Anda di halaman 1dari 97

1

Sub Pokok Bahasan


Tikungan lingkaran

Lebar Jalan Rel Tikungan lingkaran tanpa lengku ng

Tikungan transisi
Lengkung horizontal

Tikungan berbentuk S
Percepatan sentrifugal
Peninggian normal

Peninggian rel
Peninggian minimum

Peninggian maksimum
Pelebaran sepur

Penggunaan peninggian rel


2
Pengantar
• Geometri jalan rel  bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada
arah memanjang maupun arah melebar, meliputi : lebar jalan rel,
kelandaian, tikungan horizontal dan lengkung vertikal,
peninggian rel, pelebaran jalan rel.

• Geometri jalan rel direncanakan dan dirancang agar mencapai


hasil yang efektif, efisien, aman, nyaman, selamat, dan ekonomis.

3
LEBAR JALAN REL

4
Lebar Jalan
Rel
Indonesia menggunakan lebar Jalan Rel (track) 1067 mm (3
feet 6 inch) yang tergolong pada jaln rel sempit (jarak
terpendek rel yang satu sampai sisi dalam rel lainnya).

Gambar Kereta Api yang ada diIndonesia


5
Lebar Sepur
 Pada jalur lurus, besarnya lebar jalan relr
tetap yaitu 1067 (Indonesia) seperti
diilustrasikan pada gambar. Lebar jalan
rel dapat ditentukan berdasarkan rumus
berikut :

S = r + 2.f + 2.c

dengan ketentuan :
S : lebar sepur(mm)
r : jarak antara bagian terdalam roda
(mm)
f : tebal flens (mm)
c : celah antara tepi dalam flens
dengan kepala rel (mm)
Lebar jalan rel  Sedangkan pada lengkung horizontal,
1067 mm lebar sepur memerlukan perlebaran yang
ditentukan berdasarkan pada jari-jari
lengkung horisontalnya.

6
LENGKUNG
HORIZONTAL

7
Lengkung Horizontal
 Alinemen horizontal : proyeksi sumbu jalan rel pada bidang
horizontal yang terdiri atas lurus dan lengkungan.
 Lengkung horizontal merupakan bentuk proyeksi sumbu lurus jalan
rel berangsur-angsur merubah arah alinemennya secara horizontal.
Hal tersebut mempengaruhi besarnya diameter lengkung yang berbeda
pada rel bagian luar dan bagian dalam. Sehingga dapat pula
mempengaruhi besarnya perbedaan tinggi rel pada bagian dalam dan
luar, yang disesuaikan dengan kecepatan rencana kereta api melintas.

rel luar

rel dalam

8
Lengkung Horizontal
 Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya
sentrifugal kearah luar yang akan berakibat :
— rel luar mendapat tekanan yang lebih besardibandingkan dengan
rel dalam,
— keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan denganyang
terjadi pada rel dalam, dan
— bahaya tergulingnya keretaapi.

 Akibat adanya gaya sentrifugal tersebut,


maka lengkung horizontal
memerlukan peninggian pada rel luarnya. Sehingga perancangan
lengkung horizontal berkaitan berkaitan erat dengan analisis
peninggianrel.

9
Lengkung Horizontal

Beberapa jenis lengkung yang terdapat padalengkung


horizontal, sebagai berikut :

Lengkung Lingkaran

Lengkung Peralihan

Lengkung “S”

10
Lengkung Lingkaran
Lengkung lingkaran : dua bagian lurus yang perpanjangannya saling
membentuk sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran
dengan atau tanpa lengkung peralihan. Dalam perencanaan jalan rel, terdapat
berbagai kecepatan rencana serta besar jari-jari minimum yang diizinkan, sebagai
berikut :

Jari-jari minimum lengkung Jari-jari minimum lengkung


Kecepatan Rencana
lingkaran tanpa lengkungtransisi lingkaran dgn lengkungtransisi
(km/jam)
(m) (m)

120 2370 780


110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 11
Lengkung Lingkaran
 Pada saat kereta api melalui lengkung
horizontal, kedudukan kereta/gerbong/
lokomotif, gaya berat kereta, gaya
sentrifugal yang timbul dan dukungan
komponen struktur jalan rel, dapat
digambarkan dengangambar.

 Pada kedudukan seperti diilustrasikan


pada gambar, untuk berbagai kecepatan
yang akan direncanakan jari-jari minimum
Keterangan :
yang digunakan perlu ditinjau dari dua R : jari-jari lengkung (meter)
kondisi, seperti : D : dukungan komponen struktur jalanrel
— gaya sentrifugal yang timbul diimbangi C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
oleh gaya beratsaja. roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
— gaya sentrifugal yang timbul diimbangi
h : peninggian rel (mm)
oleh berat dan kemampuan dukung
komponen struktur jalanrel.
12
Lengkung Lingkaran
 Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat saja

Suatu kondisi dimana gaya sentrifugal yang timbul, tidak didukung olehgaya-gaya
lainnya. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:
m.V 2
dengan :
C
C : gaya sentrifugal
R
R : jari jari lengkung lingkaran (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
G
m = massa = ; g : percepatan grafitasi = 9,81 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
g
w.V 2
Sehingga : h
g.R Gaya
dengan satuan praktis yaitu: sentrifugal
V : kecepatan perancangan (km/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal, (meter)
w : jarak antara kedua titik kontak roda dan rel, sebesar 1120 mm,
h : peninggian rel pada lengkung horizontal, (mm)
g : percepatan gravitasi, sebesar 9,81 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2
13
Lengkung Lingkaran
 Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangioleh Gaya Berat saja

 Didapat :
8,8.V 2
h
R
 Sehingga :
8,8.V 2
R
h
 Dengan peninggian maksimum, ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 110 mm
maka :
8,8.V 2
R
110
Dengan demikian maka jari-jari minimum lengkung lingkaran pada kondisi ini ialah

R  0,08.V 2
min

dengan :
𝑅 𝑚𝑖𝑛 : jari-jari minimum (meter) yang diperlukan pada kondisi gaya sentrifugal yang timbul diimbangi
oleh gaya berat saja, dan menggunakan peninggian maksimum
V : Kecepatan perancangan (km/jam)

14
Lengkung Lingkaran
 Gaya Sentrifugal yang Timbul diimbangi oleh Gaya Berat dan Kemampuan
Dukung Komponen Struktural Jalan Rel

 Kemampuan dukung komponen struktur jalan rel yang dimaksud di sini


ialah kemampaun dukung total yang dapat diberikan oleh komponen
struktur jalan rel, yaitu : rel, sambungan rel, penambat rel, bantalan dan
balas.

 Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan
dukung komponen jalan rel, sehingga menimbulkan persamaan sebagai
berikut:
C cos  Gsin   Dcos c
mV 2
cos G sin D cos
R

 mV 2 
G sin     Dcos
 R 
mV 2
G tan  D
R 15
Lengkung Lingkaran

Besarnya dukungan komponen struktur jalan rel tergantung pada massa


dan percepatan sentrifugal, yaitu :
D = m.a
dengan :
a : percepatan sentrifugal (m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2)
m : massa (kg)
Gaya berat
Berdasarkan persamaan sudut berikut :
Dukungan
h
tan  struktur
w jalan

Maka dapat ditentukan :


Gaya
 V2 h
a  g sentrifugal

 g.R w 
16
Lengkung Lingkaran

Karena kecepatan kereta (V) masih dalam satuan km/jam, maka


diperlukan perubahan satuan ke dalam satuan m/detik, sehingga:
V2 h
a  0,007 g
R w
atau :
V2 h
a g
13R w

h V2
a g 
w 13R

V2
13R 
h
a g
w
17
Lengkung Lingkaran
 Percepatan sentrifugal (a) : besaran yang menyatakan berapakah besarnya
sentrifugal yang dengan satuan m/detik
 Berdasarkan tinjauan aspek keselamatan dan kenyamanan, besarnya
percepatan sentrifugal maksumum yang dianjurkan sebesar 0,0478.g,
sedangkan jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120 mm,
sehingga diperoleh persamaan :
V2
13R 
h
0,0478g  g
1120

Dikarenakan adanya peninggian maksimum (h maks) sebesar 110 mm, maka :


V2
13R 
110
0,0478g  g
1120
R = 0,0537 V
R = 0,054 V
18
Lengkung Lingkaran
Sehingga diperoleh persamaan untuk menentukan jari-jari minimum
sebagai berikut :

𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0.054 V2
dengan :
𝑅𝑚 𝑖 : jari-jari minimum (meter) yang dipelukan pada kondisigaya
sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan
kemampuan dukung komponen struktur jalan rel,serta
menggunakan peninggian maksimum,
V : Kecepatan perancangan (km/jam)

19
Lengkung Lingkaran
Tanpa Lengkung Transisi
Pada bentuk lengkung horizontal
tanpa adanya lengkung transisi
dan tidak ada peninggian rel yang
harus dicapai, berdasarkan pada
persamaan peninggian minimum,
yaitu :
V2
h  8,8  53,54
R

Karena h = 0 (tidak adapeninggian Lengkung tanpa transisi


rel), maka :
R = 0,164 V2
20
Lengkung Transisi
 Untuk mengurangi pengaruh perubahan gaya sentrifugal sehingga penumpang kereta
api tidak terganggu kenyamanannya, dapat digunakan lengkung transisi (transition
curve). Panjang lengkung transisi tergantung pada perubahan gaya sentrifugal tiap
satuan waktu, kecepatan, dan jari jari lengkung lingkaran. Untuk mendapatkan
panjang lengkung transisi dapat dijelaskan berikut:

V2
Gaya sentrifugal = m.a =
R
Apabila t adalah waktu yang diperlukan untuk
berjalan melintasi lengkung transisi, maka :
L
t
V
dengan :
L : panjang lengkung transisi (meter)
V : kecepatan kereta api (km/jam)
21
Lengkung Transisi
Sehingga diperoleh persamaan:
m.a m.V 2 / R
=
t L /V
m.a V3
= m.
t R.L
a V3
=
t R.L
V 3.t
L=
a.R
Dengan digunakan 𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.0478.g maka dapat diperoleh :

V3
L = 0,06
R

22
Lengkung Transisi
Berdasarkan persamaan :
V2
h  5,95
R
Diperoleh :

L  0,01.h.V

Oleh karena itu, makapanjang minimum lengkung transisi yang diperlukan


ialah :
Lh  0,01.h.V
dengan :
Lh = panjang minimum lengkung transisi (m)
H = peninggian rel pada lengkung lingkaran (mm)
V = kecepatan perancangan(km/jam)
R = jari-jari lengkung lingkaran (m)
23
Lengkung Transisi
 Diagram Kelengkungan pada Lengkung Transisi

Salh satu bentuk lengkung transisi ialah Cubic Parabola (parabola


pangkat tiga)
x3
Persamaan Cubic Parabola ialah sebagai berikut : y=
6.R.L
24
Lengkung Transisi
 Berdasarkan pada persamaan pangkat tiga tersebut, sebagian bentuk
lengkung transisi dan lengkung lingkarannya ditunjukkan pada gambar
di bawah. Pada gambar tersebut juga dapat dilihat letak lengkung transisi
dan lengkung lingkaran beserta titik-titik/bagian-bagian pentingnya.

dengan :
TS : titik pertemuan antara bagian lurus dengan lengkungtransisi
SC : titik pertemuan antara lengkung transisi dengan lengkung lingkaran
25
Lengkung Transisi
𝐿
P = − 𝑅 𝑠𝑖𝑛 α
2

k = 𝐿 − 𝑅 𝑠𝑖𝑛α
Bagian lurus
2
L Lurusan transisi
q  R cos R Tikungan tajam
6.R
L  panjang lengkung peralihan (Lh). Sedangkan lengkung transisi
berbentuk parabola dari TS melalui A hingga titik SC, mulai SC
didapatkan lengkung lingkaran.
Pada lengkung transisi tersebut terjadi pergeseran letak lengkung, yaitu
dari letak lengkung semula (original curve) yang tanpa lengkung transisi,
ke letak lengkung yang bergeser (shifted curve) karena mengunakan
lengkung transisi.

26
Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya
terletak bersambungan, akan membentuk suatu lengkung membalik
(reverse curve) dengan bentuk huruf S, sehingga dikenal sebagai
”lengkung S”. Antara kedua lengkung,yang berbeda arah sehingga
membentuk huruf S ini harus diberi bagian lurus minimum 20 meter di
luar lengkung transisi.

Gambar Bentuk Lengkung S

27
Percepatan Sentrifugal
 Gaya sentrifugal  fungsi dari massa benda dan percepatan
sentrifugal. Percepatan sentrifugal  fungsi dari kecepatan dan
jari jari lengkung :

V2
a
R

dengan :
a = percepatan sentrifugal (m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘2)
V = kecepatan(km/jam)
R = jari-jari lengkung (meter)
Gambar lengkung S

28
Percepatan Sentrifugal
 Percepatan sentrifugal yang timbul berpengaruh pada :
— kenyamanan penumpang keretaapi,
— tergesernya (ke arah luar) barang-barang didalam kereta/gerbong/ lokomotif,dan
— gaya sentrifugal yang berpengaruh pada keausan rel dan bahaya tergulingnya kereta
api.
 Untuk mengatasi pengaruh tersebut, dilakukan langkah berikut :
— pemilihan jari-jari lengkung horizontal (R) yang cukup besar,
— pembatasan kecepatan kereta api (V),dan
— peninggian rel sebelah luar.
 Dengan pertimbangan kenyamanan penumpang tetap terjaga dan barang barang di dalam
kereta/gerbong/lokomotif tidak bergeser  percepatan sentrifugal yang terjadi perlu
dibatasi :

𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0.0478 .g
dengan :
g = percepatan gravitasi ( m/detik 2 )
29
PENINGGIAN REL

30
Peninggian Rel
Peninggian rel : akibat adanya gaya sentrifugal pada lengkung horizontal,
sehingga memerlukan peninggian pada bagian rel luarnya.
Kategori peninggian rel di dalam perancangan lengkung horizontal :

Peninggian Normal

Peninggian Minimum

Peninggian Maksimum

31
Peninggian Normal
Peninggain normal ditentukan berdasar pada kondisi komponen jalan rel
tidak ikut menahan gaya sentrifugal.
Pada kondisi ini gaya sentrifugal sepenuhnya diimbangi oleh gaya berat saja :
8,82
R=

atau
8,8.𝑉 2
h=
𝑅

Juga telah disebutkan bahwa:


𝑅 𝑚𝑖𝑛 = 0,054 V 2
atau
𝑉 = 4,3 √𝑅
32
Peninggian Normal
 Persamaan tentang hubungan antara h dengan V dan R diwujudkan dalam
bentuk :
V2
h k
R
dengan hmaksimum = 110 mm, maka :

110  k

4,3 R 
2

R
dan dapat diperoleh k = 5,95, sehingga :
V2
hnormal  5,95
R
dengan :
V : kecepatan rencana (m/jam)
R : jari-jari lengkung horizontal (m)
ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 : peninggian normal ( mm )
33
Peninggian Minimum
Peninggian minimum ditentukan
berdasarkan pada kondisi gaya
maksimum yang dapat ditahan oleh
komponen jalan rel dan kenyamanan
penumpang KA.

berdasarkan gambardisamping
disebutkan bahwa :
ℎ 𝐺 𝑉2
𝐺 = = . −𝐺 Keterangan :
R : jari-jari (meter)
𝑤 𝑔 𝑅 𝑔
D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
maka : w : jarak antara kedua titik kontak antara
roda dengan kepala rel, sebesar 1120mm
𝑤 .𝑉 2 𝑤. G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
h= 𝑔.𝑅
- 𝑔 h : peninggian rel (mm)

34
Peninggian Minimum
Karena beberapa faktorsebagai berikut :
w = 1120 mm
g = 9,81 (m/detik2)
a = 0,0478 . g (m/detik2)
Maka dapat diperoleh :

8,8 𝑉 2
h= - 53,536
𝑅
8,8 𝑉 2
h≈ - 53,54
𝑅

sehingga dapat digunakan persamaan peninggian mimimum :


8,8 𝑉 2
ℎ 𝑚𝑖𝑛 = - 53,54
𝑅
dengan :
ℎ 𝑚𝑖𝑛 = peninggian minimum(mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)
R = jari-jari lengkung horizontal (m)
35
Peninggian Maksimum
Peninggian maksimum ditentukan berdasarkan pada stabilitas
kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan
pembatasan kemiringan maksimum sebesar10%.

Apabila kemiringan melebihi 10% maka benda-benda yang terletak


pada lantai kereta api dapat bergeser ke sisi dalam. Dengan digunakan
kemiringan maksimum 10% peninggian rel maksimum yang
digunakan ialah 110 mm.

Faktor keamanan terhadap bahaya guling kereta/gerbong/lokomotif


saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan peninggian rel
sebesar 110 mm.

36
Peninggian Maksimum
Momen terhadap titik O ialah :
𝑤
𝑆𝐹 𝑥 𝐺 sin 𝛼 𝑥 𝑦 = 𝐺 𝑥 cos 𝛼 𝑥
2
𝑤
tan 𝛼 =
𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦

Sehingga :
Keterangan :
ℎ 𝑊 R : jari-jari (meter)
=
𝑊 𝑆𝐹 𝑥 2 𝑥 𝑦 D : dukungan komponen struktur jalan rel
C : gaya sentrifugal
w : jarak antara kedua titik kontak antara
atau : roda dengan kepala rel, sebesar 1120 mm
G : berat kereta/gerbong/lokomotif (kg)
𝑊2 h : peninggian rel(mm)
𝑆𝐹 = SF : faktor keamanan terhadap bahaya
ℎ 𝑥 2 𝑥𝑦
guling
37
Peninggian Maksimum
Apabila digunakan h = hmaks = 110 mm, w = 1120 mm dany
untuk kereta/gerbong/lokomotif yang digunakan di
Indonesia = 1700 mm, maka :
SF = 3,35

Faktor kemanan terhadap bahaya guling pada saat


berhenti di bagian lengkung horizontal dengan hmaks
sebesar 110 mm  sekitar3,3.

38
Penggunaan Peninggian Rel
Peninggian rel pada lengkung horizontal ditentukan berdasarkan h
normal :
V2
hnormal  5,95 (mm)
R
Dengan beberapa batasan :

hmaks 110mm
V2
hmin  8,8  53,54(mm)
R
Berdasarkan pertimbangan penerapan di lapangan  peninggian rel
yang diperoleh melalui perhitungan teoritis di atas, dibulatkan ke 5 mm
terdekat ke atas. Contoh : apabila dalam perhitiungan diperoleh h
= 3,5 mm maka peninggian rel yang digunakan ialah 5mm.
39
Penggunaan Peninggian Rel
Dalam pelaksanaannya  peninggian rel dilakukan dengan cara
peninggian pada rel-luar, bukan menurunkan rel-dalam. Dengan
demikian peninggian rel dapat dicapai dengan cara menempatkan rel-dalam
tetap pada elevasinya dan rel-luar ditinggikan. Hal tersebut dipilih karena
pekerjaan meninggikan elevasi rel relatif lebih mudah dibandingkan
dengan menurunkan elevasi rel.

Peninggian rel dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak, tetapi


berangsur-angsur dihilangkan berdasarkan lengkung transisi.

Pada keadaan lengkung horizontal tanpa lengkung transisi, peninggian rel


dicapai dan dihilangkan berangsur angsur sepanjang suatu “panjang
transisi” dengan batasan panjang minimum yang pada dasarnya dapat
dihitung dengan persamaan Lh = 0,01 . h .V

40
Penggunaan Peninggian Rel
Persamaan panjang minimum pada lengkung transisi :
Ph = 0,01 . h . V

dengan :
Ph = panjang minimum “panjang transisi” (m)
h = peninggian rel pada lengkung lingkaran (mm)
V = kecepatan perancangan (km/jam)

41
Peninggian Rel

Gambar peninggian rel pada doubletrack

42
Diagram Peninggian Rel
(Diagram Superelevasi)

43
Peninggian Rel di Lengkung Horizontal
berdasarkan Peninggian Normal
Peninggian rel (mm) pada setiap Kecepatan perancangan (km/jam)
Jarijari (m)
120 110 100 90 80 70 60
100
150 ----
200 110
250 ----- 90
300 ----- 100 75
350 110 85 65
400 ----- 100 75 55
450 110 85 65 50
500 ----- 100 80 60 45
550 105 90 70 55 40
600 100 85 65 50 40
650 ------ 90 75 60 50 35
700 105 85 70 55 45 35
750 ------ 100 80 65 55 40 30
800 110 90 75 65 50 40 30
850 105 85 70 60 45 35 30
900 100 80 70 55 45 35 25
950 95 80 65 55 45 35 25
1000 90 75 60 50 40 30 25
1100 80 70 55 45 35 30 20
1200 75 60 55 45 35 25 20
1300 70 60 50 40 30 25 20
1400 65 55 45 35 30 25 20
1500 60 50 40 35 30 20 15
1600 55 45 40 35 25 20 15
1700 55 45 35 30 25 20 15
1800 50 40 35 30 25 20 15
1900 50 40 35 30 25 20 15
2000 45 40 30 25 20 15 15
2500 35 30 25 20 20 15 10
3000 30 25 20 20 15 10 10
3500 25 25 20 15 15 10 10
4000 25 20 15 15 10 10 10
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 44
Pelebaran Jalan Rel
Analisis untuk perlebaran jalan rel didasarkan pada
kereta/gerbong yang menggunakan dua gandar.

