Anda di halaman 1dari 33

Kegiatan B2

Desain Pengembangan Pelayanan BK


Waktu: 4 JP

Bimbingan Teknis Narasumber/IN/GI


Pengantar (10’)
Tujuan
• Mendesain RPL berdasarkan unit pembelajaran
Langkah Mengembangkan Pelayanan BK HOTS
1. identifikasi tugas perkembangan untuk perumusan topik materi layanan,
2. identifikasi aspek perkembangan pada standar kompetensi kemandirian
peserta didik (SKPPD) sebagai rumusan kompetensi yang disasar layanan,
3. identifikasi tataran internalisasi SKKPD yang berkaitan dengan perumusan
tujuan umum layanan,
4. penentuan kata kerja operasional dalam perumusan tujuan khusus
layanan,
5. pemilihan bidang layanan untuk penentuan materi layanan,
6. penentuan pendekatan, metode dan teknik layanan, termasuk di
dalamnya tahapan/sintak proses layanan, dan
7. perumusan evaluasi layanan pada proses dan hasil layanan
Desain Pembelajaran
Langkah Kegiatan
1. Desain pelayanan berdasarkan pada salah satu dari unit pembelajaran
yang telah dianalisis
2. Kegiatan pelayanan harus terintegrasi apek HOTS, PPK dan literasi
3. Menggunakan LK-2b
4. Presentasikan hasil desain pembelajaran secara pleno
5. Fasilitator memberikan masukkan dan penguatan
Presentasi hasil kajian (40’)
Penguatan
I see and I forget,
I hear and I remember,
I do and I understand
(Confusius)
Experentiel Learning
Experentiel Learning
Sedikitnya ada 4 (empat) komponen penting yang harus hadir
dalam penerapan Metode Socrates, yaitu:
• Metode Socrates menggunakan pertanyaan untuk menguji, nilai, prinsip
dan keyakinan yang dianut peserta didik/konseli
• Metode Socrates difokuskan pada pendidikan moral, tentang bagaimana
seseorang seharusnya menjalani hidup
• Metode Socrates mempersyaratkan lingkungan kelas pembelajaran atau
pembimbingan yang berciri ketidak nyamanan-produktif (productive
discomfort). Dalam hal ini peserta didik/konseli diajak untuk terus
penasaran dan ingin-tahu dengan menjawab dan mempertanyakan kembali
jawabannya sendiri atas pertanyaan yang dilontarkan guru
• Metode Socrates paling baik digunakan untuk memperlihatkan
kompleksitas, kesulitan dan ketidakmenentuan situasi daripada untuk
mendapatkan fakta tentang situasi (Reis, 2003).
Metode Socrates
LIMA ketentuan umum perumusan pertanyaan
1. Pertanyaan-pertanyaan ditujukan untuk memperluas rentang
pemikiran lebih jauh dan bersifat spesifik
2. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sebagai pertanyaan
terbuka (open-ended) bukan pertanyaan tertutup (closed)
3. Pertanyaan-pertanyaan memiliki orientasi menggali
pemikiran (thinking-oriented) bukan untuk menguak
perasaan (feeling-oriented)
Metode Socrates
4. Pertanyaan-pertanyaan lahir dari situasi kekinian atau masa
lalu, namun tetap ditujukan untuk perencanaan masa depan
5. Pertanyaan merupakan upaya memfasilitasi beberapa hal,
antara lain:
a. penemuan diri (aspek pengetahuan),
b. pembuatan pilihan (aspek keputusan),
c. penentuan keunikan diri (aspek kebermaknaan personal),
d. tanggung jawab,
e. transendensi diri, pengklarifikasian kebutuhan dan nilai
(Marshall:2011).
Langkah-langkah Metode Socrates
LANGKAH-LANGKAH MODEL SELF-INSTRUCTION

1. Identifikasi keyakinan diri yang negatif,


2. Belajar melakukan positive selftalk untuk
melawan pernyataan negatif terhadap diri sendiri,
3. Belajar melakukan teknik self-instruction, dan
4. Menentukan self-reinforcement (apabila
berhasil mengatasi situasi yang menjadi pusat
kepedulian peserta didik/konseli)
Prosedur Self-instruction
dalam Menangani Kejenuhan Belajar

1. Cognitive Modeling.
Konselor melakukan demonstrasi instruksi diri dengan
suara yang keras. Hal yang penting adalah ungkapan
diri (selfstatement) yang cocok untuk anak. Misalkan
“Saya pasti bisa mengendalikan diri saya untuk
semangat belajar. Pertama saya harus sabar dalam
berbagai situasi. Saya pasti bisa melakukannya”
Prosedur Self-instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar

2. Overt external guidance.


Konseli melakukan verbalisasi seperti yang konselor lakukan dibawah
instruksi konselor. Pada tahapan ini, kata-kata yang diistruksikan harus sama
dengan yang konselor contohkans eperti di atas. Konselor melakukan
instruksi secara langsung,mengarahkan dan memperbaiki kesalahan konseli
dalammempraktekkan perilaku yang diinstruksikan.

3. Overt self-guidance.
Konseli melakukan perbuatan (performance) yang tepat saat melakukan
verbalisasi diri dengan suara yang keras. Pada tahapan ini, konseli melakukan
pengulangan verbalisasi diri seperti yang dimodelkan oleh konselor sampai
melibatkan perilaku yang tepat.
Prosedur Self-instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar

4. Faded overt self-guidance.


Konseli menunjukkan perbuatan dan perilaku yang tepat saat
membisikan perkataan instruksi diri. Konseli melakukan
pengulangan tugas seperti yang diinstruksikan dan memuji diri
sendiri lebih banyak secara lembut.

