Sebuah pesawat terbang dapat terbang karena sayapnya menimbulkan gaya angkat/lift, suatu
gaya yang mendorong pesawat keatas ketika bereaksi dengan aliran udara yang mengalir
padanya. Sayap mengatur aliran udara yang mengalir melaluinya. Bentuk sayap sangat
berpengaruh terhadap kemampuan sayap menimbulkan gaya angkat/lift. Kecepatan
maju/terbang dan sudut dimana sayap bertemu dengan aliran udara juga memberi tambahan
terhadap lift yang ditimbulkan.
Sayap pesawat menekan udara yang mengalir melaluinya dan sebagai reaksi udara mendorong
sayap keatas. Bila pesawat terbang datar atau menanjak,bagian depan dari sayap berada lebih
tinggi daripada bagian belakangnya. Sudut yang dibentuk sayap dengan aliran udara disebut
ANGLE OF ATTACK atau sudut serang.. Ketika sayap bergerak diudara sudut ini menekan aliran
udara dibawahnya. Udara yang mengalir diatas sayap juga disalurkan kebawah ketika melalui
bentuk bagian atas sayap. Semakin curam sudut serang akan menyebabkan semakin besar
tekanan terhadap aliran udara yang melaluinya. Seorang sarjana fisika inggris yang bernama
Isaac Newton dalam teory yang dikarangnya mengatakan Setiap ada aksi akan terjadi reaksi
yang sama besarnya, (Hukum Newton yang ke- III ). Dalam hal ini karena sayap menekan udara
kebawah, akan terjadi reaksi udara menekan sayap keatas, dan reaksi ini disebut Lift yang
mendorong pesawat keatas.
Lift juga dijelaskan oleh seorang sarjana lain yang bernama Bernoulli yang menyatakan
bahwa udara yang bergerak cepat tekanannya lebih kecil dibandingkan dari udara yang
bergerak lambat. Udara yang bergerak pada bagian atas sayap akan lebih cepat
dibandingkan aliran udara pada bagian bawah sayap.Ini dinyatakan dalam persamaan
Bernoulli.
Lift adalah salah satu gaya , dari empat gaya yang bekerja pada pesawat terbang.Gaya-gaya
lainnya adalah Weight/gaya berat, Thrust/gaya dorong, dan Drag/gaya hambat.
Weight/gaya berat adalah gaya yang berlawanan dengan lift. Gaya berat ini harus dapat diatasi
oleh lift yang dihasilkan oleh sayap.Sebagai contoh, bila berat pesawat adalah 4,5 metric
ton,maka lift yang harus dihasilkan harus lebih besar dari 4,5 metric ton agar pesawat dapat
tinggal landas. Pesawat- pesawat modern sayapnya dirancang agar dapat menghasilkan lift yang
besar dan dapat terbang tinggi serta jauh jarak tempuhnya.
Thrust atau gaya dorong menyebabkan pesawat dapat maju diudara. Daya ini dihasilkan oleh
sistim propulsi/daya dorong yang dihasilkan oleh baling-baling yang digerakkan oleh motor baker
atau juga gaya dorong yang dihasilkan oleh motor pancar gas/jet.
Gaya yang ke-empat adalah Drag. Drag timbul karena benda bergerak diudara, menyebabkan
gesekan dan mencoba menyisihkan udara yang dilaluinya.Semakin besar bentuk suatu benda
yang bergerak diudara, semakin besar pula drag yang dialaminya.Maka dalam ilmu aerodinamik,
pesawat dibuat agar sedikit mungkin mengalami drag dan bentuk ini disebut aerodinamik agar
mudah bergerak diudara.
Untuk mengatur keseimbangan dari keempat gaya ini adalah suatu tantangan bagi suatu
penerbangan. Bila gaya dorong lebih besar dari drag maka pesawat akan laju terbangnya. Bila lift
lebih besar dari weight, maka pesawat akan menanjak.Seorang pilot harus mengatur gaya-gaya
ini apabila dia ingin turun atau naik,maju dengan cepat atau melambat.
