Anda di halaman 1dari 50

Karakteristik

Moda Angkutan Umum

Mata Kuliah: Sistem Angkutan Massal

Fakultas Teknik - Universitas Sebelas Maret Surakarta - Indonesia


Karakteristik Moda Angkutan Umum
Vuchic (1981) membagi karakteristik moda angkutan umum
menjadi tiga macam:
A. Kategori right of way (ROW),
B. Teknologi , dan
C. Jenis pelayanan.

A. Right of Way adalah tingkat kemudahan suatu moda dalam


beroperasi. Terdiri dari tiga tipe: tipe C, B,dan A.
Tingkat kemudahan suatu moda dalam beroperasi sangat
terkait erat dengan tingkat eksklusifitas prasarana yang
tersedia untuknya.
 Semakin eksklusif prasarana yang tersedia untuk suatu
moda, maka semakin tinggi tingkat kemudahan dalam
merancang karakteristik perjalanannya.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Tipe ROW C dikategorikan sebagai moda transportasi yang tidak mampu


mengontrol karakteristik atribut operasionalnya sendiri seperti kecepatan,
waktu tempuh, dan jadwal.
Tingkat kemampuan mengontrol sangat tergantung pada tingkat
gangguan dari moda yang lain sehingga performance indicator (PI)
sangat tergantung pada moda lain.
Kondisi ini terjadi karena dalam pengoperasian moda transportasi ini
menggunakan prasarana yang bercampur dengan moda lain.

Moda angkutan umum perkotaan di Indonesia pada umumnya tergolong


dalam ROW tipe C karena berjalan di atas jalan raya atau jalan rel yang
digunakan secara bersama dengan moda transportasi lainnya.
Pada kondisi lalu lintas yang bercampur (mixed traffic) distribusi
kecepatan kendaraan secara keseluruhan sangat tergantung dari
komposisi kendaraan dengan kecepatan terendah dan tingkat kerapatan
kendaraan di jalan.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
Bus: kendaraan jalan raya yang dirancang untuk mengangkut
penumpang. Istilah bus ini berasal dari bahasa Latin, omnibus,
yang berarti "kendaraan yang berhenti di semua perhentian“.

Tipe Bus:
A. Single decker buses
B. Double decker buses
A
C. Articulated buses
D. Midibuses
E. Minibuses
B

E C

http://en.wikipedia.org/wiki/Bus
D
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Trolley Bus: A double-deck trolleybus in Reading, England

bis elektrik dimana tenaga


penggeraknya menggunakan
tenaga listrik (melalui tongkat
yang ada di bis yang dikaitkan ke
kawat listrik yang berada di
atasnya).
Busscar trolleybus in São Paulo, Brazil Irisbus Cristalis trolleybus in Lyon, France

VIDEO
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
Streetcar:
Streetcar juga dikenal dengan nama tram, tramcar, atau trolley car.
Streetcar terdiri dari satu, dua, atau tiga gerbong yang beroperasi sebagian
besar di badan jalan yang bercampur dengan lalu lintas lainnya, dan
terkadang jalurnya terpisah dengan lalu lintas.
Streetcars memiliki karakteristik pergerakan yang dinamis dan dengan
tingkat kenyamanan yang cukup tinggi, namun kinerjanya dan kecepatan
operasinya sangat bergantung kepada kondisi lalu lintas di sepanjang jalur
yang dilaluinya.
Jika jalur yang dilaluinya adalah jalan yang sempit dengan keadaan lalu
lintas yang padat, maka kinerjanya akan sangat jelek, sedangkan jika jalur
yang dilalui adalah jalan yang lebar dengan sedikit gangguan, maka
kinerjanya akan sangat baik.
Sebuah streetcars (trem) biasa memiliki 4 sampai 6 gandar dan
mempunyai dimensi panjang antara 14-21 meter, dengan daya tampung
penumpang antara 100 sampai dengan 180 orang.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Dari jumlah daya tampung tersebut, persentase jumlah tempat duduk


