Alinyemen Horisontal
Alinyemen Horisontal
Tikungan transisi
Lengkung horizontal
Tikungan berbentuk S
Percepatan sentrifugal
Peninggian normal
Peninggian rel
Peninggian minimum
Peninggian maksimum
Pelebaran sepur
3
LEBAR JALAN REL
4
Lebar Jalan
Rel
Indonesia menggunakan lebar Jalan Rel (track) 1067 mm (3
feet 6 inch) yang tergolong pada jaln rel sempit (jarak
terpendek rel yang satu sampai sisi dalam rel lainnya).
S = r + 2.f + 2.c
dengan ketentuan :
S : lebar sepur(mm)
r : jarak antara bagian terdalam roda
(mm)
f : tebal flens (mm)
c : celah antara tepi dalam flens
dengan kepala rel (mm)
Lebar jalan rel Sedangkan pada lengkung horizontal,
1067 mm lebar sepur memerlukan perlebaran yang
ditentukan berdasarkan pada jari-jari
lengkung horisontalnya.
6
LENGKUNG
HORIZONTAL
7
Lengkung Horizontal
Alinemen horizontal : proyeksi sumbu jalan rel pada bidang
horizontal yang terdiri atas lurus dan lengkungan.
Lengkung horizontal merupakan bentuk proyeksi sumbu lurus jalan
rel berangsur-angsur merubah arah alinemennya secara horizontal.
Hal tersebut mempengaruhi besarnya diameter lengkung yang berbeda
pada rel bagian luar dan bagian dalam. Sehingga dapat pula
mempengaruhi besarnya perbedaan tinggi rel pada bagian dalam dan
luar, yang disesuaikan dengan kecepatan rencana kereta api melintas.
rel luar
rel dalam
8
Lengkung Horizontal
Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya
sentrifugal kearah luar yang akan berakibat :
— rel luar mendapat tekanan yang lebih besardibandingkan dengan
rel dalam,
— keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan denganyang
terjadi pada rel dalam, dan
— bahaya tergulingnya keretaapi.
9
Lengkung Horizontal
Lengkung Lingkaran
Lengkung Peralihan
Lengkung “S”
10
Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran : dua bagian lurus yang perpanjangannya saling
membentuk sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran
dengan atau tanpa lengkung peralihan. Dalam perencanaan jalan rel, terdapat
berbagai kecepatan rencana serta besar jari-jari minimum yang diizinkan, sebagai
berikut :
Suatu kondisi dimana gaya sentrifugal yang timbul, tidak didukung olehgaya-gaya
lainnya. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:
m.V 2
dengan :
C
C : gaya sentrifugal
R
R : jari jari lengkung lingkaran (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
G
m = massa = ; g : percepatan grafitasi = 9,81 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
g
w.V 2
Sehingga : h
g.R Gaya
dengan satuan praktis yaitu: sentrifugal
V : kecepatan perancangan (km/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal, (meter)
w : jarak antara kedua titik kontak roda dan rel, sebesar 1120 mm,
h : peninggian rel pada lengkung horizontal, (mm)
g : percepatan gravitasi, sebesar 9,81 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2
13
Lengkung Lingkaran
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangioleh Gaya Berat saja
Didapat :
8,8.V 2
h
R
Sehingga :
8,8.V 2
R
h
Dengan peninggian maksimum, ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 110 mm
maka :
8,8.V 2
R
110
Dengan demikian maka jari-jari minimum lengkung lingkaran pada kondisi ini ialah
R 0,08.V 2
min
dengan :
𝑅 𝑚𝑖𝑛 : jari-jari minimum (meter) yang diperlukan pada kondisi gaya sentrifugal yang timbul diimbangi
oleh gaya berat saja, dan menggunakan peninggian maksimum
V : Kecepatan perancangan (km/jam)
14
Lengkung Lingkaran
Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat dan Kemampuan