Hampir semua pesawat terbang mempunyai bagian-bagian seperti :
Fuselage (badan pesawat), Wing (sayap), Tail ( Bagian ekor), Landing
Gear ( alat pendarat), Control Surfaces ( bidang-bidang kemudi) yang
terpasang pada sayap dan bagian ekor.
1. Fuselage (badan Pesawat)
Fuselage adalah bagian utama cabin atau badan pesawat. Umumnya
fuselage terdiri dari cockpit dan cabin. Cabin dirancang untuk
membawa penumpang, barang atau keduanya. Fuselage juga tempat
dari motor pesawt, bahan bakar, peralatan elektronik dan lain-lainnya.
2. Wing /Sayap
Semua pesawat terbang memiliki sayap. Ada beberapa pesawat yang
hampir seluruhnya berupa sayap dengan cockpit kecil untuk tempat
penerbang. Beberapa malahan hanya memiliki sayap yang kecil-kecil
saja, dengan fuselage yang aerodinamis seperti pesawat angkasa
luar/roket.
Sebelum abad 20, sayap terbuat dari rusuk-rusuk yang terbuat dari
kayu dan bagian yang memanjang yang dibungkus kain khusus yang
disebut fabric, dijahit dan kemudian disemprot dengan bahan pengeras
agar kaku dan tegang. Bahan-bahan ini cukup ringan dan dapat dibuat
cukup lebar agar dapat menimbulkan gaya angkat yang cukup besar.
Pada pesawat-pesawat yang pertama, rata-rata memiliki dua buah
sayap atau bahkan tiga sayap yang disusun dari atas kebawah, yang
diperkuat dengan cara rentangan kawat antara satu sayap dengan
lainnya.Bentuk seperti ini cukup besar menimbulkan drag, sehingga
para teknisi pesawat terbang mulai merancang pesawat terbang
dengan hanya satu sayap saja (monoplane).
3. Alat pendarat (Landing Gear)
Pesawat terbang harus mempunyai alat pendarat atau landing gear. Pesawat-
pesawat modern memiliki alat pendarat atau roda pendarat yang dilengkapi
dengan ban, rem
sesuai kebutuhan. Ban Pesawat harus mampu menahan beban sampai diatas
454 metric ton dan dengan kecepatan kira-kira 322 km/jam (200 mph) ketika
mendarat. Rem sering diperlengkapi dengan sistem anti skid untuk mengatasi
bilamana landasan basah atau lapisan es.
Kebanyakan pesawat sekarang landing gearnya retracable atau dapat
disimpan ketika telah tinggal landas. Hal ini mengurangi drag yang
ditimbulkan aliran udara.
4. Komponen-komponen control
Pesawat terbang mempunyai gerakan-gerakan yang berporos pada tiga
sumbu, yaitu sumbu longitudinal yang memungkinkan pesawat berguling
kekiri atau kekanan yang diatur oleh kemudi yang dinamakan Aileron. Setiap
bagian sayap, kiri dan kanan mempunyai sebuah aileron yang gerakannya
berlawanan. Bila aileron kiri bergerak kebawah, aileron kanan bergerak
keatas, sehingga pesawat dapat berputar pada sumbu longitudinal. Sumbu
berikutnya adalah sumbu vertical yang memungkinkan pesawat bergerak
kekiri atau kekanan yang dikontrol dengan rudder. Rudder terletak pada
bidang ekor tegak/vertical stabilizer. Sumbu berikutnya adalah sumbu lateral,
sehingga pesawat dapat bergerak menukik atau menanjak, yang dikontrol
oleh bidang kemudi elevator. Kemudi-kemudi ini disebut kemudi utama
(Primary Control Surface). Pada pesawat-pesawatyang lebih modern,
terdapat kemudi control tambahan yang disebut Secondary control surfaces
yang terdiri dari Flaps, Slats, trim tab,spoiler dan speed brake. Flap dan slat
digunakan selama take off dan landing untuk mendapatkan tambahan gaya
angkat/lift pada wings dengan kecepatan rendah.Flaps dapat terletak di
belakang atau didepan sayap.Leading edge slat biasa dipasang dibagian sayap
depan sayap pada kecepatan rendah untuk merubah arah aliran udara pada
sayap dan menambah lift. Flap juga sering digunakan untuk menambah drag
dan memperlambat pesawat selama pendekatan untuk mendarat.