antara 20 sampai 40 %, dan sisa penumpang lainnya adalah berdiri.
Karena tempat beroperasinya streetcar adalah di dalam badan jalan dan
bercampur dengan moda transportasi yang lain maka biasanya
kecepatan operasionalnya dibawah 20 km/jam.
Sebagaimana disebutkan di atas, Streetcar mempunyai kapasitas
penumpang yang cukup besar bagi sebuah moda angkutan penumpang
perkotaan.
Demikian pula tingkat kenyamanannya juga lebih baik jika dibandingkan
dengan moda transportasi jalanraya lainnya.
Namun demikian moda ini mempunyai biaya operasional yang lebih
besar pada rute-rute yang sedikit permintaannya, di sisi lain moda ini
juga mempunyai masalah serius di dalam operasionalnya, yakni
bercampur dengan moda transportasi lainnya
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Porto trolley in Memphis, USA Trams in Vienna


VIDEO

Streetcars in Toronto Double-decker tram in Blackpool


KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Tipe ROW B adalah tipe moda transportasi yang memakai


prasarana terpisah dengan moda lainnya baik dengan curb, pagar
pemisah, atau elevasi yang berbeda, namun demikian masih
menggunakan fasilitas yang sama dengan moda yang lain di
persimpangan.
Pada kategori ini moda angkutan umum tetap harus berhenti di
persimpangan bersinyal ketika lampu merah, atau memperlambat
bahkan mungkin harus berhenti pada persimpangan sebidang
tanpa pengatur lampu lalu lintas.

Performance indicator (PI) dari moda angkutan umum pada kategori


ROW tipe B ini masih tergantung pada kondisi prasarana jalan di
perkotaan, terutama pada jumlah simpang baik simpang bersinyal
atau yang tidak berpengatur lampu lalu lintas bersinyal.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Sekalipun dalam jalur geraknya tidak terganggu, tetapi pada


simpang bersinyal kendaraan tetap harus berhenti di lampu merah.
Demikian pula di persimpangan yang tidak bersinyal, apabila terjadi
kemacetan yang menghalangi jalur gerak maka moda angkutan
umum ini tetap harus berhenti kecuali ada penjaga atau petugas.
Di Indonesia moda angkutan umum yang tergolong dalam ROW
kategori B adalah Busway Trans Jakarta.

Bus Rapid Transit (BRT): BRT

VIDEO BRT Curitiba

VIDEO BRT Transjakarta


KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Light Rail Transit (LRT):


Salah satu moda transportasi umum perkotaan yang berbasis rel
yang umumnya mempunyai kapasitas lebih kecil daripada heavy
rail dan metro systems, namun memiliki kapasitas dan kecepatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem street-running tram
tradisional.
LRT menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya,
berkapasitas besar, suara yang ditimbulkan sangat minim, dan
dengan operasi kendaraanyang sangat nyaman di satu, dua, atau
tiga gerbong kereta yang didominasi dengan pemisahan jalur
dengan moda lain, yang terkadang berada di elevasi yang
berbeda.
Namun demikian kadang-kadang, jika dibutuhkan, bercampur
dengan lalu lintas lainnya di jalan-jalan kota.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
LRT biasa mempunyai 6-8 gandar atau dengan beberapa gerbong
dengan 4-6 gandar. Kendaraan-kendaraan LRT mempunyai panjang dari
20 meter sampai 32 meter. Setiap gerbongnya dapat memuat
penumpang sampai dengan 250 orang dimana 20 sampai 50 %
penumpangnya duduk. Kendaraan LRT mempunyai kemampuan
akselerasi dan deselerasi yang tinggi, kecepatan maksimum yang dimiliki
LRT tergantung kepada model-model dari LRT itu sendiri tetapi berkisar
antara 70 sampai 80 km/jam, dan kecepatan operasinya berkisar antara
18 sampai 40 km/jam.

LRT beroperasi di jalur yang dipisahkan dari jalur moda transportasi yang
lain, yang terkadang terpisah secara elevasi. Pemisahan jalur ini dapat
berkisar 40 % sampai dengan 90 % dari total panjang jaringan jalan
relnya. Pemisahan jalur ini biasanya dilakukan di titik-titik kritis di tengah
kota atau di jalanan yang kondisi lalu lintasnya padat, sehingga sumber-
sumber hambatan samping dapat dieliminasi. Jalur yang terpisah,
terutama di daerah yang padat lalu lintasnya memungkinkan LRT untuk
mepunyai kecepatan operasi 20 sampai 25 km/jam.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
Nottingham, UK Netherland

Lyon, France VIDEO LRT


KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Moda angkutan umum dengan ROW kategori A adalah kondisi


angkutan umum dengan prasarana yang terpisah dengan moda
transportasi lainnya baik dalam penggunaan jalur pergerakannya
maupun di persimpangan.
Di persimpangan yang sebidang, kendaraan tetap mendapatkan
prioritas dengan pintu hingga kendaraan lain tidak bisa menerobos.

Untuk kategori ROW A, moda transportasinya dapat mengontrol


karakteristik operasionalnya sendiri seperti kecepatan, waktu
tempuh, dan jadwal.
Tingkat kemampuan mengontrol sepenuhnya tergantung pada
tingkat karakteristik moda tersebut.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Rail Rapid Transit (RRT) termasuk Rubber Tired Rapid Transit


(RTRT):
Moda yang paling optimal untuk jaringan berkapasitas besar.
RRT mempunyai jalur yang sangat terkontrol, dengan tanpa ada
hambatan samping sama sekali.
Alat pandu yang sederhana, traksi elektrik, dan jalur yang aman
mengakibatkan kecepatan maksimum dapat tercapai selama
perjalanan sepanjang jalurnya.
Selain itu moda ini sangat nyaman, efisien, berkeselamatan tinggi,
dan sangat aman.
RRT dapat dioperasikan sepanjang 10 gerbong dengan hanya satu
orang masinis saja.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Kapasitas angkutnya jauh lebih besar dibandingkan dengan moda


transportasi berbasis rel lainnya kecuali Regional Rail (RGR).
Kemampuan RRT untuk mulai beroperasi sangat tinggi jauh lebih
tinggi daripada LRT dan 10 sampai 20 kali lebih tinggi daripada bus
umum.
Karena karakteristik fisik dan operasinya, RRT adalah moda yang
paling kondusif untuk dioperasikan secara otomatis dibanding
dengan moda yang lain.
RRT membutuhkan investasi yang paling tinggi dibandingkan
dengan moda yang lain, hal ini karena sepanjang jalur lintasannya
dibedakan dari moda yang lain dan dengan stasiun yang besar,
serta jalur operasinya berada pada jalur yang paling padat.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Kendaraan RRT modern mempunyai panjang 16 sampai 23 meter


dan mempunyai lebar dari 2,5 meter sampai 3,2 meter dandapat
beroperasi dari satu sampai sepuluh gerbong. Kapasitas
penumpang yang diangkut berkisar antara 120 sampai dengan 250
orang dengan persentase jumlah tempat duduk kurang lebih 20
sampai 60 %.

Kecepatan operasinya antara 25 sampai 60km/jam, dengan


frekuensi antara 20 hingga 40 kereta per jam. Rapid Transit
biasanya terletak diterowongan bawah tanah di daerah tengah kota
dan beberapa bagian yang berelevasi sejajar dengan permukaan
tanah terletak di daerah pinggiran kota. Tetapi tidak menutup
kemungkinan elevasi jalur RRT bisa berada dipermukaan tanah
dan bahkan berada di atas tanah (elevated).
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Paris Metro

London Underground New York City Subway


KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Lyon Metro VIDEO Metro


KATEGORI “RIGHT OF WAY “

Regional Rail (RGR):


Moda transportasi berbasis rel berjarak jauh, sehingga standar
sistem RGR mempunyai teknologi operasi yang paling tinggi.
Sistem ini dioperasikan dijalur yang dipisah, yang biasanya grade-
nya dipisah dengan moda yang lain, tetapi di jalur yang
bersilangan grade-nya diberikan sinyal.
Traksinya kebanyakan menggunakan listrik.
Jalur RGR mempunyai karakteristik untuk melayani perjalanan
jarak jauh, stasiun yang besar, dan kecepatan serta ketahanan
yang tinggi.
Stasiun tengah kota biasanya dikombinasikan dengan stasiun
antar kota tetapi jumlah stasiunnya terbatas dan tidak mempunyai
banyak wilayah layan dipinggiran kota.
KATEGORI “RIGHT OF WAY “
Sistem RGR modern memberikan wilayah layan di kota
metropolitan dengan penduduk yang berasal dari berbagai kota
menyebabkan tingginya frekuensi transportasi regional yang
terintegrasi dengan stasiun lokal.
Sistem RGR mempunyai kapasitas kursi yang sangat besar,
dapat mencapai 128 kursi di gerbong tunggal dan 175 kursi
digerbong tingkat.
Kecepatan operasi berkisar antara 30 dan 75 km/jam, dengan
kecepatan maksimum 130 km/jam (bahkan ada yang lebih
tergantung dari jenis kereta apinya).
KATEGORI “RIGHT OF WAY “

VIDEO SCNF
TEKNOLOGI
Teknologi moda angkutan umum dapat digolongkan dengan
mengacu pada bentuk mekanis kendaraan (mechanical feature)
dan jalur lintasannya, yaitu:
 Suporting system,
 Sistem Pengarah,
 Sistem Penggerak, dan
 Sistem Kontrol.

Suporting system yakni kontak antara sarana dan prasarana untuk


mentransfer berat kendaraan.
Bentuk yang umum adalah ban karet di atas aspal, beton, atau
permukaan lainnya dan roda baja di atas rel.
Bentuk lainnya adalah bodi kendaraan di atas air (perahu, kapal),
dan pesawat di dalam udara.
TEKNOLOGI

Gambar: Sistem transfer beban kendaraan pada roda karet ke jalan raya

Rack and pinion system

Gambar: Sistem transfer beban kendaraan pada moda jalan rel


TEKNOLOGI

Sistem Pengarah dimaksud sebagai pengarah kendaraan dalam


arah lateral.
Kendaraan di jalan raya memakai setir (steer) sebagai pengarah
kendaraan dan gesekan roda dengan perkerasan sebagai penjaga
stabilitas lateral. Sementara untuk kendaraan di jalan rel
menggunakan sayap rel sebagai pengarah sekaligus sebagai
suporting system.

Gambar: Bagian–bagian
sistem kemudi dengan
power steering
TEKNOLOGI

Gambar. Sistem Pengarah pada Kereta Api


(Kiri) Kereta api beralih dengan indikator titik menunjuk ke kanan.
(Kanan) Sebuah switch ganda, atau slip ganda. Poin yang ditetapkan untuk
menghubungkan kiri atas dan kanan bawah jalur rel.
TEKNOLOGI

Gambar: Sistem Pengarah pada Persimpangan


TEKNOLOGI
Sistem Penggerak adalah jenis penggerak dan cara transfer
percepatan atau perlambatan.
 Jenis penggerak terdiri dari Internal Combustion Enginee (ICE),
yakni mesin penggerak dalam/motor bakar seperti teknologi
mobil pada umumnya dengan bahan bakar bensin atau solar,
dan mesin dengan motor elektrik.
 Metoda transfer energi/tenaga, yakni dengan: gesekan/friksi,
magnetik, kabel, dan propeller.

Sistem Kontrol dimaksud sebagai sistem pengaturan kendaraan


secara individu atau keseluruhan dalam sistem tranportasi.
Hal yang paling penting di sini adalah upaya menjaga jarak antar
kendaraan yang dapat dilakukan dengan cara : manual-visual,
manual-signal, otomatis, atau semi otomatis.
JENIS PELAYANAN
Terdapat banyak jenis pelayanan dari moda angkutan umum yang
secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga ciri, yakni menurut :
tipe rute dan tipe pelayanan, jadwal pemberhentian atau jenis
operasi, dan waktu operasi.
Menurut tipe rute dan tipe pelayanannya, kendaraan umum dapat
diklasifikasikan sebagai sebagai berikut:
 Short Haul Transit: kendaraan umum dengan kecepatan rendah
pada area yang terbatas dan kerapatan yang tinggi, seperti di
daerah pusat kota, di lingkungan universitas, dan di airport.
 City Transit: jenis angkutan umum yang biasa dipakai di dalam
kota dengan kategori ROW A, B, atau C.
 Regional Transit: angkutan umum dalam lingkup regional
dengan kecepatan tinggi, sedikit berhenti, dan jarak tempuh
yang panjang. Contoh: kereta regional atau bus cepat.
JENIS PELAYANAN

Menurut jadwal pemberhentian atau jenis operasi angkutan umum


dapat diklasifikasikan sebagai :
 Local Service, yakni berhenti pada seluruh tempat-tempat
pemberhentian atau sesuai kebutuhan penumpang, artinya
pada tempat-tempat berhenti kendaraan akan tetap berjalan
jika tidak ada yang turun atau yang mau naik.
 Accelerated Service, dimaksud adalah berhenti tempat-tempat
yang berlainan secara lompat-lompat. Misal moda A berhenti
pada tempat-tempat dengan nomor urutan gasal yakni : 1, 3, 5,
dst, sementara moda B berhenti pada tempat-tempat dengan
nomor urut genap yakni : 2, 4, 6, dst.
 Express Service, dimana seluruh moda pada sebuah rute
tertentu hanya berhenti pada tempat yang berjarak panjang
dengan sedikit tempat pemberhentian.
JENIS PELAYANAN

Menurut waktu operasi angkutan umum dapat diklasifikasikan


sebagai :
 Reguler atau pelayanan pada seluruh hari, adalah angkutan
umum yang dioperasikan seharian penuh dan meliputi hampir
seluruh jalur.
 Commuter transit atau peak hour transit, adalah angkutan
umum yang dioperasikan pada jam-jam puncak saja dan ini
adalah sebagai suplemen saja.
 Special atau irregular service, adalah kendaraan umum yang
dioperasikan hanya pada waktu-waktu tertentu saja seperti
pada: malam minggu, pertandingan olah raga, perayaan
umum, dan lain-lain.
Matur Nuwun
Bus rapid transit (BRT) is a term applied to a variety of public
transportation systems using buses to provide faster, more efficient
service than an ordinary bus line.

Often this is achieved by making improvements to existing


infrastructure, vehicles and scheduling. The goal of these systems is
to approach the service quality of rail transit while still enjoying the
cost savings and flexibility of bus transit.
Bus Rapid Transit (BRT)

 BRT represents a mode “between” regular bus and LRT


service.
 Investments are higher than in ordinary buses because of
construction of special, stations and other equipment.
 But are lower than for LRT because electrification and tracks
needed.
 Correspondingly, BRT performance and service, including
speed, reliability and capacity, is also better than regular
buses but not equivalent to LRT.
The BRT objectives are reached by:
Lane priority
Signal priority
Vehicle design
Stop spacing and design
Fare collection
Rider appeal
Land use policy
Lane Priority
 Giving buses priority to lanes, speeds travel
time.

 Three types of priority lanes: curbside,


median and contra-flow.

 Curbside bus lanes are usually effective


during peak hours in peak directions,
otherwise the lane is reserved for parking and
deliveries. Since bus stops are in this lane,
buses do not waste time remerging with
traffic.
Median Lanes

 Bus lanes are located in the middle two


lanes of traffic, usually separated from
general traffic lanes by a raised curb.

 Only appropriate for wide boulevards.

 Passenger platforms on right. There can be


one central platform, but buses then must
have doors on both sides.

 Less likely to be congested than curbside


bus lanes.

 Disadvantages are: passengers must cross


lanes of traffic to reach platforms creating a
safety concern, esp. passengers anxious to
catch an approaching bus.
Contra-flow Lanes

 A contraflow lane is a bus lane that runs in the opposite direction


in what would otherwise be a one-way street.

 These contraflow lanes can be used during peak times of the day
to avoid traffic congestion or can be permanent.

 They have a physical divide to only allow authorized vehicles


through.
Traffic Signal Priority
 Special treatment to transit vehicles at signalized intersections.
 Preferential treatment of buses at intersections can involve the
extension of green time or actuation of the green light at signalized
intersections upon detection of an approaching bus
 Passive priority: timing signal lights with respect to avg. bus speed
rather than avg. vehicle speed.
 Active priority: uses chips on the bus and light to calculate the
speed of bus and time of approach, and depending on traffic
situation at the time, to either give an early green signal or hold one
that is being displayed.
 Queue jumpers: short stretch of bus lane combined with traffic
signal priority to cut queues of traffic and receive a green signal.
Vehicle Design
 Low-floor buses are used for convenience of elderly and disabled,
 Adding additional and wider doorways facilitates the rapid entry and
exit of passengers  shorter dwelling time at the bus stop,
 Buses can be bi-/articulated with two or three sections capable of
transporting 170-270 passengers.
 Propulsion:
 cleaner diesel fuel due to stricter Environmental Protection
Agency standards
 compressed natural gas (CNG) hybrid electric-diesel buses have
emerged as viable alternatively fueled vehicles
 Low noise and emission pollution.
Stop Spacing and Location
 Stop spacing affects demand for transit service.
 Tradeoff between: (a) closely spaced, frequent stops and shorter
walking distance, but more time on the vehicle and (b) stops
spaced further apart and longer walking distance, but less time on
the vehicle.
 If bus stops are bays, there is a delay to remerge with traffic.
 Bays are not efficient for BRT systems
Fare Collection
 On-board collection increases dwelling time thus decreasing the
efficiency of a BRT system.
 Electronic fare payment is mostly in vogue
 Monthly passes, smart cards, pre-paid tickets. Incentives for pre-
payment is a sharp discounts for multi-trip cards/tickets.
 Pay as you board worst during peak hours.
 Pay on exit: speeds up boarding at central sites during peak
hours, and decreases dwell time as smaller groups exit the bus
at the stops.
Rider Appeal
 Providing proper information to the
customer is crucial for high quality transit
information (being user friendly)
 Therefore, to increase the appeal of a BRT
system, and consequently, ridership, each
stop should have:
 A stop name.
 Route names and destinations for all
routes serving the stop.
 Span of service and frequency of
service.
 Service schedule for low-frequency
routes.
 A system map
 Onboard schematic maps and automated
announcements can assist passengers
when/where to board and exit.
Rider Appeal (cont.)
 Use of real time information of arrival times to be displayed at bus
stops, kiosks, etc.
 Technology is Automated Vehicle Location (AVL) and is powered
by GPS.
 Reduces anxiety of waiting.
 Market BRT system as being an preferable mode of
transportation: color schemes and logos to identify the BRT
system, stops and stations need appealing architectural and
aesthetic designs to attract riders, market faster travel times, new
technologies (signals and AVL), and offer coupons.
Automatic Vehicle Location (AVL) systems
Automatic Vehicle Location (AVL) systems calculate the
real-time location of any vehicle equipped with a Global
Positioning Satellite (GPS) receiver.
Data are then transmitted to the transit centre with use of
radio or cellular communications and can be used
immediately for daily operations as well as archived for
further analysis.
As a stand-alone technology, an AVL system can be used
to determine where vehicles are located and to monitor
on-time performance.
Combined with other technologies, AVL can deliver many
benefits in the areas of fleet management, service
planning, traveller information, and cost allocation.
Since the greatest benefits are achieved by combining
AVL with other Intelligent Transportation System (ITS)
technologies, AVL is most appropriate for large human
services agencies or brokerages with more than 50
vehicles that plan to implement a comprehensive ITS.
Land Use Policy
 Modifying land use policies to
permit growth that is
concentrated around transit
nodes and corridors will help to
maintain and increase transit's
base of riders in the future.
 Location of stations already
near developed sites, e.g.
shopping malls, is ideal for
optimizing land use with mass
transit. Orlando's Lynx system has created
Superstops at major shopping malls.
Buses stop at loading areas close to
the mall entrance. Amenities include
shelters, system information, bike
racks, and a guide to mall stores.
BRT in Use
 Several cities across the world are using a BRT system.
 These include: Bogotá, Quito, Rouen, Sydney, Istanbul, and Taipei.
 By far, however, the greatest success story in BRT comes from
Curitiba, Brazil.

Curitiba’s public policy has been eco-socio-


friendly. Innovative with approach to public life.
In addition to BRT, pedestrian walkways, bike
paths, parks, recycling programs, etc. All
encourage a greener, healthier city and lifestyle.

Anda mungkin juga menyukai