Anda di halaman 1dari 18

ERLIANA SOTYA ANGGRAINI

(17613037)
1. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik
kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan
dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007).

2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
(idiopatik), sering terjadi pada:
a) Trauma lahir, asphyxia neonatorum
b) Cedera Kepala, infeksi sistem syaraf
c) Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
d) Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)
e) Tumor otak
f) Kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007).
3. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan kesadaran
b. Aktivitas motorik
1) Tonik klonik
2) Gerakan sentakan, tepukan atau menggarau
3) Kontraksi singkat dan mendadak disekelompok otot (tubuh kaku)
4) Kepala dan mata menyimpang ke satu sisi
5) Hitam bola mata berputar-putar
c. Fungsi pernafasan
1) Takipnea
2) Apnea
3) Kesulitan bernafas
4) Jalan nafas tersumbat
d) Tidak mampu bereaksi terhadap rangsangan
e) Badan tertarik ke segala penjuru dan Kedua lengan dan tangannya
kejang
f) Gigi geliginya terkancing
h) Dari liang mulut keluar busa.
4. Patofisiologi

Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas


neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang
berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps
terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni
GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran
aktivitas listrik sarafi dalam sinaps.

Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di


otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya
dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak
dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan
demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya
akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi
tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang
mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia
retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan
impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan
terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
5. Pengobatan / Terapi
a. Atasi penyebab dari kejang
b. Tersedia obat – obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang
didalam seseorang
1. Obat Antiepilepsi (OAE)
Jenis obat-obatan antiepilepsi (OAE) tersebut adalah:
Phenobarbital, Phenytoin, Cabamazepine, Valproate, Topiramate,
Tiagabine, Oxcarbazepine, Levetiracetam, Lamotrigine,
Gabapentin
c. Operasi dengan reseksi bagian yang mudah terangsang / Pembedahan
d. Menanggulangi kejang epilepsi
Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi
atau yg biasa disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi
aneh seperti perasaan bingung, melayang2, tidak fokus pada aktivitas,
mengantuk, dan mendengar bunyi yang melengking di telinga. Jika
Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan
aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung
beristirahat atau tidur.
6. Komplikasi
(Elizabeth, 2001 : 174)
 Kerusakan otak
 Retardasi mental
 Timbul depresi dan keadaan cemas
 Bayi lahir cacat
 Kejang otot
 Hidrochepalus
 Kematian
ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI
PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : ERLIANA SOTYA ANGGRAINI
NIM : 17613037
Tgl Pengkajian : 6 Agustus 2018 jam 09.00 WIB

I. IDENTITAS KLIEN
Nama / Inisial : An. F
Umur : 3 tahun 9 bulan
No. Reg : 123456
Agama : Islam
Alamat : Jl. Abuyamin no.57 Demangan, Siman, Ponorogo
Pendidikan : Playgroup
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 5 Agustus 2018 jam 15.00 WIB
Diagnosa Medis : Epilepsi
II. KELUHAN UTAMA
Demam dan kejang.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang ± 2
menit.badannya demam tinggi (40o C). Ibu klien juga mengatakan bahwa klien
terlihat sesak dan terus menangis.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20 bulan, umur 23
bulan, dan umur 32 bulan dengan riwayat penyakit yang sama.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Menurut keluarga pasien, hanya An F yang menderita penyakit epilepsi dari
keluarganya.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Klien sepanjang harinya hanya bisa menangis, karena belum terlalu mengerti
tentang penyakitnya. Dan terjadi penurunan kesadaran setelah kejang.
Keluarga klien berharap klien bisa sembuh total dan tidak kambuh lagi di
kemudian hari sehingga ia dapat bermain dengan teman-temannya lagi.
Keluarga klien juga selalu berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan klien.
VII. POLA KESEHATAN SEHARI-HARI
Pola-Pola Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Nutrisi Makan Makan
- 3 x/hari dengan porsi - 3 x/hari dengan porsi kecil
sedang ±6 sendok makan ±4 sendok makan (bubur)
(Nasi, lauk, sayur) Minum
Minum - Air putih ±3 gelas/hari
-Air putih ±4 gelas/hari -Susu ±3 gelas/hari
-Susu ±3 gelas/hari
b. Eliminasi BAB / BAK BAB BAB
- 1-2 x/hari dengan - 1-2 x/hari dengan
konsisten lunak dan konsisten lunak dan
berwarna kuning berwarna kuning
BAK BAK
- 6-7 x/hari dan berwarna - 6-7 x/hari dan berwarna
kuning jernih kuning jernih
c. Istirahat Klien tidur ±10 jam/hari Klien tidur ±8 jam/hari
d. Personal Hygiene - Mandi 2 x/hari - Mandi 1 x/hari
- Gosok gigi 2 x/hari - Gosok gigi 1 x/hari
- Keramas 3 x/minggu - Keramas 2 x/minggu
- Ganti pakaian 2-3 x/hari - Ganti baju 1 x/hari