Dua gandar  gandar depan dan gandar belakang yang


merupakan satu kesatuan yang teguh, disebut sebagai
Gandar teguh (rigid wheel base).

Gandar belakang akan tetap sejajar dengan gandar depan,


sehingga pada waktu kereta dengan gandar teguh melalui
suatu lengkung, akan terdapat 4 kemungkingan posisi.

45
Pelebaran Jalan Rel
Posisi 1 : gandar depan mencapai
rel luar, gandar belakang pada
posisi bebas di antara rel dalam
dan rel luar. Posisi seperti ini
disebut sebagai Jalan bebas.

Posisi 2 : gandar depan mencapai


rel luar, gandar belakang
menempel pada rel dalam tetapi
tidak menekan, dan gandar
belakang posisinya radial
terhadap pusat lengkung
horizontal.

46
Pelebaran Jalan Rel
Posisi 3 : gandar depan
menempel pada rel luar, gandar
belakang menempel dan
menekan rel dalam. Baik gandar
depan maupun gandar belakang
tidak pada posisi radial terhadap
pusat lengkung horizontal.

Posisi 4 : gandar depan dan


gandar belakang menempel pada
rel luar. Posisi ini dapat terjadi
pada kereta/gerbong dengan
kecepatan yang tinggi. Posisi 4 ini
disebut Jalan Tali Busur.
47
Pelebaran Jalan Rel
Gaya tekan yang ditimbulkan akibat terjadi kondisi terjepitnya
roda kereta/gerbong akan mengakibatkan keausan rel dan
roda  perlu dilakukan perlebaran padajalan rel

Ukuran perlebaran sepur dipengaruhi oleh beberapa faktor :


— Jari-jari lengkung horizontal
— Jarak gandar depan dan gandar belakang pada gambar
— Kondisi keausan roda kereta dan rel

48
Ukuran Gandar yang digunakan
di Indonesia
 Penetapan besarnya pelebaran jalan rel PT Kereta Api
(Persero) dalam Peraturan Dinas nomor 10 menggunakan
ukuran- ukuran :

49
Gandar dan rel pada posisi 2

dengan :
u : jarak antara titik sentuh flens roda dengan tengah-tengah gandar (m)
d : jarak gandar (m)
c : kelonggaran flens terhadap tepi rel pada jalur lurus (mm)
R : jari jari lengkung (m)
P : perlebaran jalan rel (mm)
Ru : jari-jari lengkung luar (m) 50
Penyederhanaan posisi roda pada
waktu melintasi lengkung

( d + u )2 = R 2 – ( R – s )2
u u

( d + u ) = 2 . Ru . s –s2
51
Pelebaran Jalan Rel
Berdasarkan beberapa pertimbangan :
 nilai 𝑠 2 sangat kecil dibandingkan dengan nilai 𝑅𝑢
 nilai u sangat kecil dibandingkan dengan nilad

maka persamaan ( d + u ) = 2 . Ru . s – s2 dapat disederhanakan menjadi:


d2
s
2.Ru
atau :
d2
2c  p 
2.Ru
Bila Ru = R, maka :
d2
p  2.c
2.R
52
Pelebaran Jalan Rel
 Besarnya Perlebaran jalan rel (p) dipengaruhi oleh :
— jarak gandar depan dan gandar belakang
— kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rel pada sepur
lurus
— jari-jari lengkung horizontal
— Untuk lebar sepur 1067 mm, PT. Kereta Api (persero) menggunakan
c = 4 mm. Dengan digunakannya R dalam satuan m, maka apabila
jarak gandar depan terhadap gandar belakang (d) = 3 meter
(3000mm), diperoleh :

4500
p 8
dengan : R
p : pelebaran jalan rel (mm)
R : jari-jari lengkung (m)
53
Pelebaran Jalan Rel
— untuk jarak gandar depan terhadap gandar belakang (d) = 4 meter
(4.000 mm), diperoleh :
8000
p 8
R
 Agar pada saat roda melewati lengkung horizontal masih memiliki
ruang tapak roda di atas rel yang cukup lebar, maka PT. KAI (persero)
menggunakan batasan pelebaran jalan rel maksimum (𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 ) yaitu 20
mm. Beberapa pelebaran jalan rel yang digunakan PT. KAI (persero) :

Jari-jari lengkung
Perlebaran rel Lebar jalan rel
horizontal (R), dalam
(mm) menjadi (mm)
satuan meter
R > 850 0 1067
550 < R < 850 5 1072
400 < R < 550 10 1077
350 < R < 400 15 1082
100 < R < 350 20 1087
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 54
Pelebaran Jalan Rel
 Perlebaran jalan rel dibuat dengan cara menggeser rel-dalam ke arah dalam
(ke arah pusat lengkung). Seperti halnya pada peninggian rel, perlebaran
sepur dicapai dan dihilangkan tidak secara mendadak tetapi secara
berangsur-angsur sepanjang lengkung transisi atau ”panjang transisi”.
 Menurut Honing (1975) pada jalan rel yang tidak menggunakan lengkung
transisi, perlebaran jalan rel dan peninggian rel dilakukan dengan rata
melewati suatu jarak (panjang transisi) antara 400 sampai 1000 x
peninggian rel.
 Pada lengkung horizontal, untuk mengurangi gaya tekan roda
kereta/gerbong/lokomotif pada rel luar dan untuk menajaga terhadap
bahaya keluarnya roda rel (deraillement), pada rel dapat dipasang Rel
Penahan.
 Penahan (anti deraillement) pada rel. Menurut Subarkah (1981)
menyatakan bahwa lebar celah antara rel-dalam dan rel penahan ialah
sebagai berikut :
— 65 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 150 meter
— 60 mm untuk jari-jari lengkung horizontal sebesar 200 meter
55
Pelebaran Jalan Rel
Konstruksi rel penahan