Trim tab adalah kemudi kecil yang dipasang pada kemudi utama. Digunakan
untuk mengontrol dan menjaga agar arah pesawat tetap pada tujuan, tanpa
menggerakkan kemudi utama, atau tepatnya sebagai kemudi halus.
5. Instrument
Penerbang pesawat bergantung pada instrument di cockpit untuk
memonitor sistem pada pesawat terbang, untuk mengontrol
pesawat dan bernavigasi.
Sistem instrument akan memperingatkan pilot tentang kondisi
motor pesawat, sistem listrik pesawat,sistem hidraulik dan sistem
bahan baker. Pada pesawat dengan piston engine, instrument
digunakan untuk memonitor engine dan juga temperature gas
buang, tekanan oli dan temperature. Pada motor jet, instrument
memonitor kecepatan putar rotor compressor dan turbine,
temperature dan aliran bahan baker.
Flight instrument, digunakan untuk memonitor arah, ketinggian,
kecepatan dan sikap pesawat terbang. Instrument ini terdiri dari
airspeed indicator,artificial horizon,altimeter,compass dan lain-
lain.
Pesawat-pesawat juga memiliki instrument navigasi untuk
membantu dalam navigasi pesawat.. Pesawat-pesawat modern
sekarang banyak mengunakan navigasi satelit yang menggunakan
computer. Sistim navigasi satelit ini disebut Global Positioning
System (GPS), yang dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat,
yang sekarang digunakan juga oleh penerbangan sipil. Sistem ini
mampu memandu gerakan pesawat sampai hanya beberapa
meter saja, dengan ketepatan yang tinggi.Dalam kondisi cuaca
buruk, dimana jarak pandangan terbatas, pesawat mengunakan
ILS ( Instrument Landing System) untuk memandu dalam
pendaratan. Semakin modern sebuah pesawat, semakin
kompleksistem intrumentasinya sehingga menambah
keselamatan dan kenyamanan penerbangan.
5. Tenaga pendorong ( Propulsi)
Pesawat terbang menggunakan motor piston atau juga jet untuk
sebagai tenaga pendorongnya. Pada pesawat yang kecil-kecil yang
menggunakan piston engine, piston engine memutar
propeller/baling-baling baik yang ditempatkan didepan atau
dibelakang motor untuk menimbulkan daya dorongnya. Pada
pesawat yang besar-besar, digunakan turbine engine, baik untuk
memutar propeller melalui roda-roda gigi (gear box) atau
menggunakan semburan gas panas untuk menimbulkan tenaga
pendorong. Tenaga pendorong harus cukup besar untuk
menggerakkan pesawat yang berat maju kedepan melalui aliran
udara.
Pada awalnya pesawat menggunakan motor baker yang biasa
disebut piston engine. Piston engine adalah motor yang rumit
dengan pembuatan yang teliti dan tepat, tetapi dengan
perkembangan teknologi penerbangan, kebanyakan pesawat
sekarang menggunakan jet engine.
Turbine atau jet engine menggunakan prinsip teory Newton yang
ketiga yang menyatakan bahwa bilamana ada aksi pasti timbul
reaksi yang sama besar. Motor jet mengisap udara dari depan,
memutarnya menggunakan beberapa tingkat compressor,
dicampur dengan bahan baker, dibakar dan hasil pembakarannya
menimbulkan gaya dorong kedepan melalui semburan kebelakang.
Pada motor turbine gas, udara tetap merupakan kebutuhan utama
untuk terjadinya proses pembakaran. Tanpa udara atau bilamana
kepadatan udara menipis, maka daya dorong yang dihasilkan juga
sedikit. Pada motor roket, yang digunakan pada penerbangan luar
angkasa, maka roket membawa sendiri udara yang dibutuhkan
untuk pembakaran dalam bentuk udara cair atau bahan baker
padat.
Ada beberapa jenis jet engine. Yang paling sederhana adalah Ramjet
yang menggunakan kecepatannya untuk mengisap/memasukan
udara dengan kecepatan tinggi, tanpa
menggunakan compressor. Jenis ini untuk
Menerbangkannya diperlukan bantuan untuk
Meluncurkannya pada ketinggian tertentu
Atau melalui katapult agar didapatkan udara
Yang berkecepatan tinggi untuk pembakaran
Sebelum berakhirnya abad ke – 18, beberapa orang berkecimpung dalam mempelajari penerbangan.