e. Aktivitas Klien biasanya bermain Klien menghabiskan


dengan teman-temannya waktunya di RS dan tidak
dan berkumpul bersama bisa bermain dengan
keluarganya ketika malam teman-temannya.
hari.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum klien
Keadaan umum pasien lemah dan pucat.
Kesadaran : Samnolen.

b. B1-B6
 B1 (Breath) : RR meningkat (Takipnea), apnea, aspirasi.
 B2 (Blood) : Terjadi takikardia, sianosis.
 B3 (Brain) : Penurunan kesadaran.
 B4 (Bladder) : Oliguria atau terdapat inkontinensia urine.
 B5 (Bowel) : Nafsu makan menurun, BB turun, inkontinensia alvi.
 B6 (Bone) : Lemas, tremor, klien mengeluh meriang.
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal 5 Agustus 2018 jam 18.00
WIB.
HB : 12,00 gr %
Leukosit : 19x109/L
Trombosit : 173x109/L
PCV : 0,35
Glukosa darah acak : 288 mq/dl
Elektrolit kalium : 3,60 meq/L
Natrium : 133 meq/L
b. Pencitraan CFT : Type kejang  EEG

X. PENATALAKSANAAN
 Phenobarbital
 Phenytoin
 Cabamazepine
 Valproate
 Diazepam
ANALISA DATA
No. Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab

1. 6/8/2018 DS: Bersihan jalan Epilepsi


 Ibu klien nafas inefektif
mengatakan
anaknya batuk dan Kesadaran menurun
nafasnya terlihat
sesak.
DO: Penurunan aktivasi
 Nafas pendek
dengan kerja atau silia
gerak minimal,
dispnea, takipnea,
batuk. Produksi sekret >>
 RR : 28x/menit

Obstruksi jalan
nafas

Bersihan jalan nafas


inefektif
2. 6/8/2018 DS: Hipertermi Epilepsi

 Ibu klien
Kejang
mengatakan anaknya
demam sudah 3 hari Aktivitas otot

yang lalu
Metabolisme tubuh
DO: meningkat
 S : 40oC
Hipertermi
3. 6/8/2018 DS: Resiko terhadap Epilepsi

 Ibu klien cedera


Kejang
mengatakan anaknya
kejang terus menerus Resiko Injury

(±2 menit)
DO:
 Penurunan
kesadaran, kacau,
disorientasi, aktivitas
kejang, otot mudah
terangsang.
DAFTAR MASALAH

No. Tgl Muncul Masalah Keperawatan Tgl TT


Teratasi

1. 6/8/2018 Bersihan jalan nafas inefektif


b/d obstruksi jalan nafas

2. 6/8/2018 Hipertermi b/d Metabolisme


tubuh meningkat

3. 6/8/2018 Resiko terhadap cedera b/d


aktivitas kejang
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan / Intervensi Rasional T
Keperawatan Kriteria Hasil T

1. Bersihan jalan Setelah 1. Pantau KU 1. Mengetahui


nafas inefektif dilakukan dan TTV keadaan klien
b/d obstruksi tindakan klien
jalan nafas keperawatan 2. Tinggalkan 2. Memfasilitasi
Ditandai selama 3X24 pakaian pada Usaha bernapas /
dengan : jam, daerah leher / ekspansi dada
DS: diharapkan dada,
 Ibu klien klien tidak lagi abdomen
mengatakan mengalami 3. Masukkan 3. Dapat
anaknya batuk gangguan pola spatel lidah / mencegah
dan nafasnya napas dengan jalan napas tergigitnya lidah,
terlihat sesak. kriteria hasil : buatan. dan
DO: - RR dalam memfasilitasi
 Nafas pendek batas normal saat melakukan
dengan kerja sesuai umur penghisapan
atau gerak - Jalan nafas lendir, atau
minimal, bersih, tidak ada memberi
dispnea, sumbatan sokongan
takipnea, batuk. pernapasan jika
 RR : 28x/menit diperlukan
4. Berikan 4. Dapat
kolaborasi O2 menurunkan
sesuai hipoksia serebral
kebutuhan
2. Hipertermi b/d Setelah 1. Kaji penyebab 1. Hipertermi merupakan
Metabolisme dilakukan hipertermi salah satu gejala / kompensasi
tubuh tindakan tubuh terhadap adanya infeksi
meningkat keperawatan baik secara lokal maupun
Ditandai selama 3X24 sistemik
dengan : jam, 2. Observasi suhu 2. Proses peningkatan suhu
DS: diharapkan tubuh menunjukkan proses penyakit
 Ibu klien suhu tubuh infeksius akut
mengataka turun dengan 3. Beri kompres 3. Daerah dahi / axilla
n anaknya kriteria hasil : hangat pada dahi / merupakan jaringan tipis dan
demam - Suhu axilla terdapat pembuluh darah
sudah 3 normal sesuai sehingga proses vasodilatasi
hari yang usia pembuluh darah lebih cepat
lalu 4. Beri minum 4. Untuk mengganti cairan
DO: sedikit tapi sering yang hilang selama proses
 S : 40oC evaporasi
5. Anjurkan ibu 5. Pakaian tipis dapat
untuk membantu mempercepat
memakaikan proses evaporasi
pakaian tipis dan
dapat menyerap
keringat
6. Kolaborasi 6. Obat antipiretik bekerja
dalam pemberian sebagai pengatur kembali
obat Antipiretik pusat pengatur panas
3. Resiko Setelah 1. Kaji 1. Mengetahui
terhadap dilakukan karakteristik
cedera b/d tindakan kejang seberapa besar tingkatan
aktivitas kejang yang
kejang keperawatan dialami pasien.
Ditandai selama
3X24 jam, 2. Jauhkan 2. Benda tajam dapat
dengan : pasien dari melukai dan mencederai
DS: diharapkan benda benda fisik pasien
 Ibu klien klien dapat tajam /
mengatakan mengurangi membahayakan
anaknya kejang risiko cidera bagi pasien
terus menerus pada pasien
(±2 menit) dengan 3. Segera 3. Dengan meletakkan
DO: Kriteria letakkan sendok sendok diantara rahang
 Penurunan Hasil : di mulut pasien atas dan rahang bawah,
kesadaran, yaitu diantara maka resiko pasien
kacau, -Aktivitas rahang pasien menggigit lidahnya tidak
disorientasi, kejang terjadi dan jalan nafas
aktivitas kejang, menurun pasien menjadi lebih
otot mudah lancar.
terangsang.
4. Kolaborasi 4. Obat anti kejang dapat
dalam mengurangi derajat kejang
pemberian obat yang dialami pasien,
anti kejang sehingga resiko untuk
cidera pun berkurang
TERIMA KASIH


Anda mungkin juga menyukai