Anda di halaman 1dari 38

BUKU SAKU

JASA KONSTRUKSI
TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI
KABUPATEN PANDEGLANG

PEMBINAAN DAN JASA KONSTRUKSI


TAHUN 2019

0
DAFTAR ISI
TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI………………..……………….…. (2)
KEGIATAN-KEGIATAN TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI.…. (3)
PENGATURAN JASA KONSTRUKSI………………………….……..... (4)
PEMBERDAYAAN JASA KONSTRUKSI……………………….………. (4)
PENGAWASAN JASA KONSTRUKSI…………………………….…….. (5)
ASAS DAN TUJUAN JASA KONSTRUKSI……..……………….…….. (6)
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT.………………………….…… (7)
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI.……….…… (8)
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA. (9)
BENTUK DAN KUALIFIKASI USAHA………………………………….. (10)
SEGMENTASI PASAR………………………………..………………....... (11)
PERLINDUNGAN USAHA KUALIFIKASI KECIL……………….…… (11)
PERSYARATAN USAHA JASA KONSTRUKSI………………..……… (13)
PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN…………………….. (14)
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI………………..….……. (14)
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI………………..…………………….. (15)
PENGELOLA JASA KONSTRUKSI………………..……………………. (17)
PERJANJIAN PENYEDIAAN BANGUNAN………………..…….……. (19)
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN
KONSTRUKSI……………..………..……………… (20)
TENAGA KERJA KONSTRUKSI………………..……………………….. (23)
PEMBINAAN……………..……….………………..……….…………..……. (25)
PENYELESAIAN SENGKETA………………..……………………….…… (27)
SANKSI …………..……….…………………………………..……….………. (27)
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI…………..……….………. (33)

J AJ SA AS AK O
KNOS
N TSRT U
R KU SKIS I 1
TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI

Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 2000 tentang


Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi pasal 13 ayat (1)
mengamanatkan adanya unit kerja yang menangani jasa konstruksi, dan
Menteri Dalam Negeri menerbitkan Surat Edaran Nomor 601/476/SJ
tanggal 13 Maret 2006 yang menghimbau untuk setiap provinsi dan
kabupaten/kota membentuk Tim Pembina Jasa Konstruksi yang
merupakan Tim yang sifatnya ad hoc yang menangani jasa konstruksi
yang kerjanya lintas sektoral.
Ditingkat nasional ditunjuk Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber
Daya Manusia dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Direktorat
Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri yang
melaksanakan kebijakan secara nasional.
Oleh sebab itu Dinas Pekerjaan Umum diangkat sebagai Sekretaris Tim
Pembina Jasa Konstruksi. Hal ini dimaksudkan sebagai Sekretaris maka
diharapkan menjadi motor penggerak pelaksanaan tugas‐tugas
sebagaimana tertera dalam PP No. 30 Tahun 2000 dapat berjalan
dengan baik. Sedangkan unit di Sekretariat Daerah ditunjuk sebagai
sekretariat Tim Pembina Jasa Konstruksi yang mengkoordinir
acara/agenda kegiatan Tim Pembina Jasa Konstruksi.

JASA KONSTRUKSI 2
KEGIATAN-KEGIATAN
TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI

1. Melakukan sosialisasi tentang jasa konstruksi dan peraturan yang


terkait dengan jasa konstruksi.
2. Melakukan pengaturan produk‐produk hukum jasa konstruksi yang
belum diatur di tingkat pusat/provinsi/kabupaten/kota yang
digunakan untuk wilayah masing‐masing, contoh cara menghitung
KK, KP dan juga kinerja jasa konstruksi.
3. Melakukan pengaturan terhadap kewajiban pengguna jasa yang ada
di wilayahnya, antara lain pembangunan bangunan publik, maka
harus dilaksanakan oleh Badan Usaha yang telah memiliki Ijin
Usaha.
4. Melakukan pemberdayaan kepada pengguna jasa dan penyedia
jasa konstruksi yang ada di wilayahnya.
5. Melakukan pengawasan tertib usaha, yaitu kontrol terhadap
produk‐produk Lembaga seperti SBU, SKA, dan SKT.
6. Melakukan pengawasan terhadap penerbitan IUJK.
7. Melakukan pengawasan terhadap pelelangan.
8. Melakukan pengawasan terhadap keselamatan kerja, penggunaan
bangunan, dll.

JASA KONSTRUKSI 3
PENGATURAN JASA KONSTRUKSI

Pengaturan Jasa Konstruksi pada hakekatnya ada dua, yakni


Ketentuan‐ketentuan menyangkut Usaha yang dikeluarkan oleh LPJK,
sedangkan Ketentuan yang menyangkut Izin Usaha maupun proses
pengadaan dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai pemilik pekerjaan.
Untuk yang bersifat menyeluruh maka dilakukan pengaturan
yang bersifat nasional seperti pengadaan jasa konstruksi yang diatur
dengan Peraturan Presiden (Perpres No. 16 Tahun 2018 yang
merupakaan perubahan terakhir dari Perpres No. 54 Tahun 2010) dan
petunjuk pelaksana dalam Peraturan LKPP. Sedangkan norma‐ norma
yang menyangkut keteknisan diatur oleh Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum, seperti ketentuan pelengkap pengadaan, norma standar mutu
konstruksi dan lain sebagainya.

PEMBERDAYAAN JASA KONSTRUKSI

Pemberdayaan Jasa Konstruksi pada hakekatnya ada dua,


yakni terhadap pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan adanya LPJK,
maka pemberdayaan oleh pemerintah seharusnya lebih fokus kepada
pengguna jasa, sedangkan pemberdayaan penyedia jasa dilakukan oleh
LPJK.
Pemberdayaan Jasa Konstruksi dilakukan untuk semua
produk‐produk hukum serta norma‐norma teknis yang dikeluarkan oleh
pemerintah sehingga sebagai pengguna jasa dapat pula mengikuti
perkembangan penyedia jasa.

JASA KONSTRUKSI 4
PENGAWASAN JASA KONSTRUKSI

Pengawasan Jasa Konstruksi menjadi tugas Pemerintah agar tercapai


ketertiban sebagaimana yang diamanatkan UU nomor 02 Tahun 2017.
Ada tiga hal utama yang mesti dipenuhi, yaitu tertib usaha, tertib
penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan yang mencakup:
1. Persyaratan Perizinan
2. Ketentuan Keteknikan Pekerjaan Konstruksi
3. Ketentuan Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan dan
Keberlanjutan Konstruksi (K4)
4. Ketentuan Lingkungan
5. Ketentuan Tata Ruang
6. Ketentuan Tata Bangunan
7. Ketentuan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan jasa
konstruksi.

JASA KONSTRUKSI 5
ASAS DAN TUJUAN JASA KONSTRUKSI

1. ASAS DALAM JASA KONSTRUKSI

a. Kejujuran & keadilan g. Kemandirian


b. Manfaat h. Keterbukaan
c. Kesetaraan i. Kemitraan
d. Keserasian j. keamanan dan keselamatan
e. Keseimbangan k. Kebebasan
f. Profesionalitas l. pembangunan berkelanjutan
m. wawasan lingkungan.

2. TUJUAN JASA KONSTRUKSI


a. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa
Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh,
andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang
berkualitas;
b. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa
Konstruksi;
d. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan
keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan
terbangun;
e. menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
baik; dan
f. menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

JASA KONSTRUKSI 6
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
(UU JAKON NO. 02 TAHUN 2017)

1. Meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa


Konstruksi nasional

2. Terciptanya iklim usaha yang kondusif, transparan, persaingan


usaha yang sehat dan jaminan kesetaraan hak-kewajiban
pengguna dan penyedia jasa

3. Terselenggaranya usaha konstruksi sesuai standar keamanan,


keselematan, kesehatan dan keberlanjutan (K4)

4. Meningkatnya kompetensi, profesionalitas, produktivitas


tenaga kerja konstruksi nasional

5. Meningkatknya kualitas dan penggunaan material dan


peralatan konstruksi, serta teknologi konstruksi dalam negeri

6. Meningkatnya partisipasi masyarakat

7. Tersedianya sistem informasi usaha konstruksi

JASA KONSTRUKSI 7
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI
(UU JAKON NO. 02 TAHUN 2017)

1. memberdayakan BU jaskon, pengawasan proses IUJK-tertib


usaha-rantai pasok dan fasilitasi kemitraan BUJK

2. menyelengarakan pengawasan pemilihan penyedia jasa,


kontrak kerja konstruksi, tertib penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jakon di Provinsi

3. menyelenggarakan pengawasan penerapan standar keamanan,


keselematan, kesehatan dan keberlanjutan (K4)

4. menyelenggarakan pengawasan sistem SKA, pelatihan dan


upah tenaga kerja konstruksi

5. menyelenggarakan pengawasan penggunaan MPK dan


tekhnologi konstruksi, fasilitasi kerjasama institusi litbang,
fasilitasi pengembangan tekhnologi prioritas, penggunaan
Standar mutu material dan peralatan sesuai SNI

6. memperkuat kapasitas lembaga, meningkatkan partisipasi


masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan dan usaha
penyediaan bangunan

7. mengumpulkan data dan informasi Usaha Konstruksi di Provinsi

JASA KONSTRUKSI 8
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
(UU NO. 02 TAHUN 2017)

a. Penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;


b. Penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan
daerah kabupaten/kota;
c. Penerbitan izin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan
besar; dan
d. Pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib
pemanfaatan jasa konstruksi.

JASA KONSTRUKSI 9
BENTUK DAN KUALIFIKASI USAHA

Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau


badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum

Kecil Menengah Besar

•berisiko kecil •berisiko sedang •berisiko besar


•berteknologi •berteknologi •berteknologi tinggi
sederhana madya •berbiaya besar
•berbiaya kecil •berbiaya sedang

Dasar Penetapan kualifikasi :

Kemampuan
dalam Ketersediaan
penyediaan
peralatan Tenaga Kerja
konstruksi

Perjualan Kemampuan
Tahunan Keuangan

JASA KONSTRUKSI 10
SEGMENTASI PASAR

Jenis Usaha Segmentasi Pasar

1. Orang Perseorangan 1. Beresiko Kecil


2. Badan Usaha Kualifikasi 2. Berteknologi sederhana
Kecil 3. Berbiaya kecil
1. Badan Usaha Kualifikasi 1. Beresiko sedang
Menengah 2. Berteknologi madya
3. Berbiaya sedang
1. Badan Usaha Kualifikasi 1. Beresiko Besar
Besar 2. Berteknologi Tinggi
2. Perwakilan usaha jasa 3. Berbiaya Besar
konstruksi asing

PERLIDUNGAN USAHA KUALIFIKASI KECIL

Dalam UU ini telah diatur terkait penyelenggaraan konstruksi yang


menggunakan APBD dan pekerjaan jasa konstruksi yang berisiko kecil
sampai dengan sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya
serta berbiaya kecil sampai dengan sedang, pemerintah daerah dapat
membuat kebijakan khusus. Kebijakan khusus tersebut mengatur :
Kerjasama Operasi dengan BU daerah; dan/atau Penggunaan sub
penyedia Jasa Daerah.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 11
Jenis Usaha Jasa
Klasifikasi Layanan
Konsultansi Konstruksi
Umum a. Arsitektur a. pengkajian
b. Rekayasa b. perencanaan
c. Rekayasa terpadu c. Perancangan
d. Arsitektur lanskap dan d. pengawasan
perencanaan wilayah
Spesialis a. Konsultansi ilmiah dan teknis a. Survei
b. Pengujian dan analisis teknis b. Pengujian teknis
c. analisis

Jenis Usaha Jasa


Klasifikasi Layanan
Pelaksana Konstruksi
Umum a. Bangunan gedung a. pembangunan
b. Bangunan sipil b. pemeliharaan
c. Penghancuran
d. Pembuatan kembali

Spesialis a. penyiapan lapangan pekerjaan bagian


b. instalasi tertentu dari bangunan
c. konstruksi khusus konstruksi atau bentuk
d. konstruksi prapabrikasi fisik lainnya
e. penyelesaian bangunan
f. penyewaan peralatan

Jenis Usaha Jasa


Pelaksana Konstruksi Klasifikasi Layanan
Terintregasi
Umum a. Bangunan gedung a. Rancang bangun
b. Bangunan sipil b. Perencanaan,
pengadaan, dan
pelaksanaanPenghanc
uran
c. Penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi
berbasis kinerja

J AJ A
SSA AK K
OONN
SSTR
TRUU
KKSS
I I 12
PERSYARATAN USAHA JASA KONSTRUKSI

1. Tanda Dartar Usaha Perseorangan (TDUP)


Wajib dimiliki oleh setiap usaha orang perseorangan yang
memberikan layanan Jaskon

2. Izin Usaha (IUJK)


Wajib dimiliki oleh setiap BU yang memberikan layanan Jaskon

• TDP dan IUJK Diterbitkan oleh Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota Sesuai domisili wilayahnya
• TDP dan IUJK berlaku untuk melaksanakan kegiatan Usaha
Jaskon di NKRI
• Syarat mengenai IUJK dan TDUP diatur oleh Peraturan di daerah

3. Sertifikasi Badan Usaha (SBU)


• Memuat tentang jenis usaha sifat usaha, klasifikasi usaha, dan
kualifikasi usaha.
• Permohonan diajukan kepada Menteri melalui lembaga
Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan
usaha terakreditasi yang memenuhi persyaratan:
a) jumlah dan sebaran anggota
b) pemberdayaan kepada anggota
c) pemilihan pengurus secara demokratis
d) sarana dan prasarana di tingkat pusat dan
daerah
e) pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan. Izin Usaha (IUJK) wajib dimiliki oleh
setiap BU yang memberikan layanan Jaskon.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 13
PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN

Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus melakukan pengembangan


usaha berkelanjutan yang diselenggarakan oleh asosiasi badan usaha
Jasa Konstruksi. Dengan bertujuan untuk :
a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik;
b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk tanggung jawab
badan usaha terhadap masyarakat.

PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas :


1) Usaha Jasa Konstruksi
Dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
2) Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan
Dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan bangunan.
Pengikatan terdiri atas Pengguna dan Penyedia Jasa  bisa orang
perseorangan atau badan
Pemilihan Penyedia Jasa dengan sumber APBN/APBD
melalui :
• tender/seleksi yang dapat dilakukan melalui prakualifikasi,
pascakualifikasi, atau tender cepat
• pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan
Penyedia Jasa yang sudah tercantum dalam katalog
• penunjukan langsung dilakukan dalam penanganan darurat,
pekerjaan yang kompleks, pekerjaan yang perlu dirahasiakan,
pekerjaan yang berskala keci, dan/atau kondisi tertentu
• pengadaan langsung dilakukan untuk paket dengan nilai
tertentu

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 14
KONTRAK KERJA KOSNTRUKSI

1. Berisikan pengaturan hubungan kerja antara Pengguna dan


Penyedia Jasa, sesuai perkembangan kebutuhan dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Kontrak Kerja mencakup :

• Identitas para pihak

• Rumusan pekerjaan (lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga


satuan, lumsum, batasan waktu pelaksanaan)

• Masa pertanggungan (jangka waktu pelaksanaan dan


pemeliharaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa)

• Hak dan kewajiban yang setara

• Penggunaan tenaga kerja konstruksi  TK bersertifikat

• Cara pembayaran

• Wanprestasi

• Penyelesaian perselisihan

• Pemutusan kontrak kerja

• Keadaan memaksa

• Kegagalan bangunan

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 15
• Pelindungan pekerja

• Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan


pekerja

• Aspek lingkungan

• Jaminan atas resiko yang timbul dan tanggung jawab hukum


kepada pihak lain

• Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi

3. Kontrak Kerja memuat :


• hak kekayaan intelektual;
• Subpenyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen
bangunan, dan/atau peralatan yang harus memenuhi
standar yang berlaku;
• kewajiban alih teknologi.
4. Kontrak Kerja jika diakukan dengan pihak asing dan jika terjadi
perselisihan harus menggunakan bahasa Indonesia.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 16
PENGELOLA JASA KONSTRUKSI

1. Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa

• Sesuai perjanjian dalam kontrak

• Memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan


Keberlanjutan

• Mengutamakan WNI sebagai pemimpin organisasi

• Pekerjaan utama diberikan kepada Subpenyedia Jasa yang


bersifat spesialis dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa

• Penyedia Jasa dengan kualifikasi menengah dan/atau besar


harus memberikan pekerjaan penunjang kepada Subpenyedia
Jasa dengan kualifikasi kecil

• Penyedia Jasa dan/atau Supenyedia jasa menyerahkan hasil


pekerjaan secara tepat biaya, mutu dan waktu. Jika tidak,
akan dikenakan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan dalam
Kontrak Kerja.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 17
2. Pembiayaan Jasa Konstruksi

• Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi


yang bersumber dari Pemerintah Pusat atau Daerah, Badan
Usaha, dan/atau masyarakat

• Tanggung jawab tersebut dibuktikan dengan kemampuan


membayar (dokumen lembaga perbankan dan/atau lembaga
keuangan bukan bank, dokumen ketersediaan anggaran, dan
dokumen lainnya) dan komitmen atas pengusahaan produk
Jasa Konstruksi

• Pemilihan Penyedia Jasa menyerahkan jaminan, diantaranya :


jaminan penawaran, pelaksanaan, uang muka, pemeliharaan,
dan/atau sanggah banding

• Jaminan tersebut dapat dicairkan tanpa syarat sebesar yaang


dijaminkan dan dalam batas waktu tertentu yang dikeluarkan
oleh lembaga perbankan, asuransi, pinjaman dalam bentuk
bank garansi .

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 18
PERJANJIAN PENYEDIAAN BANGUNAN

Usaha Penyediaan Bangunan dapat dikerjakan sendiri


atau oleh pihak lain melalui perjanjian penyediaan bangunan
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang terdiri dari pihak pemilik bangunan
dan pihak penyedia bangunan yang berasal dari orang perseorangan
atau badan

Usaha tersebut dilakukan melalui kerja sama Pemerintah


Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dan/atau
masyarakat.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 19
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI

1. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, Dan Keberlanjutan


Konstruksi

Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa
harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas:

• Hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;

• Rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan,


pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;

• Pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan,


pembongkaran, dan/ atau pembangunan kembali;

• Penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi;

• Hasil layanan Jasa Konstruksi.


Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan Konstruksi meliputi standar mutu bahan, mutu
peralatan, keselamatan dan kesehatan kerja, prosedur pelaksanaan
Jasa konstruksi, mutu hasil pelaksanaan Jasa konstruksi, operasi dan
pemeliharaan, pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 20
Standar K4 untuk setiap produk Jakon diatur oleh menteri
teknis (SE Menteri PUPR No. 66 Tahun 2015 tentang Biaya
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum) sesuai dengan
kewenangannya dan memperhatikan kondisi geografis yang rawan
gempa dan kenyamanan llingkungan terbangun.

2. Kegagalan Bangunan

Dalam penyelenggaraan Standar K4, Pengguna Jasa


dan/atau Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap Kegagalan
Bangunan. Kegagalan tersebut ditetapkan oleh penilai ahli yang
sebelumnya dipilih oleh menteri dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak laporan mengenaai kegagalan bangunan
dibuat.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi penilai


ahli adalah :

• Memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang jabatan ahli di


bidang yang sesuai dengan klasifikasi produk bangunan yang
mengalami Kegagalan Bangunan;

• Memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau


pengawas pada Jasa dengan klasifikasi produk bangunan yang
mengalami Kegagalan Bangunan; dan

• Terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 21
Tugas penilai ahli antar lain :

• Menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar K4 dalam


penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

• Menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan;

• Menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya


bangunan;

• Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan


Bangunan;

• Melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan instansi yang


mengeluarkan izin membangufl, paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas; dan

• Memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri dalam rangka


pencegahan terjadinya Kegagalan Bangunan.

 Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan


dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur
konstruksi paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi.

 Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang


terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan.

 Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus


dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi

 Pengguna Jasa dan/atau pihak lain yang dirugikan akibat Kegagalan


Bangunan dapat melaporkan terjadinya suatu Kegagalan Bangunan
kepada Menteri.

 Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti


kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 22
TENAGA KERJA KONSTRUKSI

1. KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI

Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan


bidang keilmuan yang terkait jasa konstruksi dan jenjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan tenaga kerja
konstruksi dikualifikasikan dalam jabatan operator, teknisi atau anais,
dan ahli.

2. PELATIHAAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI

Pelaatihan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas


kerja dan diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan,
efektif dan efisien sesuai dengan Estándar Kompetensi Kerja. Pelatihan
tersebut diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja.

3. SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA (SKK)

Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib


mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja. Sertifikat tersebut didpat memalui uji kompetensi
yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi. Lembaga tersebut dibentuk
oleh asosisasi profesi terakreditasi (dilihat dari jumlah anggota,
pemberdayaan anggota, pemilihan, sarana prasarana) dan lembaga
pendidikan dan pelatihan.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 23
4. REGISTRASI PENGALAMAN PROFESIONAL

Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional,


setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada
Menteri yang dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional
yang memuat :

• jenis layanan profesional yang diberikan;


• nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan
profesional;
• tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
• nama Pengguna Jasa.

5. PERSYARATAN TENAGA KERJA JASA KONSTRUKSI ASING

Ketentuan yang wajib dipenuhi:

• Pemberi Kerja wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja


Asing (RPTKA) dan Ijin Memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA)

• Hanya untuk Jabatan tertentu sesuai Peraturan Perundangan

• Harus miliki surat tanda Registrasi dari Menteri

• Melakukan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja


pendamping sesuai Peraturan Perundangan

• Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan


oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 24
PEMBINAAN

A. Pemerintah Pusat memiliki tanggung jawab sebagau berikut :

• Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional;

• Penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi


yang bersifat strategis, lintas negara, lintas provinsi, dan/atau
berdampak pada kepentingan nasional;

• Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan


pengembangan Jasa Konstruksi nasional;

• Pengembangan kerja sama dengan Pemerintah Provonsi dalam


menyelenggarakan kewenanagan

• Dukungan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

B. Pemerintah Daerah dalam hal ini Guberner sebagai wakil


Pemerintah Pusat memiliki wewenang mencakup :

• Penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan Jasa


Konstruksi nasional di wilayah provinsi;
• Penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak
lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi;

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 25
• pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan
pengembangan Jasa Konstruksi nasional di wiiayah provinsi;
dan
• penyelenggaraan pemberdayaan pemerintah Daerah
kabupaten/kota dalam kewenangan

C. Pemerintah Daerah Otonom, dalam hal ini Bupati/Walikota yang


memiliki wewenang sebagai berikut :

• penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak


hanya di wilayah kabupaten/kota; dan
• pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa
Konstruksi nasional di wilayah kabupaten/kota.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 26
PENYELESAIAN SENGKETA

Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi


diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai
kemufakatan. Jika tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para
pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa dengan
tahapan yang meiputi mediasi, konsoliasi, arbitrase, dan membentuk
dewan sengketa dengan anggota yang dipilih berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak.

SANKSI
Jika Usaha perseorangan tidak memiliki Tanda Daftar
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha atau Badan Usaha Asing tidak
memliki Izin Usaha yang masih berlaku, akan dikenai sanki berupa:
• Peringatan tertulis;
• Denda administratif; dan/atau
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
2. Jika Badan Usaha tidak memiliki Sertifikat Badan Usaha , akan
dikenai sanki berupa:
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
• Pencantuman dalam daftar hitam.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 27
3. Jika Asosiasi badan usaha tidak melakukan kewajiban, akan dikenai
sanki berupa:
• Peringatan Tertulis;
• Pembekuan akreditasi; dan/atau
• Pencabutan akreditasi.
4. Jika kantor perwakilan badan usaha asing a tidak melakukan
kewajiban, akan dikenai sanki berupa:
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
• Pencantuman dalam daftar hitam;
• Pembekuan izin; dan/atau
• Pencabutan izin.
5. Jika Pengguna Jasa yang menggunakan layanan profesional tenaga
kerja konstruksi pada kualifikasi jenjang jabatan ahli yang tidak
memperhatikan standar remunerasi minimal, akan dikenai sanki
berupa:
• Peringatan Tertulis; dan/atau
• Denda administratif.
6. Pengguna Jasa yang menggunakan penyedia Jasa yang terafiliasi
untuk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender atau
seleksi, atau pengadaan secara elektronik, akan dikenai sanksi
berupa :
• Peringatan Tertulis; dan/atau
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 28
7. Penyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan
utama, akan dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
• Pembekuan izin;
8. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, akan dikenai sanksi
berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
• Pencantuman dalam daftar hitam;
• Pembekuan izin; dan/atau
• Pencabutanizin;
9. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang dalam memberikan
pengesahan atau persetujuan melanggar ketentuan, akan dikenai
sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
• Pencantuman dalam daftar hitam;
• Pembekuan izin; dan/atau
• Pencabutanizin;

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 29
11. Penilai ahli yang dalam melaksanakan tugasnya tidak menjalankan
kewajiban, akan dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Pemberhentian dari tugas; dan/atau
• Dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi;
12. Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki Kegagalan Bangunan, akan dikenai sanksi
berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
• Pencantuman dalam daftar hitam;
• Pembekuan izin; dan/atau
• Pencabutanizin;
13. Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja dibidang Jasa
Konstruksi tidak memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja, akan dikenai
sanksi berupa pemberhentian dari tempat kerja.
14. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang memperkerjakan
tenaga kerja konstruksi yang tidak memiliki Sertifikat Kompetensi
Kerja, akan dikenai sanksi berupa :
• Denda administratif; dan/atau
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 30
15. Lembaga sertifikasi profesi yang tidak mengikuti ketentuan
pelaksanaan uji kompetensi, akan dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Pembekuan lisensi; dan/atau
• Pencabutan lisensi;
16. Asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan,
akan dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Pembekuan akreditasi; dan/atau
• Pencabutan akreditasi.
17. pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki
rencana penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dan izin
mempekerjakannya yang tidak memiliki registrasi dari Menteri, akan
dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
• Pencantuman dalam daftar hitam.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 31
18. Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang tidak
melaksanakan kewajiban alih pengetahuan dan alih teknologi, akan
dikenai sanksi berupa :
• Peringatan Tertulis;
• Denda administratif;
• Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi;
dan/atau
• Pencantuman dalam daftar hitam.

JA
J AS SA AKKO ONNS ST R
TRUU
KKSS
I I 32
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI

JASA KONSTRUKSI 33
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI

J A S A K O N S T R UVK S I
3
4
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI

J AA SKAOKNOS NT R
JAS S TU R
KUSK
I SI 35
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI

JAS
J AA SKAOKNOS NT R
S TU R
KUSK
I SI 36
CATATAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI

J AA SKAOKNOSNT R
S TU R
3
JAS K US K
I SI
7

Anda mungkin juga menyukai