5. Covert self-instruction.
Akhirnya pada tahapan ini, konseli akan terbiasa untuk
melakukan instruksi secara tersembunyi dan mampu melakukan
perilaku yang tepat.
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap
Kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling Kegiatan Peserta didik
Kegiatan
Inisiasi  Analisis kebutuhan: Guru Bimbingan dan Peserta didik/konseli
Konseling melakukan pengukuran untuk menunjukkan sikap
mendapatkan data dasar peserta didik/konseli kooperatif terllibat
dan kebutuhan intervensi layanan dalam kegiatan
 baik menggunakan instrumentasi tes maupun pengukuran pretest
nontes. yang diselenggarakan
 Memformulasi masalah perilaku peserta guru Bimbingan dan
didik/konseli Konseling/konselor
 Menentukan program dan rencana intervensi dengan
Bimbingan mengetengahkan data
 Menentukan kriteria keberhasilan Bimbingan yang valid saja
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap
Kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling Kegiatan Peserta didik
Kegiatan
At t e n d i n g Menunjukkan
Pelaksanaan

1. Mengucapkan salam dan kata keterlibatan dan


pembukaan kenyamanan serta
2. Mengajak berdoa menaruh
3. Menyampaikan tujuan kepercayaan kepada
4. Menyebutkan asas-asas guru Bimbingan dan
Bimbingan dan Konseling Konseling/konselor
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap Kegiatan Guru Bimbingan dan Kegiatan Peserta didik
Kegiatan Konseling
Responding Melakukan identifikasi keyakinan diri
Memberikan kesempatan pada negatif melalui lembar format yang
disediakan guru Bimbingan dan
Pelaksanaan

peserta didik/konseli untuk


Konseling/kelompok secara tertulis.
mengidentifikasi keyakinan Format lembar kerja yang disediakan
dirinya yang negatif melalui dapat memuat daftar perlakuan
lembar kerja yang disedikan lingkungan (teman, keluarga, rekan
guru Bimbingan dan kerja) terhadap individu dan penilaian-
Konseling/konselor baik dalam diri terhadap individu sendiri.
setting individual maupun
kelompok
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap Kegiatan Guru Bimbingan Kegiatan Peserta didik
Kegiatan dan Konseling
Per s o na l i z i ng Melatihkan diri dengan konsep facts vs opinion:
 Melatihkan peserta  Memilah-milah daftar perlakuan lingkungan dan penilaian
Pelaksanaan

didik/konseli untuk diri ke dalam kelompok fakta dan kelompok opini


melakukan positive self- talk  Mengevaluasi daftar fakta dan daftar opini yang dibuatnya
untuk melawan pernyataan  Membuat susunan positive self-statement
negatif terhadap diri sendiri  Berlatih melakukan positive self-talk dengan cara
 Menyadarkan peserta membaca saksama susunan positive selfstatement yang
didik/konseli pentingnya dibuatnya. (Di luar sessi Bimbingan, individu mengulang
perubahan perilaku untuk proses pembacaan saksama tersebut dalam durasi dan
mengubah penilaian-diri frekwensi waktu yang secara teratur dipertimbangkan
guru Bimbingan danKonseling/konselor,misalnya dua kali
seharidalam rentang waktu dua minggu)
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap Kegiatan Guru Bimbingan dan Kegiatan Peserta didik
Kegiatan Konseling
Per s o na l i z i ng Melatihkan diri dengan konsep facts vs opinion:
 Memperkenalkan teknik  Membuat rencana perubahan perilaku
Pelaksanaan

selfinstruction  Berlatih menerapkan strategi kognitif manakala


 Merancang self-instruction untuk individu berhadapan dengan situasi yang
membantu perubahan perilaku mendorongnya teringat –
 Melatih peserta didik melakukan  bahkan terfokus- dengan penilaian-diri negatifnya
salah satu atau beberapa strategi melalui simulasi yang dipandu oleh guru Bimbingan
kognitif menerapkan metode dan Konseling/konselor. Apabila pikiran positif
selfinstruction seperti rehearsal, mendominasi dalam menghadapi suatu situasi,
thought stopping , verbal/visual maka perasaan menyenangkan muncul dan perilaku
cueing dan role-playing serta yang ditampilkan juga tepat.
selfvocalization (Freidenberg &
Gillis dalam Lange et al., 1998)
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap Kegiatan Guru Bimbingan Kegiatan Peserta didik
Kegiatan dan Konseling
In i t i a t i n g
Membuat pernyataan Menentukan selfreinforcement pada
selfreinforcing saatindividu berhasil mengatasi situasi yang
Pelaksanaan

dihadapinya dengan cara mengarahkan


perilakunya.
Mempraktekkan strategi kognitif self-
instruction dalam kegiatan interaksi di
lingkungan sekolah atau rumah
Menerapkan selfreinforcement setiap kali
individu berhasil mengatasi situasi yang
Dihadapi
Tahap Kegiatan Self-Instruction
Tahap Kegiatan Guru Bimbingan dan Kegiatan Peserta didik
Kegiatan Konseling
o Memandu evaluasi-diri peserta o Peserta didik/konseli mereview
didik/konseli proses aplikasi strategi kognitif
Tahap akhir

o Melakukan post-test yang dilakukannya dalam


o Menutup program intervensi lingkungan sekolah atau rumah
dengan berdoa o Peserta didik/konseli
o Salam penutup menyimpulkan kembali
pemaknaan hidupnya
o Peserta didik/konseli mengikuti
post test dengan saksama
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai