Anda di halaman 1dari 16

ANNA YULIAWATI 1704010016

LIA SR ISWANTI 1704010004


DEKA PANGESTI 1704010035
FEMMY REGIA 1704010005
DHELLA ROSA TRIWULAN 1704010144
Pengertian

 Asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari


bahasa yunani yang berarti “susah bernapas.”

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran
napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. selain sulit bernapas,
penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-
batuk, dan mengi.
PATOFISIOLOGI
allergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia,
serta sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita
yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk allergen yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang
dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat dipermukaan sel mast pada
mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan pada saat menghitung leukosit.

◦ Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu permukaan allergen, maka sel
mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus.
Salah satu contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor
beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor beta-1.
Lanjutan …..

Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka


pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang
sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa bronkus dan
dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam sputum dapat
dengan mudah terlihat.
MANIFESTASI KLINIS

Penilaian secara subyektif tidak dapat secara akurat menentukan derajat


asma. Gejala klinik bervariasi mulai dari wheezing ringan sampai
bronkokonstriksi berat. Pada keadaan ringan, hipoksia dapat dikompensasihiperventilasi.
Namun, bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang menyebabkan retensi O2
akibat hiperventilasi. Bila terjadi gagal napas,
ditandai asidosis, hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi, pulsus
paradoksus, ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan,
sianosis sentral, sampai gangguan kesadaran. Keadaan ini bersifat
reversible dan dapat ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya
akibat adanya penurunan kapasitas residu.
Lanjutan ……

Manifestasi klinis asma ditandai dengan dyspnea, kesesakan dada, wheezing, dan batuk
malam hari, di mana hanya menjadi tanda dalam beberapa kasus. Pasien melaporkan
gejala seperti gangguan tidur dan nyeri dada Batuk yang memicu spasme atau
kesesakan dalam saluran pernapasan, atau berlanjut terus, dapat berbahaya. Beberapa
serangan dimulai dengan batuk yang menjadi progresif lebih “sesak”, dan kemudian
bunyi wheezing terjadi. Ada pula yang berbeda, beberapa penderita asma hanya dimulai
wheezing tanpa batuk. Beberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk
selama serangan asma terjadi. Selama serangan asma, mucus cenderung menjadi kering
dan sukar, sebagian karena cepat, beratnya pernapasan umumnya terjadi saat serangan
asma. Mucus juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati terkelupas.
DIAGNOSIS ASMA

1) Spirometri : Tes ini ditujukan untuk mengukur kinerja paru-paru berpatokan pada volume udara yang dapat
pasien hembuskan dalam satu detik dan jumlah total udara yang dihembuskan.

2) Tes Kadar Arus Ekspirasi Puncak : Tes ini dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat embusan udara.

3) Tes Respons Saluran Napas : Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui reaksi saluran napas jika terpapar salah
satu pemicu asma.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

– Untuk terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan olah raga teratur, misalnya
renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala sesak nafas akan
semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang, pasien dituntut untuk
menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan pernafasan, sehingga
otot-otot pernapasan menjadi lebih kuat. Selain itu lama-kelamaan pasien akan terbiasa
dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya penyakit asma. Namun
hendaknya olahraga ini dilakukan dengan cara bertahap dan dengan melihat kondisi
pasien.
Lanjutan ……

– Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar


menghindari atau menjauhkna diri dari factor-factor yang diketahui
dapat menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang harus
dilakukan jika serangan asma terjadi.
TERAPI FARMAKOLOGI

– Dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan yaitu :


1. Quick-relief medicines : pengobatan yang digunakan untuk
merelaksasi otot-otot disaluran pernapasan, memudahkan pasien
untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, dan digunakan
saat terjadi serangan asma. Contohnya : Bronkodilator
1. Bronkodilator
2. Long-term medicines : pengobatan yang dilakukan untuk
mengonati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi mucus
berlebih, memberikan control untuk jangka waktu lama, dan
digunakan untuk membantu mencegah timbulnya serangan asma.
Contohnya : Kortikosteroid bentuk inhalasi
Contoh kasus dan Pemecahan
Kasus
Sejak 1hari pasien mengeluhkan sesak nafas disertai bunyi ”ngik-ngik
(mengi). Sesak nafas tersebut hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak tiap hari dan
terasa lebih berat pada dini hari sehingga mengganggu aktivitas dan tidur. Sesak
napas timbul saat cuaca dingin dan hujan serta saat pasien banyak melakukan
aktivitas.Sesak dapat timbul tiga kali dalam seminggu.
– ANAMNESA
Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dahak
campur buih, berwarna putih, berdarah (-), dan
tidak berbau. Pasien lebih nyaman dengan posisi duduk bila serangan sesak timbul.
Pasien terakhir kali mengeluhkan sesak satu minggu yang lalu, namun reda dengan
pemberian obat semprot. Tiga bulan yang lalu pasien pernah dirawat dengan
keluhan sesak yang sama seperti saat ini dan pernah didiagnosis asma.
– PEMERIKSAAN FISIK
– Palpasi
– Kulit: tdk ada kelainan
– Muskulatur: retaksi otot
– otot pernafasan tambahan ada
– Mammae: tdk ada kelainan
– Sela iga: tdk melebar tdk menyempitThorax dan paru
– Pergerakan: simetris, kanan = kiri
– PENGOBATAN
Terapi umum :
– 02 3 lpm NK
– Inhalasi salbutamol /20 menit (3x dalam 1 jam)
– Metilprednisolon 62,5 mg iv
– Evaluasi dalam 1 jam
DAFTAR PUSTAKA

– Andayani, N & Zabit W. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Asma dengan


Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Paru Rsud Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”
.(2014). 8 Januari 2016.
– Hasdianah, dkk (2014). Imunologi Diagnosis dan Teknik Biologi Molekuler.
Yogyakarta : Nuhamedika
– Irianto, Koes (2014). Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Alfabeta
– Bennita.(2013).Keperawatan dasar.Yogyakarta:Rapha publishing

Anda mungkin juga menyukai