILAH-ISTILAH YANG TIDAK SAYA MENGERTI?”
LAGI-LAGI IBU ITU TERSENYUM SAMBIL MENGATAKAN: BAIK NIGER,
MUNGKIN KITA AKAN BERTEMU DI MINGGU KE LIMA DI TEMPAT KAMU
BELAJAR.
STEP 1 (CLARIFY
UNFAMILIAR TERMS)
1. Parkinson disease : penyakit yang mempengaruhi sistem
syaraf di otak secara bertahap, yang mengsekresi
dopamin yang terjadi pada substansia nigra
2. Mobilisasi : kemampuan seseorang bergerak bebas
mudah dan teratur
3. Halusinasi : munculnya persepsi pada panca indera
dimana hal tersebut tidak benar-benar ada.
4. Demesia lewy body : pikun/pelupa yang disebabkan oleh
menumpuknya protein lewy body
5. Resting tremor : kondisi neurologis yang ditandai dengan
kelambanan umum dari aktivitas motorik
6. Bradikinesia : kondisi neurologis yang ditandai dengan
kelambanan umum dari aktivitas motorik
7. Fenomena cogwheel : seperti ada tahanan melewati roda
bergerigi sehingga gerakan menjadi putus-putus/gerakan
seperti robot
8. Refleks mayerson : refleks yang ditandai dengan tidak
berhenti berkedip ketika mengetuk glabela
9. Nilai MMSE : Mini Mental State Examination untuk
menunjukkan ada tidaknya kelemahan kognitif
STEP 2 (DEFINE THE
PROBLEMS)
1. Apa yang menyebabkan tangannya bergetar dan tak terkendalikan?
2. Apa saja tanda-tanda penyakit parkinson?
3. Rentang usia yang rentan terkena parkinson
4. Faktor apa yang menyebabkan parkinson disease?
5. Bagaimana cara mendiagnosis parkinson disease?
6. Apa yang menyebabkan ayahnya pelupa dan berhalusinasi?
7. Bagaimana ciri-ciri orang menderita parkinson disease?
8. Bagaimana cara pengobatan parkinson disease?
9. Apa maksud nilai MMSE 15?
10. Bagaimana mekanisme terjadinya parkinson disease?
11. Apakah demensia hanya terjadi pada lansia?
12. Apa perbedaan penuaan normal dengan penuaan disertai parkinson?
13. Bagaimana mencegah agar tidak terjadi parkinson disease?
14. Apa yang menyebabkan terjadinya demensia lewy body dan yang membedakannya dengan
demesia lainnya?
15. Apakah penyakit parkinson merupakan penyakit yang berbahaya?
STEP 3. (BRAINSTORMING
POSSIBLE HYPOTHESIS OR
EXPLANATION)
1. Karena mengalami gangguan pada traktus ekstrapiramidalis
2. Tangan resting tremor, kesulitan berjalan, kaku otot,
rigiditas,langkah kecil-kecil, sulit berbicara, demensia lewy
body.
3. 50-70 tahun (bukan genetik)
4. Usia, genetik, lingkungan (pekerjaan, diet, trauma kepala),
ketidakseimbangan kadar dopamin dan acethlkolin di sel saraf
5. - Anamnesis : riwayat keluarga
- Dengan melihat gejala
- Melihat nilai MMSE :
a. 24-30 : normal
b. 18-23 : kelemahan kognitif ringan
c. 0-17 : kelemahan kognitif berat
- Pemeriksaan fisik ---- fenomena cogwheel, refleks
mayerson
- Penunjang ---- CT SCAN : untuk melihat adanya trauma,
kerusakan sel saraf pusat pada otak
6. Karena terjadinya penumpukkan protein lewy body yang
menyebabkan terhambatnya kerja otak
7. Halusinasi visual, gangguan tidur, depresi
8. Dengan pemberian obat dapat mengurangi gejala
9. Kelemahan kognitif berat
10. LO
11, tidak, karena tergantung pada pola hidup serta gen
12. Normal : - tidak ada resting tremor
- tidak ada demensia lewy body
- MMSE normal
Abnormal : - resting tremor
- demensia lewy body
- MMSE < 24
13. – melakukan olahraga ringan secara teratur
- tidak stress, depresi
- pola hidup sehat
14. Demensia lewy body terjadinya penumpukan protein,
sedangkan demensia lainnya tidak
15. Bisa jadi, karena jika tidak dirawat akan terjadi disabilitas
total
STEP 4 ( ARRANGE
EXPLANATION INTO A TANTIVE
SOLUTION)
Kakek, 60th Penuaan normal