56
Pelebaran Jalan Rel
Perlebaran sepur sesuai jari-jari lengkung horizontal :
Jari- jari (m) Perlebaran jalan rel menurut perhitungan (mm)
Jarak gandar = 4 m Jarak gandar = 3 m
1000 0
900 0,89
800 2,00
750 2,67
700 3,43
650 4,31
600 5,33
550 6,54 0,20
500 8,00 1,00
450 9,78 2,00
400 12,00 3,25
350 14,86 4,86
300 18,67 7,00
250 24,00 10,00
Sumber : Peraturan Dinas Nomor 10, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 57
Contoh kasus kesalahan perancangan dan
kecelakaan pada alinemen horizontal
Pemilihan trase kurang baik Kecelakaan pada lengkung

Kecelakaan pada peninggianrel


58
PERANCANGAN
ALINEMEN
HORIZONTAL

59
PEMILIHAN TRASE

60
Keterangan : Alternatif Trase1 Alternatif Trase 2 Alternatif Trase 3 JalanRaya
B(7900,7990)
STA.036+130

Tikungan2

Tikungan1

Jembatan

A(2500,5300)
STA.030+000
61
Keterangan : Jembatan Sungai Trase Jalan Rel JalanRaya
Contoh Kasus Perancangan Alinemen Horizontal
Data perancangan yang digunakan :

1. Penentuan koordinat titik :


a. Koordinat titik A (awal) = (2500 , 5300)
b. Azimut titik A (awal) = 108,45°
c. Kapasitas angkut yang dilayani = 10 x 106 s.d. 20 x 106 ton/tahun
– Kecepatan rencana = 110 km/jam
– Penambat = pendrol
– Bantalan = beton
– Jarak antar bantalan = 600 mm
– Beban gandar maksimal = 18 ton
– Tipe rel = R.54
– Tebal balas atas = 30 cm
– Tebal balas bawah = 25 cm
d. Jenis track = double track
e. Stasioning titik A (awal) = 30 + 000
f. Jumlah tikungan =2
g. Lebar sepur = 1067 mm

62
Penentuan Titik Koordinat
Penentuan titik koordinat ditentukan berdasarkan perhitungan jarak
rencana garis trase, dimulai dari awal titik yang ditentukan hingga titik akhir
pada trase jalan rel tersebut.

Koordinat titik seperti diilustrasikan pada gambar:


A (2500 ; 5300) PP2 (6562,5 ; 7305)
PP1 (5797,5 ; 6400) B (7900 ; 7990) 63
Penentuan Jarak atau Panjang Trase
Penentuan jarak antar titik pada alinemenhorizontal

dA1 = (5797,5 − 2500)2 + (6400 − 5300)2


= 3476,13 m

d12 = (6562,5 − 5797,5)2 + (7305 − 6400)2


= 1185,01 m

dB2 = (7900 − 6562,5)2 + (7990 − 7305)2


= 1502, 71 m
dB2
Total Jarak = dA1 + d12 + dB2
= 3476,134 + 1185,01 + 1502,708
= 6163,85 m d12

dA1

64
Perhitungan Sudut Belok Pada Trase
Perhitungan Sudut pada setiap perubahan arah trase (tikungan) pada alinemen
horizontal, digunakan beberapa analisis :

(𝑦2 − 𝑦1)
Azimuth (α) = 90° + arc tan (𝑥2 − 𝑥1)

αA = 108,45 °
α1 = 108,45 °
α2 = 117,12 °

Sudut belok (∆), ditentukan berdasarkan perbandingan antara satu sudut


azimuth ke sudut azimuth lainnya

∆1 = | α1 – αA|
= | 139,79 – 108,45 |
= 31,34 °

∆1 = | α2 – α1 |
= | 117,12– 139,79 |
= 22,67 °
65
Data Rancangan Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan penentuan titik koordinat, diperoleh
jarak trase jalan rel secara horizontal. Perhitungan tersebut
digunakan untuk penentuan sudut azimuth dan sudut belok
seperti berikut :

Koordinat Sudut Sudut


Titik Jarak
x y azimuth Belok

A 2500 3500 - - -

PP1 5797,5 6400 3476,13 108,45 31,34

PP2 6562,5 7305 1185,01 139,79 22,67

B 7900 7990 1502,71 117,12 -

66
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 1
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x 𝑉 2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉 𝑚 𝑎𝑘 𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 800)
𝑅
1102
= 5,95 x 800
= 89,994 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 800
- 53,54
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm 67
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 31,34 – 2 (3,55)
4 π 800
= 3,55 ° = 24,24 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R 99 m 338,28 m 99 m
360
Sisi luar
24,24
= x 2 π 800 = 338,28 m
360 90 mm

𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
993
= 99 - 40.8002 = 98,962 m
68
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,042 m
6 . 800 Tikungan 1