Salah satunya adalah seniman dari Italy yang bernama Leonardo da Vinci, yang selama abad 15
mempelajari cara burung terbang dan menciptakan sebuah mesin yang dapat berkepak, yang disebut
ORNITHOPTERS. Penemuannya tidak diketahui sampai akhir abad ke-19, yang kemudian dijadikan
sumber inspirasi bagi para teknisi.
Diantara tahun 1799 dan 1809, seorang bangsawan asal Inggris yang bernama Sir George Cayley
menciptakan konsep pesawat modern. Dengan mengabaikan teori Ornithopter, dia merancang sebuah
pesawat dengan sayap yang tetap untuk menimbulkan gaya angkat dan dengan menggunakan sejenis
tenaga pendorong. Dia meletakkan dasar-dasar aertodinamik. Dia mendemontrasikan penemuannya
dengan sebuah model pesawat luncur/glider. Pada tahun 1853, Cayley mendemontrasikan penerbangan
luncur pertama dalam sejarah.
Pada tahun 1843, seorang berbangsa Inggris, William Samuel Henson, menerbitkan penemuannya
dalam hak paten Aerial Steam Carriage. Henson membuat dasar-dasar pesawat terbang modern yang
mempunyai sayap tunggal yang tetap, baling-baling, badan pesawat dan roda pendarat, dengan control
kemudi berupa elevator dan rudder, Tenaga pendorongnya berupa mesin uap. Sekalipun memberi
harapan yang besar, namun pesawat ini tidak sukses.
• Pada tahun 1890, seorang insinyur berbangsa Perancis bernama
Clement Ader, membuat pesawat terbang dengan bermesin
tenaga uap dan membuat penerbangan yang benar-benar
terbang, berpilot, yang merupakan pesawat terbang yang lebih
berat dari udara. Tapi penerbangannya tidak bertahan lama,
p[ada jarak 50 meter pesawatnya terhempas. Para penemu
tetap berlomba untuk mewujudkan impiannya agar dapat
terbang.
Diantara tahun 1891 dan 1896, seorang insinyur penerbangan
Jerman bernama Otto Lilienthal membuat ribuan penerbangan
yang sukses dengan menggunakan laying gantung ciptaannya
sendiri. Dia membuat sebuah sayap dengan gantungan dimana
dia mengendalikan pesawatnya dengan menggunakan tubuh dan
kakinya kearah mana saja yang dia inginkan.Sayangnya dia
meninggal dalam kecelakaan ketika layang gantungnya jatuh
kebumi pada tahun 1896.
Perawatan periodik atau hard time, merupakan perawatan yang dilakukan berdasarkan batas waktu dari
umur maksimum suatu komponen pesawat. Dengan kata lain, perawatan ini merupakan perawatan
pencegahan dengan cara mengganti komponen pesawat meskipun komponen tersebut belum mengalami
kerusakan.
Perawatan on-condition, merupakan perawatan yang memerlukan inspeksi untuk menentukan kondisi
suatu komponen pesawat. Setelah itu ditentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil inspeksi tersebut.
Bila ada gejala kerusakan, komponen tersebut dapat diganti bila alasan-alasan teknik dan ekonominya
memenuhi.
Perawatan korektif dikenal pula dengan nama condition monitoring yaitu perawatan yang dilakukan
setelah ditemukan kerusakan pada suatu komponen, dengan cara memperbaiki komponen tersebut. Bila
cara perbaikan tidak dapat dilakukan dengan alasan teknik maupun ekonomi, maka harus dilakukan
penggantian.
Interval Perawatan Pesawat
Perawatan pesawat biasanya dikelompokkan berdasarkan interval yang sepadan dalam paket-paket kerja atau
disebut dengan clustering. Hal ini dilakukan agar tugas perawatan lebih mudah, efektif dan efisien. Interval yang
dijadikan pedoman untuk melaksanakan paket-paket tersebut adalah sebagai berikut:
Flight Hours
Merupakan interval inspeksi yang didasarkan pada jumlah jam operasional suatu pesawat terbang.
Flight Cycle
Merupakan interval inspeksi yang didasarkan pada jumlah takeoff-landing yang dilakukan suatu pesawat terbang.
Satu kali takeoff-landing dihitung satu cycle.
Calendar Time
Merupakan interval inspeksi yang dilakukan sesuai dengan jadwal tertentu.
Dari jumlah tugas perawatan atau inspeksi yang dilaksanakan, maintenance dapat dibagi dalam minor maintenance
seperti transit check, before departure check, daily check, weekly check dan heavy maintenance seperti A-Check, B-
Check , C-Check dan D-Check.
Minor maintenance:
Transit Check
Inspeksi ini harus dilaksanakan setiap kali setelah melakukan penerbangan saat transit di station mana pun. Operator
biasanya memeriksa pesawat untuk memastikan bahwa pada pesawat tidak terdapat satu pun kerusakan struktur,
semua sistem berfungsi dengan sebagaimana mestinya, dan servis yang diharuskan telah dilakukan.
Aircraft maintenance checks adalah periode pemeriksaan yang harus dilakukan pada pesawat setelah penggunaan
pesawat untuk jangka waktu tertentu, digunakan sebagai parameter interval untuk heavy maintenance yang meliputi
A-Check, B-Check, C-Check, dan D-Check.
A Check — Dilakukan kira-kira setiap satu bulan. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan hingga 10 jam. Pemeriksaan
ini bervariasi, bergantung pada tipe pesawat, jumlah siklus (takeoff dan landing dianggap sebagai siklus pesawat,
atau jam terbang sejak pemeriksaan terakhir. Perawatan pesawat jenis ini hanya melakukan pemeriksaan pada
pesawat terbang untuk memastikan kelaikan mesin, sistem-sistem, komponen-komponen, dan struktur pesawat
untuk beroperasi. Untuk Boeing 737 Classic A-check dilakukan setelah 300 jam terbang, Airbus A340 setelah 450 jam
terbang, Boeing 747-200 setelah 650 jam.
B Check —Bergantung pada masing-masing jenis pesawat, pemeriksaan berkisar antara 9 hingga 28 jam ground
time dan biasanya dilakukan kira-kira setiap lima bulan. Perawatan pesawat dalam skala kecil ini hanya meliputi
proses pembersihan, pelumasan, penggantian ban apabila sudah aus, penggantian baterai, dan inspeksi struktur
bagian dalam.
C Check — Sebuah pesawat harus melakukan C-Check setelah 15-18 bulan. Bergantung pada tipe pesawat,
pemeriksaan ini bisa memakan waktu 10 hari. Perawatan pesawat tipe ini merupakan inspeksi komprehensif
termasuk bagian-bagian yang tersembunyi, sehingga kerusakan dan keretakan di bagian dalam dapat ditemukan.
Untuk Boeing 737-300 dan 737-500, inspeksi ini dilakukan setiap 4.000 FH. Untuk Boeing 737-400 dilakukan setiap
4.500 FH. Sedangkan untuk Boeing 747-400 dilakukan setiap 6.400 FH dan Airbus A-330-341 dilakukan setiap 21
bulan.
D Check — Inspeksi ini biasa disebut overhaul. Pemeriksaan jenis ini adalah perawatan yang paling detail, untuk
pesawat Boeing 737-300, 737-400 dan 737-500, inspeksi ini dilakukan setiap 24.000 FH. Sedangkan untuk Boeing 747-
400 dilakukan setiap 28.000 FH dan untuk Airbus A-330-341 dilakukan setiap 6 tahun. Pada pengecekan jenis ini
pesawat diinspeksi secara keseluruhan, biasanya memakan waktu 1 bulan.
MAINTENANCE PESAWAT UDARA
Sepertinya kecelakan pesawat tengah menjadi isu terhangat belakangan ini. Bahkan shoutbox
saya pun ikut terkena wabahnya. Saya coba menulis sedikit, meski sebenarnya ingin rehat dulu
karena sedang musim ujian. Tapi harapannya tulisan ini bisa menjadi sedikit gambaran tentang
transportasi udara kita dan perawatan pesawat yang seharusnyadilakukan.
Belakangan ini kecelakan pesawat secara beruntun terjadi. Baik yang menelan korban jiwa
maupun tidak. Padahal, sebenarnya pesawat adalah alat transportasi yang paling aman.
Artinya, semuanya dilakukan sesuai prosedur. Setiap kondisi juga ada prosedur
keselamatannya. Contohnya, pesawat udara dibuat dapat melakukan terbang menanjak
(climbing) dengan satu mesin. Jika satu mesin mati saat takeoff, ada prosedur keselamatan:
pilot membatalkan takeoff jika pesawat belum mencapai v-one (kecepatan saat mulai rotate)
atau takeoff tetap dilanjutkan jika satu mesin mati setelah melewati v-one. Landasan pacu pun
harus dibuat 1.5 kali lebih panjang dari ukuran yang dibutuhkan.
Lalu mengapa saat ini transportasi udara kita kerap mengalami musibah? Bukan soal mudah
untuk menjawabnya. Tidak hanya soal teknis dan engineering saja, tapi juga menyangkut soal
politik, ekonomi, dan bisnis tentu saja. Secara teknis, perawatan pesawat adalah harga mati
yang tidak boleh ditawar. Tapi lain hal jika ditinjau dari segi bisnis atau politik.
Secara umum, perawatan pesawat meliputi dua kegiatan: Inspection (pemeriksaan) dan Repair
(perbaikan). Subjek perawatan pesawat itu sendiri meliputi perawatan struktur, perawatan
interior, perawatan sistem dasar pesawat, perawatan sistem misi, dan perawatan sistem
propulsi. Setiap pedoman pelaksanaan perawatan pesawat ini telah tertilis di buku panduan
Maintenance Manuals dari setiap jenis pesawat.
Di shoutbox ada yang menanyakan, berapa periode pemeriksaan semua item komponen pesawat? Pada
dasarnya, perawatan pesawat dilaksanakan dalam beberapa periode mulai yang paling ringan sampai
perawatan besar.
Pemeriksaan Periodik ( Rutin )
Perawatan ini lazim disebut “walk arround check” karena pemeriksaannya dilakukan disekitar pesawat
maupun di hangar. Perawatan ini meliputi :
· Preflight Check : pemeriksaan sekeliling pesawat sebelum pesawat direlease untuk terbang. Semua
persyaratan operasional sistem dan keamanan diperiksa secara rinci dan melalui check list formal dan
dokumentasi.
· Daily Check : dilaksanakan satu kali sehari dan diutamakan pada sistem tekanan udara kabin serta
kualitas oli sistem propulsi.
· Overnight Check : Dilaksanakan malam hari didalam hangar, diutamakan pada landing gear dan sistem
pengereman serta ada tidaknya FOD ( Foreign Object Damage ).
· Transit Check : Dilaksanakan satu kali dalam 50 flight hours untuk memeriksa sistem interior kabin dan
penampilan pesawat.
A-Check
Pemeriksaan bagian dalam dan luar pesawat untuk meyakinkan kelayakan terbangnya. Pada periode ini
dilaksanakan pada komponen-komponen penting. Inspeksi juga dilakukan pada Aircraft Flight Log (AFL),
sistem Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) pada blackbox. Periode A-check adalah
200 jam terbang untuk pesawat kecil dan 550 jam terbang untuk pesawat besar.
B-Check
Dilakukan setiap enam bulan sekali, meliputi kegiatan pembersihan, penambahan librikasi, hidroulik,
penggantian baterai dan lampu external.
• C-Check
Pemeriksaan komprehensif dengan melepas komponen-komponen utama seperti
engine, propeller, landing gear dan sebagainya. Periodenya setiap 2000 jam
terbang untuk pesawat kecil dan satu tahun untuk pesawat besar.
D-Check
Pemeriksaan komprehensif pada struktur pesawat untuk medeteksi adanya
keretakan dan kelelahan struktur serta kerusakan lainnya. Pemeriksaan ini
dilakukan di hangar pesawat dimana struktur utama pesawat seperti wing.
empenage, control surface dilepas.