mekanisme

parkinson Dimensia lewy body

mekanisme penyebab patofisiologi

- Gejala Pemeriksaan :
- Resting tremor - MMSE Tujuan
- Langkah kecil - CT-SCAN
- Rigiditas
pemeriksaan
- Pemeriksaan fisik
- bradikinesia
- anamnesis

penyebab penanganan

pencegahan pengobatan
STEP 5 ( LEARNING
OBJECTIVE)
1. Mekanisme parkinson disease
2. Gejala parkinson disease
3. Penyebab gejala parkinson disease
4. Pemeriksaan parkinson disease
5. Penanganan parkinson disease ( pencegehan
dan pengobatan )
6. Mekanisme penuaan normal
7. Penyebab dimensia lewy body
8. Patofisiologi dimensia lewy body
STEP 7 (CONCLUSION)
MEKANISME
PARKINSON
DISEASE
MEKANISME PARKINSON DISEASE
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin
yang masif akibat kematian neuron di substansia nigra pars
kompakta. Respon motorik yang abnormal disebabkan oleh
karena penurunan yang sifatnya progesif dari neuritransmiter
dopamin.Kerusakan progresif lebih dari 60% pada neuron
dopaminergik substansia nigra merupakan faktor dasar
munculnya penyakit parkinson. Sebagaimana sel tersebut
mengalami kerusakan, maka kadar dopamin menjadi berkurang
hingga di bawah batas fisiologis. Jika jumlah neuron
dopaminergik hilang lebih dari 70 % maka gejala penyakit
parkinson akan mulai muncul. Untuk mengkompensasi
berkurangnya kadar dopamin maka nukleus subtalamikus akan
over-stimulasi terhadap globus palidus internus (GPi).
Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan
terhadap thalamus. Kedua hal tersebut diatas menyebabkan
under-stimulation korteks motorik.
Substantia nigra mengandung sel yang berpigmen
(neuromelamin) yang memberikan gambaran “black
appearance” (makroskopis). Sel ini hilang pada penyakit
parkinson dan substantia nigra menjadi berwarna pucat. Sel
yang tersisa mengandung inklusi atipikal eosinofilik pada
sitoplasma “Lewy bodies”.
Berkurangnya neuron dopaminergik terutama di substansia
nigra menjadi penyebab dari penyakit parkInson. Dopamin
merupakan salah satu neurotransmitter utama diotak yang
memainkan banyak fungsi berbeda di susunan saraf. Terdapat 3
kelompok neuron utama yang mensintesis dopamin yaitu
substansia nigra (SN), area tegmentum ventral (VTA) dan
nukleus hipotalamus, sedang kelompok neuron yang lebih kecil
lagi adalah bulbusolfaktorius dan retina.
Neuron dari SN berproyeksi ke sriatum dan merupakan jalur
paling masif meliputi 80% dari seluruh sistem dopaminergik
otak. Proyeksi dari VTA memiliki 2 jalur yaitu jalur mesolimbik
yang menuju sistem limbik yang berperan pada regulasi emosi,
motivasi serta jalur mesokortikal yang menuju korteks
prefrontal. Neuron dopaminergik hipotalamus membentuk jalur
tuberinfundibular yang memiki fungsi mensupresi ekspresI
prolaktin.
Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit
parkinson adalah:

1. Hilangnya pigmentasi neuron dopamin pada substantia nigra


Dopamin berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak,
yakni antara substantia nigra dan korpus striatum dan berfungsi
untuk menghasikan gerakan halus dan motorik. Sebagian besar
penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang
memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar
dopamine terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi
menjadi tidak efektif, terjadi gangguan pada gerakan. Semakin
banyak dopamin yang hilang, maka akan semakin buruk gejala
gangguan gerakan.
2. Lewy bodies Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia
nigra adalah karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein
adalah komponen struktural utama dari Lewy bodies.
Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara
lain:
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara
oksiradikal dengan nitric-oxide (NO) yang menghasilkan
peroxynitric-radical.
Kerusakan mitikondria akibat penurunan produksi adenosin
trifosfat (ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang
memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan
peningkatan apoptosis dan kematian sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi
sitokin yang memicu apoptosis sel-sel SNc.
Dua hipotesis yang disebut juga mekanisme degenerasi
neuronal pada penyakit Parkinson ialah hipotesis radikal bebas
dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis Radikal Bebas Diduga bahwa oksidasi enzimatik
dari dopamine dapat merusak neuron nigrostriatal, karena
proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi
lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah
kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin
mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis Neurotoksin Diduga satu atau lebih macam zat
neurotoksik berperan pada proses neurodegenerasi pada
Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia
basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan
dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh
serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai
umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal
tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan,
sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan
kesalahan yang terjadi sewaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan
ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
GEJALA
PARKINSON
DISEASE
Tremor/bergetar

Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam,


dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang
tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan
tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu
diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi.
Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung
uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi
tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-
ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut
membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang
waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang
(resting/ alternating tremor).
Rigiditas/kekakuan

Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstremitas


atas dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih
jelas bila pergelangan difleksi dan ekstensi pasif dan pronasi
serta supinasi lengan bawah secara pasif. Pada stadium lanjut
rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan
tahanan bila persendian-persendian digerakkan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan terhadap regangan otot pada
otot antagonis dan agonis. Salah satu gejala dini dari rigiditas
ialah hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan. Peningkatan
tonus otot pada sindrom prakinson disebabkan oleh
meningkatnya aktifitas neuron motorik alfa.
Akinesia/bradikinesia

Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi


pada impuls optik, labirin, propioseptif dan impuls sensoris di
ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan berubahan aktivitas
refleks yang mempengaruhi motorneuron gamma dan alfa.
Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah

Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau


mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga
terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat
berpikir dan depresi. Keadaan tersebut juga berimplikasi pada
hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi dari
saraf proprioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari
mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini
mengakibatkan penderita mudah jatuh.
Mikrografia

Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada


beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
Langkah dan Gaya Jalan (sikap Parkinson)

Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi


cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke
dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila
berjalan.
Bicara Monoton

Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita


suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan
kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara
bisikan) yang lambat.
Demensia

Adanya perubahan status mental selama perjalanan


penyakitnya dengan deficit kognitif.
Gangguan behavioral

Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain),


mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan
respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih
dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang
cukup.
o Gejala Non-Motorik
a. Disfungsi otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
- Pengeluaran urin yang banyak
- Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur
(insomnia)
e. Gangguan sensasi
- Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna.
- Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan
oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan system saraf
otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai
jawaban atas perubahan posisi badan.
- Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau
(microsmia atau anosmia).
PENYEBAB
GEJALA
PARKINSON
DISEASE
Usia

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang


paling lazim setelah penyakit Alzheimer, dengan insidens di
Inggris kira-kira 20/100.000 dan prevalensinya 100-160/100.000.
Prevalensinya kira-kira 1% pada umur 65 tahun dan meningkat
4-5% pada usia 85 tahun.
Genetik

Komponen genetik pada penyakit Parkinson telah lama


dibicarakan, karena kebanyakan pasien memiliki penyakit
sporadis dan penelitian awal pada orang kembar
memperlihatkan persamaan rata-rata rendah dari concordance
pada kembar monozigot dan dizigot. Pandangan bahwa genetik
terlibat pada beberapa bentuk penyakit Parkinson telah
diperkuat, bagaimanapun, dengan penelitian bahwa kembar
monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50 tahun
memiliki pembawa genetik yang sangat tinggi, lebih tinggi dari
kembar dizigot dengan penyakit early-onset.
Periode