K = x – R . Sin θs Jenis S-C-S


= 98,962 – 800 sin (3,55) = 49,426 Vmax 110 km/jam
Rrencana 800 m
P = y – R (1 – cosθs)
1 31,34”
= 2,042 – 800 (1 – cos θs) = 0,507 m
h 90 mm
Et = (R + P) tan ∆1 - R
2 s 3,550
31,34
= (800 + 0,507) sec - 800 = 30,93 m
2 c 24,240
k 49,426 m
Tt = (R + P) tan ∆1 + K
2
31,34 Et 30,93 m
= (800 + 0,507) tan + 49,426 = 273,858 m
2
Tt 273,858 m
L total = Lc + 2.Ls = 338,28 + 2 . 99 = 536,28 m

69
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 1 (track 1)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 798)
𝑅
1102
= 5,95 x 798
= 90,22 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 53,54
798
-
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan1
track 1 ini sebesar 91 mm
70
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 100,1
= = 31,34 – 2 (3,27)
4 π 798
= 3,27 ° = 24,8 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R 100,1m 345,23 m 100,1 m


360
24,8 Sisi luar
= x 2 π 798 = 345,23 m
360 91 mm

𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
100,13
= 100,1 - 40.7892 = 100,06 m
71
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,092 m
6 .798 Tikungan 1 (Track 1)

K = x – R . Sin θs Jenis S-C-S


= 100,06 – 798 sin (3,27) = 54,54 Vmax 110 km/jam
Rrencana 800 m
P = y – R (1 – cosθs)
1 31,34”
= 2,092 – 798 (1 – cos 3,27) = 0,793 m
h 91 mm
Et = (R + P) tan ∆1 - R
2 s 3,270
31,34
= (800 + 0,507) sec - 800 = 30,93 m
2 c 24,80
k 54,54 m
Tt = (R + P) tan ∆1 + K
2
31,34 Et 30,93 m
= (798 + 0,793) sec + 54,54 = 278,62 m
2
Tt 278,62 m
L total = Lc + 2.Ls = 345,23 + 2 . 100,1 = 545,43 m

72
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 1 (track 2)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
h = 5,95 x ; (R = 802)
𝑅
1102
= 5,95 x 802
= 89,77 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 802
- 53,54
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pa da tikungan 1
track 2 sebesar 90 mm
73
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆1 – 2.θ1
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 31,34 – 2 (3,54)
4 π 802
= 3,54 ° = 24,26 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R 99 m 339,4 m 99 m
360
Sisi luar
24,26
= x 2 π 802 = 339,4 m
360 90 cm

𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS1 SC1 CS1 ST1
993
= 99 - 40.8022 = 98,96 m
74
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,037 m
6 . 802 Tikungan 1 (Track 2)

K = x – R . Sin θs Jenis S-C-S


= 98,96 – 802 sin (3,54) = 49,44 Vmax 110 km/jam
Rrencana 800 m
P = y – R (1 – cosθs)
1 31,34”
= 2,037 – 802 (1 – cos 3,54) = 0,507 m
h 90 mm
Et = (R + P) tan ∆1 - R
2 s 3,540
31,34
= (802 + 0,507) sec - 802 = 31,48 m
2 c 24,260
k 49,44 m
Tt = (R + P) tan ∆1 + K
2
31,34 Et 31,48 m
= (802 + 0,507) tan + 49,44 = 274,56 m
2
Tt 274,56 m
L total = Lc + 2.Ls = 339,4 + 2 . 99 = 537,4 m

75
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 2
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam
Rmin = 0,054 x 𝑉 2
= 0,054 x 1102
= 653,4 m
Rrencana = 800 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉 𝑚 𝑎𝑘 𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 800)
𝑅
1102
= 5,95 x 800
= 89,994 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 800
- 53,54
= 79,56 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) sebesar 90 mm 76
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θs = ; (R = 800) θc = ∆2 - 2 θ2
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 22,67 – 2 (3,55)
4 π 800
= 3,55 ° = 15,57 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R
99 m 217,28 m 99 m
360 Sisi luar
15.57
= x 2 π 800 = 217,288 m
360 90 mm

𝐿𝑠 3
x = Ls - Sisi dalam
40𝑅 2 TS2 SC2 CS2 ST2
993
= 99 - 40.8002 = 98,962 m
77
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,042 m Tikungan 2
6 . 800
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 98,962 – 800 sin (3,55) = 49,426
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,042 – 800 (1 – cos θs) = 0,507 m
h 90 mm

Et = (R + P) tan ∆2 - R s 3,550
2
22,67
= (800 + 0,507) sec - 800 = 16,432 m c 15,570
2
k 49,43 m
∆2
Tt = (R + P) tan +K
2 Et 16,43 m
22,67
= (800 + 0,507) tan + 49,426 = 209,89
2
Tt 209,89 m
L total = Lc + 2.Ls = 217,288 + 2 . 99 = 415,288 m

78
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 2 (track 1)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800 – 2 = 798 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 798)
𝑅
1102
= 5,95 x 798
= 90,22 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
hmin = 8,8 x 2
𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 53,54
798
-
= 79,89 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan2
track 1 ini sebesar 91 mm
79
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 91 x 110
= 100,1 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θc = ; (R = 798) θc = ∆1 - 2 θ1
4π𝑅
360 𝑥 100,1
= = 22,67 – 2 . 3,6
4 π 798
= 3,6 ° = 15,47 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R 100,1 m 215,71 m 100,1 m


360
Sisi luar
15,47
= x 2 π 798 = 215,35 m
360 91 mm

𝐿𝑠 3
x = Ls - 40𝑅2 Sisi dalam
TS2 SC2 CS2 ST2
100,13
= 100,1 - 4 . 7892 = 99,71 m
80
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
100,12
= = 2,093 m Tikungan 2 (Track 1)
6 .798
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 99,71 – 798 sin (3,6) = 49,6
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,092 – 798 (1 – cos 3,6) = 0,518 m
h 91 mm

Et = (R + P) sec ∆2 - R s 3,60
2
22,67
= (798 + 0,518) sec - 798 = 16,4 c 15,470
2
k 49,6 m
∆2
Tt = (R + P) tan +K
2 Et 16,4 m
22,67
= (798 + 0,518) sec + 49,6 = 209,67
2 Tt 209,67 m
L total = Lc + 2.Ls = 215,35 + 2 . 100,1 = 415,55 m

81
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
 Perhitungan pada Tikungan 2 (track 2)
a. Perancangan lengkung horizontal
Vmaks = 110 km/jam
Vrencana = 110 km/jam Rrencana
= 800+2 = 802 m
b. Perancangan peninggian rel
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
h = 5,95 x 2 ; (R = 802)
𝑅
1102
= 5,95 x 802
= 89,77 mm

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2
hmin = 8,8 x 𝑅
- 53,54
1102
= 8,8 x 802
- 53,54
= 79,23 mm
hmin < h
Sehingga digunakan peninggian rel (h) pada tikungan2
track 2 sebesar 90 mm

82
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
c. Panjang lengkung peralihan
Ls = 0,01 x h xVmaks
= 0,01 x 90 x 110
= 99 mm
d. Sudut lengkung peralihan dan sudut lengkung lingkaran
360 𝑥 𝐿𝑠
θc = ; (R = 802) θc = ∆2 – 2.θ2
4π𝑅
360 𝑥 99
= = 22,67 – 2 (3,54)
4 π 802
= 3,54 ° = 15,59 °

e. Panjang lengkung lingkaran LS LC LS

Lc = θc x 2 π R
99 m 218,11 m 99 m
360 Sisi luar
15,59
= x 2 π 802 = 218,11 m
360 90 mm

𝐿𝑠 3
x = Ls - Sisi dalam
4 𝑅2 TS2 SC2 CS2 ST2
993
= 99 - 4.8022 = 98,62 m
83
Perhitungan Lengkung Horizontal & Peninggian Rel
𝐿𝑠 2
y=
6𝑅
992
= = 2,037 m Tikungan 2 (Track 2)
6 . 802
Jenis S-C-S
K = x – R . Sin θs
Vmax 110 km/jam
= 98,62 – 802 sin (3,54) = 49,1
Rrencana 802 m
P = y – R (1 – cosθs) 2 22,67”
= 2,037 – 802 (1 – cos 3,54) = 0,507 m
h 90 mm

Et = (R + P) tan ∆2 - R s 3,540
2
22,67
= (802 + 0,507) sec - 802 = 16,47 m c 15,590
2

∆1 k 49,1 m
Tt = (R + P) tan +K
2
22,67 Et 16,47 m
= (802 + 0,507) tan + 49,1 = 209,964
2
Tt 209,964 m
L total = Lc + 2.Ls = 218,11 + 2 . 99 = 416,11 m

84
Perhitungan Stasioning Titik Penting
Pada tikungan 1 :
Ts1 = Stasioning A + (dA1 – Tt1) ; A = 30 + 000
= 33+202,276
Sc1 = Stasioning Ts1 + Ls1
= 33 + 301,276
Cs1 = Stasioning Sc1 + Lc1
= 33 + 639,556
St1 = Stasioning Cs1 + Ls1
= 33 + 738,556
Ts2 = Stasioning St1 + (d12 – Tt1 –Tt2)
= 34 + 439,818
Sc2 = Stasioning Ts2 +Ls2
= 34 + 538,818
Cs2 = Stasioning Sc2 + Lc2
= 34 + 756,106
St2 = Stasioning Cs2 + Ls2
= 34 + 855,106
B = Stasioning St2 + (d2b – Tt2)
= 36 + 147,324
PP1 = Stasioning Sc1 + 0,5 . Lc2
= 33 + 470,416
PP2 = Stasioning Sc2 + 0,5 Lc2
=34 + 647,462
85
Data Analisis Pada Titik Penting

• Setelah dilakukan analisis


perhitungan pada titik-titik
penting  diperoleh data analisis
pada titik-titik lainnya. Sehingga
memudahkan perencana dalam
penentuan titik dan membantu
dalam pengambilan keputusan
penting di lapangan.

• Kontraktor sebagai pelaksana di


lapangan dapat dengan mudah
mengikuti instruksi Perencana
dalam pelaksanaan pembangunan
jalan rel dari sudut pandang
alinemen horizontalnya.

86
Gambar Potongan Pada Titik Penting

87
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Potongan Melintang
Jembatan

88
Gambar Potongan Pada Titik Penting

89
Gambar Potongan Pada Titik Penting

90
Gambar Potongan Pada Titik Penting

91
Gambar Potongan Pada Titik Penting

92
Gambar Potongan Pada Titik Penting

93
Gambar Potongan Pada Titik Penting

94
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Tampak atas
timbunan

Gambar potongan padatimbunan

95
Gambar Potongan Pada Titik Penting

Tampak atas
galian

Gambar potongan padatimbunan

96
Terima Kasih

97

Anda mungkin juga menyukai