Dukung Komponen Struktural Jalan Rel
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan
dukung komponen jalan rel, sehingga menimbulkan persamaan sebagai
berikut:
C cos Gsin Dcos c
mV 2
cos G sin D cos
R
mV 2
G sin Dcos
R
mV 2
G tan D
R 15
Lengkung Lingkaran
g.R w
16
Lengkung Lingkaran
h V2
a g
w 13R
V2
13R
h
a g
w
17
Lengkung Lingkaran
Percepatan sentrifugal (a) : besaran yang menyatakan berapakah besarnya
sentrifugal yang dengan satuan m/detik
Berdasarkan tinjauan aspek keselamatan dan kenyamanan, besarnya
percepatan sentrifugal maksumum yang dianjurkan sebesar 0,0478.g,
sedangkan jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120 mm,
sehingga diperoleh persamaan :
V2
13R
h
0,0478g g
1120
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0.054 V2
dengan :
𝑅𝑚 𝑖 : jari-jari minimum (meter) yang dipelukan pada kondisigaya
sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan
kemampuan dukung komponen struktur jalan rel,serta
menggunakan peninggian maksimum,
V : Kecepatan perancangan (km/jam)
19
Lengkung Lingkaran
Tanpa Lengkung Transisi
Pada bentuk lengkung horizontal
tanpa adanya lengkung transisi
dan tidak ada peninggian rel yang
harus dicapai, berdasarkan pada
persamaan peninggian minimum,
yaitu :
V2
h 8,8 53,54
R
V2
Gaya sentrifugal = m.a =
R
Apabila t adalah waktu yang diperlukan untuk
berjalan melintasi lengkung transisi, maka :
L
t
V
dengan :
L : panjang lengkung transisi (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
21
Lengkung Transisi
Sehingga diperoleh persamaan:
m.a m.V 2 / R
=
t L /V
m.a V3
= m.
t R.L
a V3
=
t R.L
V 3.t
L=
a.R
Dengan digunakan 𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.0478.g maka dapat diperoleh :
V3
L = 0,06
R
22
Lengkung Transisi
Berdasarkan persamaan :
V2
h 5,95
R
Diperoleh :
L 0,01.h.V
dengan :
TS : titik pertemuan antara bagian lurus dengan lengkungtransisi
SC : titik pertemuan antara lengkung transisi dengan lengkung lingkaran
25
Lengkung Transisi
𝐿
P = − 𝑅 𝑠𝑖𝑛 α
2
k = 𝐿 − 𝑅 𝑠𝑖𝑛α
Bagian lurus
2
L Lurusan transisi
q R cos R Tikungan tajam
6.R
L panjang lengkung peralihan (Lh). Sedangkan lengkung transisi
berbentuk parabola dari TS melalui A hingga titik SC, mulai SC
didapatkan lengkung lingkaran.
Pada lengkung transisi tersebut terjadi pergeseran letak lengkung, yaitu
dari letak lengkung semula (original curve) yang tanpa lengkung transisi,
ke letak lengkung yang bergeser (shifted curve) karena mengunakan
lengkung transisi.
26
Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya
terletak bersambungan, akan membentuk suatu lengkung membalik
(reverse curve) dengan bentuk huruf S, sehingga dikenal sebagai
”lengkung S”. Antara kedua lengkung,yang berbeda arah sehingga
membentuk huruf S ini harus diberi bagian lurus minimum 20 meter di
luar lengkung transisi.
27
Percepatan Sentrifugal
Gaya sentrifugal fungsi dari massa benda dan percepatan
sentrifugal. Percepatan sentrifugal fungsi dari kecepatan dan
jari jari lengkung :
V2
a
R
dengan :
a = percepatan sentrifugal (m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2)
V = kecepatan(km/jam)
R = jari-jari lengkung (meter)
Gambar lengkung S
28
Percepatan Sentrifugal
Percepatan sentrifugal yang timbul berpengaruh pada :
— kenyamanan penumpang keretaapi,
— tergesernya (ke arah luar) barang-barang didalam kereta/gerbong/ lokomotif,dan
— gaya sentrifugal yang berpengaruh pada keausan rel dan bahaya tergulingnya kereta
api.
Untuk mengatasi pengaruh tersebut, dilakukan langkah berikut :
— pemilihan jari-jari lengkung horizontal (R) yang cukup besar,
— pembatasan kecepatan kereta api (V),dan
— peninggian rel sebelah luar.
Dengan pertimbangan kenyamanan penumpang tetap terjaga dan barang barang di dalam
kereta/gerbong/lokomotif tidak bergeser percepatan sentrifugal yang terjadi perlu
dibatasi :
𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.0478 .g
dengan :
g = percepatan gravitasi ( m/detik 2 )
29
PENINGGIAN REL
30
Peninggian Rel
Peninggian rel : akibat adanya gaya sentrifugal pada lengkung horizontal,
sehingga memerlukan peninggian pada bagian rel luarnya.
Kategori peninggian rel di dalam perancangan lengkung horizontal :
Peninggian Normal
Peninggian Minimum
Peninggian Maksimum
31
Peninggian Normal
Peninggain normal ditentukan berdasar pada kondisi komponen jalan rel
tidak ikut menahan gaya sentrifugal.
Pada kondisi ini gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh gaya berat saja :
8,82
R=
ℎ
atau
8,8.𝑉 2
h=
𝑅
110 k
4,3 R
2
R
dan dapat diperoleh k = 5,95, sehingga :
V2
hnormal 5,95
R
dengan :
V : kecepatan rencana (m/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal (m)
ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 : peninggian normal ( mm )
33
Peninggian Minimum
Peninggian minimum ditentukan
berdasarkan pada kondisi gaya
maksimum yang dapat ditahan oleh
komponen jalan rel dan kenyamanan
penumpang KA.
berdasarkan gambardisamping
disebutkan bahwa :
ℎ 𝐺 𝑉2
𝐺 = = . −𝐺 Keterangan :
R : jari-jari (meter)
𝑤 𝑔 𝑅 𝑔
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
maka : w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120mm
𝑤 .𝑉 2 𝑤. G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
h= 𝑔.𝑅
- 𝑔 h : peninggian rel (mm)
34
Peninggian Minimum
Karena beberapa faktorsebagai berikut :
w = 1120 mm
g = 9,81 (m/detik2)
a = 0,0478 . g (m/detik2)
Maka dapat diperoleh :
8,8 𝑉 2
h= - 53,536
𝑅
8,8 𝑉 2
h≈ - 53,54
𝑅
36
Peninggian Maksimum
Momen terhadap titik O ialah :
𝑤
𝑆𝐹 𝑥 𝐺 sin 𝛼 𝑥 𝑦 = 𝐺 𝑥 cos 𝛼 𝑥
2
𝑤
tan 𝛼 =
𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦
Sehingga :
Keterangan :
ℎ 𝑊 R : jari-jari (meter)
=
𝑊 𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦 D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
atau : roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
𝑊2 h : peninggian rel(mm)
𝑆𝐹 = SF : faktor keamanan terhadap bahaya
ℎ 𝑥 2 𝑥𝑦
guling
37
Peninggian Maksimum
Apabila digunakan h = hmaks = 110 mm, w = 1120 mm dany
untuk kereta/gerbong/lokomotif yang digunakan di
Indonesia = 1700 mm, maka :
SF = 3,35
38
Penggunaan Peninggian Rel
Peninggian rel pada lengkung horizontal ditentukan berdasarkan h
normal :
V2
hnormal 5,95 (mm)
R
Dengan beberapa batasan :
hmaks 110mm
V2
hmin 8,8 53,54(mm)
R
Berdasarkan pertimbangan penerapan di lapangan peninggian rel
yang diperoleh melalui perhitungan teoritis di atas, dibulatkan ke 5 mm
terdekat ke atas. Contoh : apabila dalam perhitiungan diperoleh h
= 3,5 mm maka peninggian rel yang digunakan ialah 5mm.
39
Penggunaan Peninggian Rel
Dalam pelaksanaannya peninggian rel dilakukan dengan cara
peninggian pada rel-luar, bukan menurunkan rel-dalam. Dengan
demikian peninggian rel dapat dicapai dengan cara menempatkan rel-dalam
tetap pada elevasinya dan rel-luar ditinggikan. Hal tersebut dipilih karena
pekerjaan meninggikan elevasi rel relatif lebih mudah dibandingkan
dengan menurunkan elevasi rel.
40
Penggunaan Peninggian Rel
Persamaan panjang minimum pada lengkung transisi :
Ph = 0,01 . h . V
dengan :
Ph = panjang minimum “panjang transisi” (m)
h = peninggian rel pada lengkung lingkaran (mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)
41
Peninggian Rel
42
Diagram Peninggian Rel
(Diagram Superelevasi)
43
Peninggian Rel di Lengkung Horizontal
berdasarkan Peninggian Normal
Peninggian rel (mm) pada setiap Kecepatan perancangan (km/jam)
Jarijari (m)
120 110 100 90 80 70 60
100
150 ----
200 110
250 ----- 90
300 ----- 100 75
350 110 85 65
400 ----- 100 75 55
450 110 85 65 50
500 ----- 100 80 60 45
550 105 90 70 55 40
600 100 85 65 50 40
650 ------ 90 75 60 50 35
700 105 85 70 55 45 35
750 ------ 100 80 65 55 40 30
800 110 90 75 65 50 40 30
850 105 85 70 60 45 35 30
900 100 80 70 55 45 35 25
950 95 80 65 55 45 35 25
1000 90 75 60 50 40 30 25
1100 80 70 55 45 35 30 20
1200 75 60 55 45 35 25 20
1300 70 60 50 40 30 25 20
1400 65 55 45 35 30 25 20
1500 60 50 40 35 30 20 15
1600 55 45 40 35 25 20 15
1700 55 45 35 30 25 20 15
1800 50 40 35 30 25 20 15
1900 50 40 35 30 25 20 15
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 10
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 44
Pelebaran Jalan Rel
Analisis untuk perlebaran jalan rel didasarkan pada
kereta/gerbong yang menggunakan dua gandar.
45
Pelebaran Jalan Rel
Posisi 1 : gandar depan mencapai
rel luar, gandar belakang pada
posisi bebas di antara rel dalam
dan rel luar. Posisi seperti ini
disebut sebagai Jalan bebas.
46
Pelebaran Jalan Rel
Posisi 3 : gandar depan
menempel pada rel luar, gandar
belakang menempel dan
menekan rel dalam. Baik gandar
depan maupun gandar belakang
tidak pada posisi radial terhadap
pusat lengkung horizontal.
48
Ukuran Gandar yang digunakan
di Indonesia
Penetapan besarnya pelebaran jalan rel PT Kereta Api
(Persero) dalam Peraturan Dinas nomor 10 menggunakan
ukuran- ukuran :
49
Gandar dan rel pada posisi 2
dengan :
u : jarak antara titik sentuh flens roda dengan tengah-tengah gandar (m)
d : jarak gandar (m)
c : kelonggaran flens terhadap tepi rel pada jalur lurus (mm)
R : jari jari lengkung (m)
P : perlebaran jalan rel (mm)
Ru : jari-jari lengkung luar (m) 50
Penyederhanaan posisi roda pada
waktu melintasi lengkung
( d + u )2 = R 2 – ( R – s )2
u u
( d + u ) = 2 . Ru . s –s2
51
Pelebaran Jalan Rel
Berdasarkan beberapa pertimbangan :
nilai 𝑠 2 sangat kecil dibandingkan dengan nilai 𝑅𝑢
nilai u sangat kecil dibandingkan dengan nilad
4500
p 8
dengan : R
p : pelebaran jalan rel (mm)
R : jari-jari lengkung (m)
53
Pelebaran Jalan Rel
— untuk jarak gandar depan terhadap gandar belakang (d) = 4 meter
(4.000 mm), diperoleh :
8000
p 8
R
Agar pada saat roda melewati lengkung horizontal masih memiliki
ruang tapak roda di atas rel yang cukup lebar, maka PT. KAI (persero)
menggunakan batasan pelebaran jalan rel maksimum (𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 ) yaitu 20
mm. Beberapa pelebaran jalan rel yang digunakan PT. KAI (persero) :
Jari-jari lengkung
Perlebaran rel Lebar jalan rel
horizontal (R), dalam
(mm) menjadi (mm)
satuan meter
R > 850 0 1067
550 < R < 850 5 1072
400 < R < 550 10 1077
350 < R < 400 15 1082
100 < R < 350 20 1087
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 54
Pelebaran Jalan Rel
Perlebaran jalan rel dibuat dengan cara menggeser rel-dalam ke arah dalam
(ke arah pusat lengkung). Seperti halnya pada peninggian rel, perlebaran
sepur dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak tetapi secara
berangsur-angsur sepanjang lengkung transisi atau ”panjang transisi”.
Menurut Honing (1975) pada jalan rel yang tidak menggunakan lengkung
transisi, perlebaran jalan rel dan peninggian rel dilakukan dengan rata
melewati suatu jarak (panjang transisi) antara 400 sampai 1000 x
peninggian rel.
Pada lengkung horizontal, untuk mengurangi gaya tekan roda
kereta/gerbong/lokomotif pada rel luar dan untuk menajaga terhadap
bahaya keluarnya roda rel (deraillement), pada rel dapat dipasang Rel
Penahan.
Penahan (anti deraillement) pada rel. Menurut Subarkah (1981)
menyatakan bahwa lebar celah antara rel-dalam dan rel penahan ialah
sebagai berikut :
— 65 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 150 meter
— 60 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 200 meter
55
Pelebaran Jalan Rel
Konstruksi rel penahan
56
Pelebaran Jalan Rel
Perlebaran sepur sesuai jari-jari lengkung horizontal :
Jari- jari (m) Perlebaran jalan rel menurut perhitungan (mm)
Jarak gandar = 4 m Jarak gandar = 3 m
1000 0
900 0,89
800 2,00
750 2,67
700 3,43
650 4,31
600 5,33
550 6,54 0,20
500 8,00 1,00
450 9,78 2,00
400 12,00 3,25
350 14,86 4,86
300 18,67 7,00
250 24,00 10,00
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 57
Contoh kasus kesalahan perancangan dan
kecelakaan pada alinemen horizontal
Pemilihan trase kurang baik Kecelakaan pada lengkung
59
PEMILIHAN TRASE
60
Keterangan : Alternatif Trase1 Alternatif Trase 2 Alternatif Trase 3 JalanRaya
B(7900,7990)
STA.036+130
Tikungan2
Tikungan1
Jembatan
A(2500,5300)
STA.030+000
61
Keterangan : Jembatan Sungai Trase Jalan Rel JalanRaya
Contoh Kasus Perancangan Alinemen Horizontal
Data perancangan yang digunakan :
62
Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat ditentukan berdasarkan perhitungan jarak
rencana garis trase, dimulai dari awal titik yang ditentukan hingga titik akhir
pada trase jalan rel tersebut.
dA1
64
Perhitungan Sudut Belok Pada Trase
Perhitungan Sudut pada setiap perubahan arah trase (tikungan) pada alinemen
horizontal, digunakan beberapa analisis :
(𝑦2 − 𝑦1)
Azimuth (α) = 90° + arc tan (𝑥2 − 𝑥1)
αA = 108,45 °
α1 = 108,45 °
α2 = 117,12 °
∆1 = | α1 – αA|
= | 139,79 – 108,45 |
= 31,34 °
∆1 = | α2 – α1 |
= | 117,12– 139,79 |
= 22,67 °
65
Data Rancangan Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan penentuan titik koordinat, diperoleh
jarak trase jalan rel secara horizontal. Perhitungan tersebut
digunakan untuk penentuan sudut azimuth dan sudut belok
seperti berikut :
A 2500 3500 - - -
66
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 1
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x 𝑉 2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉 𝑚 𝑎𝑘 𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 800)
𝑅
1102
= 5,95 x 800
= 89,994 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 800
- 53,54
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm 67
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 31,34 – 2 (3,55)
4 π 800
= 3,55 ° = 24,24 °
Lc = θc x 2 π R 99 m 338,28 m 99 m
360
Sisi luar
24,24
= x 2 π 800 = 338,28 m
360 90 mm
𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
993
= 99 - 40.8002 = 98,962 m
68
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,042 m
6 . 800 Tikungan 1
69
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 1 (track 1)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 798)
𝑅
1102
= 5,95 x 798
= 90,22 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 53,54
798
-
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan1
track 1 ini sebesar 91 mm
70
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 100,1
= = 31,34 – 2 (3,27)
4 π 798
= 3,27 ° = 24,8 °
𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
100,13
= 100,1 - 40.7892 = 100,06 m
71
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,092 m
6 .798 Tikungan 1 (Track 1)
72
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 1 (track 2)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
h = 5,95 x ; (R = 802)
𝑅
1102
= 5,95 x 802
= 89,77 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 802
- 53,54
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pa da tikungan 1
track 2 sebesar 90 mm
73
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆1 – 2.θ1
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 31,34 – 2 (3,54)
4 π 802
= 3,54 ° = 24,26 °
Lc = θc x 2 π R 99 m 339,4 m 99 m
360
Sisi luar
24,26
= x 2 π 802 = 339,4 m
360 90 cm
𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
993
= 99 - 40.8022 = 98,96 m
74
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,037 m
6 . 802 Tikungan 1 (Track 2)
75
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 2
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x 𝑉 2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉 𝑚 𝑎𝑘 𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 800)
𝑅
1102
= 5,95 x 800
= 89,994 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 800
- 53,54
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm 76
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆2 - 2 θ2
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 22,67 – 2 (3,55)
4 π 800
= 3,55 ° = 15,57 °
Lc = θc x 2 π R
99 m 217,28 m 99 m
360 Sisi luar
15.57
= x 2 π 800 = 217,288 m
360 90 mm
𝐿𝑠 3
x = Ls - Sisi dalam
40𝑅 2 TS2 SC2 CS2 ST2
993
= 99 - 40.8002 = 98,962 m
77
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,042 m Tikungan 2
6 . 800
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 98,962 – 800 sin (3,55) = 49,426
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,042 – 800 (1 – cos θs) = 0,507 m
h 90 mm
Et = (R + P) tan ∆2 - R s 3,550
2
22,67
= (800 + 0,507) sec - 800 = 16,432 m c 15,570
2
k 49,43 m
∆2
Tt = (R + P) tan +K
2 Et 16,43 m
22,67
= (800 + 0,507) tan + 49,426 = 209,89
2
Tt 209,89 m
L total = Lc + 2.Ls = 217,288 + 2 . 99 = 415,288 m
78
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 2 (track 1)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 798)
𝑅
1102
= 5,95 x 798
= 90,22 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 53,54
798
-
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan2
track 1 ini sebesar 91 mm
79
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θc = ; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 100,1
= = 22,67 – 2 . 3,6
4 π 798
= 3,6 ° = 15,47 °
𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS2 SC2 CS2 ST2
100,13
= 100,1 - 4 . 7892 = 99,71 m
80
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
100,12
= = 2,093 m Tikungan 2 (Track 1)
6 .798
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 99,71 – 798 sin (3,6) = 49,6
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,092 – 798 (1 – cos 3,6) = 0,518 m
h 91 mm
Et = (R + P) sec ∆2 - R s 3,60
2
22,67
= (798 + 0,518) sec - 798 = 16,4 c 15,470
2
k 49,6 m
∆2
Tt = (R + P) tan +K
2 Et 16,4 m
22,67
= (798 + 0,518) sec + 49,6 = 209,67
2 Tt 209,67 m
L total = Lc + 2.Ls = 215,35 + 2 . 100,1 = 415,55 m
81
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
Perhitungan pada Tikungan 2 (track 2)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 802)
𝑅
1102
= 5,95 x 802
= 89,77 mm
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 802
- 53,54
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan2
track 2 sebesar 90 mm
82
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θc = ; (R = 802) θc = ∆2 – 2.θ2
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 22,67 – 2 (3,54)
4 π 802
= 3,54 ° = 15,59 °
Lc = θc x 2 π R
99 m 218,11 m 99 m
360 Sisi luar
15,59
= x 2 π 802 = 218,11 m
360 90 mm
𝐿𝑠 3
x = Ls - Sisi dalam
4 𝑅2 TS2 SC2 CS2 ST2
993
= 99 - 4.8022 = 98,62 m
83
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,037 m Tikungan 2 (Track 2)
6 . 802
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 98,62 – 802 sin (3,54) = 49,1
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,037 – 802 (1 – cos 3,54) = 0,507 m
h 90 mm
Et = (R + P) tan ∆2 - R s 3,540
2
22,67
= (802 + 0,507) sec - 802 = 16,47 m c 15,590
2
∆1 k 49,1 m
Tt = (R + P) tan +K
2
22,67 Et 16,47 m
= (802 + 0,507) tan + 49,1 = 209,964
2
Tt 209,964 m
L total = Lc + 2.Ls = 218,11 + 2 . 99 = 416,11 m
84
Perhitungan Stasioning Titik Penting
Pada tikungan 1 :
Ts1 = Stasioning A + (dA1 – Tt1) ; A = 30 + 000
= 33+202,276
Sc1 = Stasioning Ts1 + Ls1
= 33 + 301,276
Cs1 = Stasioning Sc1 + Lc1
= 33 + 639,556
St1 = Stasioning Cs1 + Ls1
= 33 + 738,556
Ts2 = Stasioning St1 + (d12 – Tt1 –Tt2)
= 34 + 439,818
Sc2 = Stasioning Ts2 +Ls2
= 34 + 538,818
Cs2 = Stasioning Sc2 + Lc2
= 34 + 756,106
St2 = Stasioning Cs2 + Ls2
= 34 + 855,106
B = Stasioning St2 + (d2b – Tt2)
= 36 + 147,324
PP1 = Stasioning Sc1 + 0,5 . Lc2
= 33 + 470,416
PP2 = Stasioning Sc2 + 0,5 Lc2
=34 + 647,462
85
Data Analisis Pada Titik Penting
86
Gambar Potongan Pada Titik Penting
87
Gambar Potongan Pada Titik Penting
Potongan Melintang
Jembatan
88
Gambar Potongan Pada Titik Penting
89
Gambar Potongan Pada Titik Penting
90
Gambar Potongan Pada Titik Penting
91
Gambar Potongan Pada Titik Penting
92
Gambar Potongan Pada Titik Penting
93
Gambar Potongan Pada Titik Penting
94
Gambar Potongan Pada Titik Penting
Tampak atas
timbunan
95
Gambar Potongan Pada Titik Penting
Tampak atas
galian
96
Terima Kasih
97