Fluktuasi jumlah penderita penyakit Parkinson tiap periode


mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan
yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun
gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi
perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935
sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan
secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
Parkinson.
Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih
tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predisposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia
nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan
substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif,
salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
Sebaliknya, kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih
dibandingkan kulit
hitam.
f. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson,
meski peranannya masih belum jelas benar.
g. Stress dan Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan penyakit
parkinson karena pada stres dan depresi terjadi peningkatan
turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.
PEMERIKSAAN
PARKINSON
DISEASE
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada setiap kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal
ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan
tangan diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila
masih ada tremor dan rigiditas yang san gat, berarti belum
berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita
disuruh menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-
lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas,
kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan perlambatan yang progresif
denganmemburuknya penyakit. CT-scan otak menunjukkan atrofi
kortikal difus denganmelebarnya sulsi dan hidrosefalus eks vakuo
pada kasus lanjut.
Kriteria diagnosis yang dipakai di indonesia adalah kriteria
Hughes(1992):
Diagnosis “possible”: terdapat paling sedikit 2 dari gejala
kelompok A dimana salah satu diantaranya adalah tremor atau
bradikinesia dan tak terdapat gejala kelompok B, lama gejala
kurang dari 3 tahun disertai respon jelas terhadap levodopa atau
dopamine agonis.
Diagnosis “probable”: terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala
kelompok A, dan tidak terdapat gejala dari kelompok B, lama
penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon jelas terhadap
levodopa atau dopamine agonis.
Diagnosis “pasti”: memenuhi semua kriteria probable dan
pemeriksaan histopatologis yang positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. EEG (Elektroensefalografi)
Melalui pemeriksaan EEG, diharapkan akan didapatkan
perlambatan dari gelombang listrik otak yang bersifat progresif.

B. CT Scan
Kepala Melalui pemeriksaan CT Scan kepala, diharapkan akan
didapatkan gambaran terjadinya atropi kortikal difus, dengan
sulki melebar, dan hidrosefalus eks vakuo.
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang
berkembang progresif dan penyebabnya tidak diketahui, oleh
karena itu strategi penatalaksanaannya adalah :
1) Terapi simtomatik, untuk mempertahankan independensi
pasien,
2) Neuroproteksi
3) Neurorestorasi
Ada 2 jenis pembedahan yang bisa dilakukan :
a. Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :
- Akinesia / bradikinesia
- Gangguan jalan / postural
- Gangguan bicara
b. Thalamotomi, yang efektif untuk gejala :
- Tremor
- Rigiditas
- Diskinesia karena obat.
Terapi Non-Farmakologik4
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai
penyakitnya, misalnya pentingnya meminum obat teratur dan
menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik
mereka menjadi maksimal.

b. Terapi Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala
penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah
Mini Mental Status Examination (MMSE)
Tujuan MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan
status mental singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan
untuk membedakan antara gangguan organik dan fungsional pada
pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini
selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi
suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan
gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan
neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer
PENANGANAN
PARKINSON
DISEASE
PENCEGAHAN

Penyakit Parkinson tidak hanya muncul pada usia tua. Penyakit


ini dapat muncul dengan rentang usia 20 tahun hingga 80 tahun,
dengan rata-rata usia onset di atas 40 tahun. Riset yang masih
terus dilakukan sudah mulai memberikan hasil bahwa dengan
mengkonsumsi lebih banyak buah-buahan dan sayuran,
makanan tinggi serat, ikan, makanan yang mengandung banyak
omega 3 dan mengurangi asupan daging merah dan produk
susu dapat mengurangi risiko menderita penyakit Parkinson.
PENGOBATAN
TERAPI Levodopa
Levodopa merupakan terapi gold standard dalam mengobati
penyakit parkinson. Levodopa merupakan precursor dopamin
yang dapat menembus Blood Brain Barrier. Levodopa umumnya
ditambah dengan karbidopa yang merupakan inhibitor
dekarboksilase perifer (PDI). karbidopa menghambat
dekarboksilasi levodopa menjadi dopamin dalam sirkulasi
sistemik, sehingga memungkinkan untuk distribusi levodopa
lebih besar ke dalam sistem saraf pusat. Levodopa memberikan
manfaat antiparkinson terbesar untuk tanda-tanda dan gejala
motorik, dengan efek samping paling sedikit dalam jangka
pendek. Namun untuk penggunaan jangka panjang levodopa
dikaitkan dengan fluktuasi motorik ("wearing-off ") dan
diskinesia.
MAO (Monoamine Oxidase)-B
Inhibitor Monoamine oxidase (MAO)-B inhibitor dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan awal penyakit. Obat ini
memberikan manfaat perbaikan gejala yang ringan, memiliki
profil efek samping yang baik. Menurut penelitian Cochrane,
MAO-B inhibitor telah meningkatkan indikator kualitashidup
sebesar 20-25% dalam jangka panjang.Contoh dari MAO-B
inhibitor adalah selegiline dan rasagiline.
Agonis Dopamin
Agonis dopamin bekerja dengan menstimulasi dopamin
reseptor di substansia nigra dan efektif untuk memperlambat
munculnya komplikasi motorik seperti diskinesia jika
dibandingkan dengan levodopa. Agonis dopamin dapat
digunakan untuk mengatasi gejala motorik pada tahap awal dan
kurang baik untuk mengatasi gejala motorik pada stadium akhir.

Antikolinergik
Antikolinergik efektif untuk mengontrol tremor pada stadium
awal dari penyakit parkinson, tetapi tidak efektif untuk
mengatasi bradikinesia dan instabititas postural.
Amantadine
Amantadine adalah agen antivirus yang memiliki aktivitas
antiparkinson.Mekanisme kerjanya tidak sepenuhnya dipahami,
tetapi amantadine diduga mempotensiasi respon dopaminergik
di susunan saraf pusat.
MEKANISME
PENUAAN
NORMAL
1) Perubahan Fisik
(a) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
(b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi,
kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
(c) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara
lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan
elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon,
tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur.
(d) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi
rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi
rentan terhadap gesekan
(e) Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi
adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur.
(f) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
(g) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
(a) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin
dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi
jaringan ikat.
(b) Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringan
ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan
paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
(c) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
(1). Kehilangan gigi, (2). Indra pengecap menurun, (3). Rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4). Liver (hati)
makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
(d) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
(e) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi
dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
(f) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
3) Perubahan Kognitif
(a) Memory (Daya ingat, Ingatan)
(b) IQ (Intellegent Quocient)
(c) Kemampuan Belajar (Learning)
(d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
(e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
(f) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
(g) Kebijaksanaan (Wisdom)
(h) Kinerja (Performance)
(i) Motivasi
PENYEBAB
DIMENSIA
LEWY BODY
A. Disinhibisi
Pasien dengan disinhibisi berperilaku impulsif, menjadi mudah
terganggu, emosi tidak stabil, memiliki wawasan yang kurang
sehingga sering menghakimi, dan tidak mampu
mempertahankan tingkat perilaku sosial sebelumnya. Gejala lain
meliputi: menangis, euforia, agresi verbal, agresi fisik terhadap
orang lain dan benda-benda, perilaku melukai diri sendiri,
disinhibisi seksual, agitasi motorik, campur tangan, impulsif,
dan mengembara.
C. Wandering
Beberapa perilaku yang termasuk wandering, yaitu:
memeriksa (berulang kali mencari keberadaan caregiver)
menguntit
berjalan tanpa tujuan
berjalan waktu malam
aktivitas yang berlebihan
mengembara, tidak bisa menemukan jalan pulang
berulang kali mencoba untuk meninggalkan rumah.
D. Reaksi Ledakan Amarah / Katastrofik
Dalam salah satu penelitian terhadap 90 pasien dengan
gangguan AD cukup ringan, ledakan marah tiba-tiba terjadi pada
38% pasien. Selain itu, didapatkan hal-hal sebagai berikut:
ledakan amarah tiba-tiba dikaitkan dengan meningkatnya
aktivitas dan perilaku agresif
tidak ada hubungan yang ditemukan antara ledakan amarah
dan penampilan sikap apati, depresi, atau kegelisahan
perilaku agresif memberikan kontribusi paling banyak terkait
gejala nonkognitif dan ledakan marah tiba-tiba
reaksi bencana dapat dipicu oleh gejala kognitif dan non-
kognitif, seperti : kesalahpahaman, halusinasi, dan delusi
A. Gejala Mood
1. Depresi
Adanya depresi pada pasien dengan demensia sebelumnya
mungkin memperburuk defisit kognitif pasien. Gangguan
depresi harus dipertimbangkan ketika ada satu atau lebih
kondisi berikut ini: mood depresi yang meresap dan anhedonia,
pernyataan menyalahkan diri dan menyatakan keinginan untuk
mati, dan riwayat depresi pada keluarga atau pasien sebelum
timbulnya demensia
2. Apati
Apati terlihat menonjol pada demensia frontotemporal, penyakit
Alzheimer, dan kelumpuhan supranuclear progresif. Apati terjadi
hingga 50% dari pasien pada tahap awal dan menengah AD dan
demensia lainnya. Pasien yang apati menunjukkan kurangnya
minat dalam kegiatan sehari-hari, perawatan pribadi dan
penurunan dalam berbagai jenis interaksi sosial, ekspresi wajah,
modulasi suara, respon emosional, dan inisiatif.
3. Kecemasan
Kecemasan dalam demensia mungkin terkait dengan
manifestasi BPSD lain atau terjadi secara independen. Pasien
demensia dengan kecemasan akan mengekspresikan
keprihatinan mengenai masalah keuangan, masa depan,
kesehatan (termasuk memori mereka), kekhawatiran tentang
acara nonstressful sebelumnya, dan kegiatan seperti berada
jauh dari rumah. 3 Karakteristik gejala kecemasan lain dari
pasien demensia adalah takut ditinggalkan sendirian. Ketakutan
ini dapat dianggap fobia apabila kecemasan di luar batas
kewajaran. Pasien dengan AD kadang-kadang memperlihatkan
fobia lainnya, seperti takut kerumunan, perjalanan, gelap, atau
aktivitas seperti mandi.
PATOFISIOLOGI
DIMENSIA
LEWY BODY
Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering
ditemukan. Sekitar 15-25% dari kasus otopsi demensia menemui
kriteria demensia ini.8,9 Gejala inti demensia ini berupa
demensia dengan fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata
(vivid) dan terjadi pada awal perjalanan penyakit orang dengan
Parkinsonism. Gejala yang mendukung diagnosis berupa
kejadian jatuh berulang dan sinkope, sensitif terhadap
neuroleptik, delusi dan atau halusinasi modalitas lain yang
sistematik. Juga terdapat tumpang tindih temuan patologi antara
DLB dan PA. Namun secara klinis orang dengan DLB cenderung
mengalami gangguan fungsi eksekutif dan visuospasial
sedangkan performa memori verbalnya relatif baik jika
dibanding dengan PA yang terutama mengenai memori verbal.
Demensia Penyakit Parkinson (DPP) adalah bentuk demensia
yang juga sering ditemukan. Prevalensi DPP 23-32%, enam kali
lipat dibanding populasi umum (3-4%). Secara klinis, sulit
membedakan antara DLB dan DPP. Pada DLB, awitan demensia
dan Parkinsonism harus terjadi dalam satu tahun sedangkan
pada DPP gangguan fungsi motorik terjadi bertahun-tahun
sebelum demensia (10-15 tahun).
Tahapan Demensia
Stadium I / awal : Berlangsung 2-4 tahun dan disebut stadium
amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan
aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu
adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami, dan tidak
menggangu aktivitas rutin dalam keluarga (Stanley, 2007).
Stadium II / pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan disebut
fase demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan
bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan fungsi
memori lebih berat sehingga penderita tidak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, gangguan kemampuan merawat diri
yang sangat besar, gangguan siklus tidur, mulai terjadi
inkontinensia, tidak mengenal anggota keluarganya, tidak ingat
sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
Dan ada gangguan visuospasial yang menyebabkan penderita
mudah tersesat di lingkungan (Stanley, 2007).
Stadium III / akhir : Berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi
vegetatif, tidak bergerak dengan gangguan komunikasi yang
parah (membisu), ketidakmampuan untuk mengenali keluarga
dan teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya
kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-
bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa
mengendalikan buang air besar atau kecil. Kegiatan sehari-hari
membutuhkan bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat
infeksi atau trauma (Stanley, 2007).
KESIMPULAN
Pada usia lanjut, terdapat mekanisme penuaan terhadap fisik
maupun emosional. Tak dapat dipungkiri,terdapat juga
banyak masalah/penyakit yang berada dalam ruang lingkup
geriatri. Beberapa diantaranya adalah parkinson disease dan
dimensia lewy body, Kedua hal ini saling berkaitan. Terdapat
banyak gejala-gejala yang teridentifikasi oleh penyakit ini.
Namun penyebabnya secara terpirinci masih perlu penelitian
lebih lanjut. Namun pemeriksaan modern telah tersedia untuk
mendiagnosa penyakit parkinson ini, berikut juga dengan
pengobatanya seperti terapi dan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai