Anda di halaman 1dari 10

Analisis Hegemoni dan Pastiche

dalam film Naruto


Tiara Rifta
Mahgfiro Prastiani
Maisya Noviana N.
• Menurut Burton (2008), budaya popular didominasi oleh produksi
dan konsumsi barang-barang material dan bukan oleh seni sejati,
penciptaan di dorong oleh motif laba (dikutip dari jurnal Yoyoh
Hereyah tahun 2011).

• Jepang merupakan salah satu negara maju yang berhasil


menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara.

• Beberapa contoh kebudayaan Jepang yang dapat dilihat


pengaruhnya di negara lain adalah Komik (Manga), Kartun atau
Animasi (Anime), Fashion dan Makanan Jepang.
• Salah satu kebudayaaan modern yang digemari oleh masyarakat
adalah film anime (kartun).

• Ketertarikan penonton untuk melihat film Naruto dipicu oleh


karakter-karakter yang memiliki berbagai jurus ninja atau jutsu yang
menakjubkan.

• Film naruto menawarkan imajinasi-imajinasi kepada penontonnya.

• Tanpa kita sadari penyebaran Anime dan Manga di Jepang selain


sebagai sarana penyebaran budaya Jepang, juga menjadi alat
hegemoni—dominasi—budaya bagi Jepang.
• Menurut Antonio Gamsci, Hegemoni adalah penaklukan atau
pendudukan secara halus dimana pihak yang dituju menerima hal
tersebut.

• Populernya anime jepang yang salah satunya naruto juga membuat


rasa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap Jepang meningkat.

• Ketertarikan masyarakat terhadap Naruto kemudian dimanfaatkan


oleh sebagian orang untuk mendapatkan keuntungan dengan cara
menjual produk-produk yang berhubungan dengan Naruto
Masyarakat yang tergila-gila kepada Naruto tidak merasa terhegemoni
atau dirugikan atas uang yang mereka keluarkan demi memenuhi
kebutuhan palsu terhadap karakter idola mereka yang terdapat dalam
film naruto.
Pastiche
• Menurut Sean Homer Pastiche adalah praktek
peniruan atau imitasi mentah mentahan atau sesuatu
yang asli tanpa maksud tersembunyi apapun tanpa
motif kritik atau parody.
• Film Naruto ini hanya menekankan bentuk dan
kualitas gambar dengan isi yang dibentuk seolah
nyata.
• film semacam itu sama sekali tidak menunjuk pada
realitas konteksyang sesungguhnya melainkan hanya
mengeksploitasi pencitraan yang hampa makna dan
ditujukan untuk komodifikasi dan konsumsi.
Dilansir dari laman Septika Anisa (2017), “Berdasarkan wawancara
singkat dengan adik saya yang berumur 8 tahun, menceritakan
bahwa ia dan teman-teman sekolahnya sering mengikuti atau
mempraktekkan adegan-adegan pertarungan yang mereka tonton
pada film Naruto. Bahkan mereka mengetahui jurus-jurus ninja serta
mengikuti gerakan tangan seperti di film Naruto tersebut. Adik saya
pun mengatakan terkadang ada temannya yang sungguh-sungguh
melakukan adegan pertarungan kepada temannya yang lain hingga
temannya yang terkena pukulan atau tendangan tersebut merasa
kesakitan. Yang kemudian saling membalas tendangan atau pukulan
tersebut.”
• Dengan adanya unsur kekerasan didalam film
Maruto memungkinkan untuk mempengaruhi
pola pikir masyarakat teutama bagi anak-anak.
Kesimpulan
• Mengacu pada konsep tentang apa itu hegemoni ,
ideology kapitalis serta budaya pastiche, masyarakat
Indonesia secara tidak langsung mendapatkan
penjajahan atau penindasan secara halus tanpa
disadari oleh masyarakat itu sendiri sedangkan
budaya pastiche ini timbul karena terhegemoni oleh
produk atau film Naruto tersebut.

Anda mungkin juga menyukai