3251583
3251583
• Umur • Keterampilan/kemampuan
• Jenis kelamin pelaksana anestesi dan
• Status fisik sasarannya
• Jenis operasi • Status rumah sakit
• Keterampilan operator dan • Permintaan pasien
peralatan yang dipakai
1. Umur
• Bayi dan anak anastesia umum (kurang kooperatif)
• Dewasa anastesia umum atau regional (tergantung
jenis operasi)
• Orang tua cenderung anastesia regional
2. Jenis kelamin
• Wanita anastesia umum (emosional dan rasa malu
lebih dominan)/ anastesia regional +obat sedatif
• Pria anastesia umum dan regional
3. Status fisik
• Penyakit sistemik yang sedang diderita,komplikasi dari
penyakit primernya dan terapi yang sedang dijalaninya.
Mengingat adanya interaksi antara penyakit sistemik
/pengobatan yang sedang dijalanidengan tindakan/
obat anastesi yang digunakan.
4. Jenis operasi
– Ada 4 pilahan masalah/ empat “SI”:
• Lokasi operasi
– Kepala leher anastesi umum
– Abdominal bawah, anus dan ekstremitas bawah anastesi
regional blok spinal
• Posisi operasi
– Tengkurap anastesi umum
• Manipulasi operasi
– Manipulasi intra abdominal dengan segala resikonya anestesi
umum
• Durasi operasi
– Berlangsung lama anastesia umum
Ada 3 jenis anestesia-analgesia
1. Anastesia umum
2. Analgesia lokal
3. Analgesia regional
I. Anestesia umum
Merupakan suatu keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya
rasa nyeri diseluruh tubuh akibat pemberian
obat anestesia
• Rees &Gray membagi anastesia menjadi 3
komponen(trias anestesia), yaitu:
– Hipnotika : pasien kehilangan kesadaran
– Anestesia: pasien bebas nyeri
– Relaksasi : pesien mengalami kelumpuhan otot
rangka
• Teknik anestesia umum
–anestesia umum intravena
–anestesia umum inhalasi
–anestesia imbang
Anestesia umum intravena
Anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesia parenteral
langsung ke pembuluh darah vena
Obat-obat anastetik intravena Khasiat anastesinya
Propofol Hipnotik
Triopenton Hipnotik
Diazepam Sedatif dan menurunkan
tonus otot
Deidrobenzperidol sedatif
Midazolam Sedatif
Petidin Analgetik dan sedatif
Ketamin HCL Analgetik dan hipnotik
Morfin Analgetik dan sedatif
Fentanil /sufentanil Analgetik dan sedatif
Beberapa variasi anastesia intravena:
a) anestesia intravena klasik
b) anestesia intravena total
c) anestesia-analgesia neurolept
• Anestesia intravena klasik
– Pemakaian kombinasi obat Ketamin HCL dengan
sedatif (diazepam, midazolam)
– Komponen trias anastesi yang dipenuhi:
hipnotik dan anestesia
– Indikasi : operasi kecil dan sedang, tidak butuh
relaksasi lapangan operasi yang optimal dan
berlangsung singkat, kecuali daerah jalan napas
dan intra okuler
• Anestesia intravena klasik
– Kontra indikasi: pasien yang rentan terhadap obat
simpatomimetik (DM, HT, Tirotoksikosis)
,hipertensi intrakranial, glaukoma, operasi intra
okuler
– Penyulit: berhubungan dengan efek farmakologi
obat ketamin hidroklorida
• Anestesia intravena klasik
– Tata laksananya:
• Persiapan rutin
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Induksi dengan salah satu obat sedatif, misalnya diazepam iv
dengan dosis 0,4-0,5 mg/kgbb
• Tunggu 2-3 menit agar obat menunjukkan khasiatnya
• Berikan ketamin hcl(laruan 1%) dengan dosis 1-2 mg/kgbb iv
pelan-pelan.
• Dosis tambahan dapat diberikan setiap interval 15 menit
dengan dosis setengah dari dosis awal
• Untuk mendalamkan anestesi bisa diberikan sedatif atau
hipnotik (tiopental)
• Anestesia intravena total
– Pemakaian kombinasi obat anastetik iv yang
berkhasiat hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot
secara berimbang
– Komponen trias anestesi yang dipenuhi: hipnotik
analgesia, dan relaksasi otot
– Indikasi : operasi yang membutuhkan relaksasi
lapangan operasi optimal.
• Anestesia intravena total
– Kontra indikasi: yang absolut tidak ada. Pilihan
obat disesuaikan dengan penyakit yang diderita
pasien.
– penyulit: berhubungan dengan efek samping obat
dan pemasangan PET
• Anestesia intravena total
– Tata laksananya:
• Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi
• Siapkan alat bantu nafas manual/mekanik/mesin
anestesi
• Induksi dapat dilakukan dengan diazepam + ketamin
atau hipnotik lainnya, dilanjutkan dengan pemberian
suksinil kholin iv untuk fasilitas intubasi
• Berikan nafas buatan melalui sungkup muka dengan O2
100% mempergunakan alat bantu nafas sampai
fasikulasi hilangdan otot rahang relaksasi
• Lakukan laringoskop dan pasang PET
• Fiksasi PET dan hubungkan dengan alat bantu nafas / mesin
anestesi
• Berikan obat anestesi iv secara intermiten atau tetes kontinyu
• Pernapasan pasien dikendalikan secara mekanik /manual dengan
bantuan tangan dan berikan oksigen sesuai kebutuhan
• Selesai operasi , pemberian obat-obatan dihentikan dan
pernafasan pasien dipulihkan dengan pemberian obat
antikholinesterase, yaitu: neostigmin dan dikombinasi dengan
atropin
• Setelah kelumpuhan otot pulih dan pasien mampu bernafas
spontan, dilakukan ekstubasi PET setelah air liur atau benda cair
lain di rongga mulut dibersihkan/diisap pada PET
• Anestesia-analgesia neurolept
– Pemakaian kombinasi obat neuroleptik dengan
analgetik opiat secara intravena.
– Komponen anastesi yang dipenuhi:
sedasi/hipnotkringan dan analgesia ringan
– Kombinasi yang lazim: dehidrobenzperidol dengan
fentanil/petdin/morfin
– Indikasi: tindakan diagnostik endoskopi
– Kontraindikasi: penderita parkinson, penderita
penyakit paru obstruktif, bayi dan anak-anak(relatif)
– Penyulit: berhubungan dengan efek samping obat
• Anestesia-analgesia neurolept
– Tata laksananya:
• Persiapan prabedah sama dengan teknik yang lain
• Premedikasi, berikan sulfas atropin , dehidrobenzperidol dan
petidin im 30-45 menit sesuai dosis, sebelum anestesia
dimulai
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Induksi dengan dehidrobenzperidol 0,1-0,2 mg/kgbb dengan
fentanil dosis: 2 µg/kgbb
• Tunggu 5-10 menit, setelah pasien mengantuk dan acuh tak
acuh, tindakan bisa dilakukan
• Untuk menekan rangsangan pada lokasi tindakan, bisa
diberikan obat analgetik lokal semprot
• Anestesia umum inhalasi
• Persiapan: • Penyulit
– Rutin – Angka kegagalan tinggi
– Alat pantau yang – Pasien tidak kooperatif
diperlukan – Intoksikasi obat
– Kit emergensi – Sindrom horner’s
– Obat analgetik lokal – Paralisis nerfus frenikus
isobarik (prokain2%, – Hematom
lidokain 1-2 %,
bupivakain 0,5%) – Obat masuk rongga
epidural/subarakhnoid
– neuropati
•Blok pleksus brakhialis interskaleni
– Caranya :
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Pasien tidur telentang dengan bantal dipunggung
• Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring kekiri dan
sebaliknya
• Desinfeksi area
• Suntikkan obat analgetik lokal sebanyak 20-30 ml pada
celah interskaleni
• Sebelum memasukkan obat, lakukan aspirasi terlebih
dahulu
• Tunggu 5-10 menit guna menunggu mulai kerjanya
• Blok pleksus brakhialis subklavia
• Tindakan anlgesia regional dengan cara menyuntikkan obat
anestetik lokal pada titik berjarak 1 cm diatas titik 1/3
tulang klavikula, kearah tulang iga pertama
• Indikasi: operasi didaerah ekstremitas atau kecuali bahu
• Kontra indikasi: pasien tidak kooperatif pasien menolak,
gangguan faal hemostasis
•Blok pleksus brakhialis subklavia
• Persiapan: • Penyulit
– Rutin – Angka kegagalan tinggi
– Alat pantau yang – Pasien tidak kooperatif
diperlukan – Intoksikasi obat
– Kit emergensi – Hematom
– Obat analgetik lokal – pneumotorak
isobarik (prokain2%, – neuropati
lidokain 1-2 %,
bupivakain 0,5%)
•Blok pleksus brakhialis subklavia
– Caranya :
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Pasien tidur telentang dengan bantal dipunggung
• Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring kekiri dan
sebaliknya
• Desinfeksi area
• Suntikkan obat analgetik lokal sebanyak 20-30 ml pada titik
yang berjarak 1 cm diatas titik 1/3 tengah klavikula kearah
tulang iga pertama
• Sebelum memasukkan obat, lakukan aspirasi terlebih dahulu
• Tunggu 5-10 menit guna menunggu mulai kerjanya
• Blok pleksus brakhialis aksiler
– Tindakan analgesia regional dengan cara
menyuntikkan obat lokal pada aksila kearah
puncak aksila
– Indikasi: operasi didaerah siku dan lengan bawah
– Kontra indikasi: pasien tidak koopratif pasien
menolak, gangguan faal hemostasis
•Blok pleksus brakhialis aksiler
• Persiapan: • Penyulit
– Rutin – Angka kegagalan tinggi
– Alat pantau yang – Pasien tidak kooperatif
diperlukan – Intoksikasi obat
– Kit emergensi – hematom
– Obat analgetik lokal – neuropati
isobarik (prokain2%,
lidokain 1-2 %,
bupivakain 0,5%)
•Blok pleksus brakhialis aksiler
– Caranya:
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Pasien tidur telentang dengan bantal dipunggung
• Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring kekiri dan
sebaliknya
• Suntikkan obat analgetik lokal sebanyak 20-30 ml pada
puncak aksila disekitar pembuluh darah
• Lakukan aspirasi terlebih dahulu
• Tunggu 5-10 menit guna menunggu mulai kerjanya
• Blok subaraknoid
– Blok regional yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkanobat anastetik lokal kedalam ruang
sub arakhnoid melalui tindakan fungsi lumbal
– Indikasi: abdominal bawah dan inguinal, anorektal
dan genital eksterna, ekstremitas inferior
– Kontra indikasi: pasien tidak kooperatif, pasien
menolak, gangguan faal hemostasis, penyakit saraf
otot, infeksi didaerah lumbal, dehidrasi, syok,
anemia, SIRS, kelainan tulang belakang.
Blok subaraknoid
– Persiapan – Penyulit
• Rutin • Bradikardi dan hipotensi
• Alat pantau yang (seringkali terjadi)
diperlukan • Hipoventilasi sampai henti
• Kit emergensi nafas
• Obat anestetik lokal • Blok spinal total
hiperbarik(lidokain 5% / • Menggigil
bupivakain 0,5%) • Pasien tidak kooperatif
• Berikan infus tetes cepat • Intoksikasi obat
(hidrasi akut) sebanyak • Kegagalan blok
500-1000 ml dengan
kristaloid atau koloid • Nyeri kepala
• Jarum khusus fungsi lumbal • Nyeri pinggang
• Larutan epedrin yang • Neuropati (sindroma kauda
mengandung 5 mg/ml ekuina)
• Retensio urin
• Blok subaraknoid
– Caranya
• Pasang alat antau yang diperlukan
• Pungsi lumbal dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur miring
kekanan atau kekiri atau duduk, sesuai dengan indikasi
• Desinfektan area pungsi lumbal dan tutup dengan duk steril
• Lakukan pungsi lumbal dengan jarum spinal ukuran paling kecil pada
celah interspinosum lumbal 3-4 atau 4-5 sampai keluar cairan likuor
• Masukkan obat anestetik lokal yang dipilih sambil melakukan
barbotase
• Tutup luka tusukan dengan kasa steril
• Atur posisi pasien sedemikian rupa agar posisi kepala dan tungkai
lebih tinggi dari badan
• Nilai ketinggian blok dengan skor “bromage”
• Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi
• Blok epidural
– Tindakan blok regional yang dilakukan dengan
jalan menyuntikkan obat analgetik lokal ke dalam
ruang epidural
Berdasarkan lokasi pungsi lumbal, blok epidural bisa dilakukan
melalui:
– Torakal
– lumbal(melalui tindakan pungsi lumbal)
– Kaudal (pada hiatus sakralis)
• Blok epidural lumbal
– Tindakan blok regional yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestetik lokal kedalam ruang
epidural melalui tindakan pungsi lumbal
– Indikasi: abdominal bawah dan inguinal, anorektal dan
genitalia eksterna, ekstremitas inferior
– Kontra indikasi: pasien tidak koopertif, pasien
menolak, gangguan faal hemostasis, penyakit saraf
oto, infeksi didaerah fungsi lumbal,dehidrasi, syok
anemia, SIRS, kelainan tulang belakang( termasuk
artritis, kelainan anatomi)
Blok epidural lumbal
• Persiapan • Penyulit
– Rutin – Blok total (durameter tembus
– Alat bantu yang diperlukan sehingga obat masuk kedalam
– Kit emergensi ruang subarakhnoid)
– Obat yang digunakan, larutan – Intoksikasi obat
anastetik lokal – Kegagalan blok
isobarik(lidokain 5%/ – Bradikardi dan hipotensi
bupivakain 0,5%) – Depresi nafas
– Berikan infus tetes – Menggigil
cepat(hidrasi akut) sebanyak – Mual-muntah
500-1000 ml dengan
kristaloid atau koloid – Pasien tidak kooperatif
– Jarum dan kateter epidural no – Neuropati
18G atau 16G – Nyeri pinggang
– Larutan epedrin yang
mengandung 5 mg/ml
• Blok epidural lumbal
– Caranya:
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Posisi pasien tidur miring kekanan atau ke kiri sesuai dengan posisi untuk
melakukan pungsi lumbal
• Desinfeksi area pungsi lumbal dan tutup dengan duk lubang steril
• Lakukan pungsi lumbal dengan jarum epidural nomor 18G atau 16G pada celah
interspinosum lumbal 3-4 atau 4-5 sampai menembus ligamentum flavum
• Lakukan uji bebas tahanan (sebagai tanda bahwa ujung jarum suda berada
diruang epidural) dengan spuit berisi udara atau cairan isotonis
• Masukkan kateter epidural melalui jarum epidural ke arah kranial sampai
kateter yang berada diruang epidural sepanjang 2-5 cm
• Masukkan obat lidokain 2 % atau obat lain sebanyak 20-30 ml sambil dilakukan
aspirasi
• Setelah selesai tindakan, posisi pasien diatur sedemikian rupa agar posisi
kepala dan tungkai lebih tinggi dari badan
• Nilai ketinggian blok dengan skor “bromage”
• Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi
• Blok epidural kaudal
– Blok regional yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestetik lokal ke dalam ruang
epidural melalui suntikan pada hiatus sakralis
– Indikasi: hanya untuk operasi didaerah anorektal
dan genitalia eksterna
– Kontra indikasi: pasien tidak kooperatif, pasien
menolak, gangguan faal hemostasis, penyakit saraf
otot, infeksi didaerah anorektal, dehidrasi,syok,
anemia, SIRS, kelainan tulang sakrum
Blok epidural kaudal
• Persiapan • Penyulit
– Rutin – Kegagalan blok
– Alat pantau yang – Intoksikasi obat
diperlukan – Pasien tidak kooperatif
– Kit emergensi – Neuropati sebagai
– Jarum suntik 10 ml komplikasi lanjut
– Obat yang digunakan,
larutan anestetik
isobarik(lidokain 2%,
bupivakain 0,5%)
• Blok epidural kaudal
– Caranya:
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Posisi pasien tidur miring kekanan atau ke kiri sesuai dengan posisi untuk
melakukan pungsi lumbal
• Desinfeksi area pungsi lumbal atau kaki yang dibawah lurus sedangkan kaki
yang diatas ditekuk maksimal
• Lakukan suntikan pada hiatus sakralis dengan jarum suntik 10 ml kearah
kranial
• Lakukan uji bebas tahanan (sebagai tanda bahwa ujung jarum suda berada
diruang epidural) dengan spuit berisi udara atau cairan isotonis
• Masukkan obat lidokain 2 % atau obat lain sebanyak 10 ml sambil dilakukan
aspirasi
• Setelah selesai tindakan, posisi pasien dikembalikan terlentang datar
• Keberhasilan blok dinilai dengan melihat perubahan penis menjadi dilatasi
• pantau tekanan darah dan denyut nadi
• Blok analgesia regional intravena
– Blok yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anastetik lokal kedalm venayang telah
dieksangunasi secara tertutup baik pada
ekstremitas superior maupun pada ekstremitas
inferior
– Indikasi: operasi didaerah siku dan lengan bawah,
operasi didaerah lutut dan tungkai bawah
– Kontra indikasi: pasien tidak kooperatif,pasien
menolak,gangguan faal hemostasis
Blok analgesia regional intravena
• Persiapan • Penyulit
• Rutin • Angka kegagalan tinggi
• Alat pantau yang • Pasien tidak kooperatif
diperlukan • Intoksikasi obat
• Kit emergensi • Paresis nervus aksilaris
• Obat anesteik lokal • Nyeri torniket
hipobarik(lidokain 1 %/
bupivakain 0,25 %
• Torniket manset ganda
• “wing needle” atau
kanul/kateter intravena
• Blok analgesia regional intravena
– Caranya:
• Pasang alat pantau yang diperlukan
• Pasien tidur telentang
• Apabila blok dilakukan pada ekstremitas superior, pasang torniket
manset ganda pada lengan atas, apabila blok dilakukan pada
ekstremitas inferior, pasang torniket manset ganda pada paha
• Lakukan eksanguinasi tertutup, selanjutnya pompa torniket
proksimal sampai tekanannya mencapai 2x tekanan sistolik (untuk
ekstremitas superior) atau 3x tekanan sistolik untuk ekstremitas
inferior)
• Masukkan obat anestetik lokal yang dipilih melalui “wing needle”
atau kanul intravena yang telah terpasang secara pelan-pelan
• Blok analgesia regional intravena