• Menurut data PBB, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga berusia lanjut yang
tertingi di dunia, yaitu 414 %, hanya dalam waktu 35 tahun ( 1990 – 2025 )
• Konsekuensi lain dari peningkatan jumlah warga usia lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien geriatri.
• Karakteristik pasien geriatri :
1. multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya penyakit
bersifat kronis degeneratif.
2. menurunnya daya cadangan faali; yang menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh dalam kondisi
gagal pulih (failure to thrive).
3. berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik
4. terganggungnya status fungsional pasien geriatri; (kemampuan ADL)
5. kerapnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
2
PENDAHULUAN
usia lanjut
3
PENDAHULUAN
• Jika karena suatu sebab pasien mengalami kondisi akut (pneumonia, infeksi saluran kemih, gagal jantung,
keganasan, atau stroke), maka pasien geriatri juga sering kali muncul dengan gangguan fungsi kognitif,
depresi, instabilitias, imobilisasi dan inkontinensia (GERIATRIC GIANT).
• Kegagalan mengatasi hendaya maupun gejala yang muncul (geriatric giants) akan mengakibatkan kegagalan
pengobatan secara keseluruhan
4
PENDAHULUAN
• Menatalaksana pasien geriatri dengan pendekatan paripurna memerlukan pendekatan yang khusus
pendekatan paripurna pasien geriatri (comprehensive geriatric assessment)
5
PENDAHULUAN
• Efektivitas perawatan pasien geriatri di ruang rawat inap akut lama rawat
memendek,lama imobilisasi memendek, skor ADL (activity daily living) meningkat dengan
cepat, tidak timbul dekubitus pada pasien dengan perawatan lebih dari dua minggu, tidak
muncul polifarmasi, tidak muncul efek samping akibat interaksi obat, tidak muncul
deconditioning, depresi cepat terdeteksi dan terkelola, demensia cepat terdeteksi dan
terkelola, biaya perawatan berkurang.
6
PENDAHULUAN
• Prosedur evaluasi multidimensi dimana berbagai masalah pada pasien geriatri diungkap.
• Tujuan pasien usia lanjut dapat mencapai derajat kesehatan optimal serta memiliki kemampuan
fungsional tertinggi.
• Perlu juga dievalusi:
1. Jenis pelayanan dihendaki pasien pada situasi tertentu
2. Hendaya dan kemampuan fungsional yang dimiliki pasien
3. Sumber finansial yang dimiliki
4. Keberadaan anggota keluarga yang bersedia merawat pasien dirumah
5. Kondisi mental atau emosional yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan dan status fungsional
8
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA
ANTAR DISIPLIN
1. Model Unidisiplin
• Setiap disiplin ilmu membuat rencana, bekerja dan mendapatkan
pengalaman sendiri – sendiri tanpa memperhatikan disiplin lain
juga bisa berkembang bersama
• Dokter atau tenaga kesehatan yang bekerja kerap tidak
memahami keberadaan disiplin lain yang bisa berperan
9
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA
ANTAR DISIPLIN
2. Model Paradisiplin
• Setiap disiplin membuat rencana, praktik dan memperoleh
pengalaman secara sendiri – sendiri walau mengetahui bahwa
terdapat disiplin lain yang turut berperan
• Berbagai data yang masuk boleh saja dipelajari atau dibaca oleh
disiplin lain, namun tidak dirasakan perlunya meminta
keikutsertaan disiplin lain tersebut secara profesional
• Lazim pada faskes yang multispesialistik dimana pasien dapat
dirujuk antar departemen hanya dengan surat rujukan atau
catatan medik
10
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA
ANTAR DISIPLIN
3. Model multidisiplin
• Paling sering keliru diinterpretasikan sebagai model interdisiplin.
• Berbagai disiplin atau bidang ilmu berupaya mengintegrasikan
pelayanan demi kepentingan pasien
• Namun setiap bidang mengembangkan pengalaman masing-
masing di bidang masing-masing kecuali ekspertise yang memang
area “abu-abu” pada saat mereka lakukan koordinasi.
• Tugas dan tanggung jawab diterapkan pada setiap bidang ilmu
dengan batasan tegas sesuai dengan disiplin masing - masing
11
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA
ANTAR DISIPLIN
4. Model Interdisiplin
• Perencanaan, pengembangan pengalaman dan pelaksanaan
pelayanan dikerjakan dengan penuh pemahaman bahwa terdapat
tumpang tindah dalam hal kompetensi dan bahwasanya masalah-
masalah pasien bisa saling terkait satu sama lain
• Setiap bidang ilmu mengembangkan diri bersama, mengevaluasi
masalah yang sedang dihadapi, membicarakan tujuan spesifik yang
harus dicapai bersama.
12
SPEKTRUM MODEL HUBUNGAN KERJA
ANTAR DISIPLIN
5. Model Pandisiplin
• Menganggap yang paling mengerti perihal pengobatan pada
pasien geriatri.
• Semua ditangani sendiri dan merasa tidak perlu bantuan disiplin
atau bidang ilmu lain.
• Merupakan model yang paling terisolasi.
13
IMPLIKASI KLINIS
• Aspek fisik, emosional, psikososial, kognitif, hubungan interpersonal dan aspek material saling
mempengaruhi pada saat mengelola pasien geriatri.
• Mengapa diperlukan model yang interdisiplin ?
1) Perjalanan penyakitnya (atau masalah – masalah kesehatannya) lazim bersifat interdependensi
2) Sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah juga mengandung interpendensi (saling
tergantung, saling berpengaruh)
• Ruang rawat akut diperlukan untuk melakukan berbagai program bagi pasien dan keluarga harus dikelola
dengan prinsip interdisiplin.
14
COMPREHENSIVE GERIATRIC
ASSESMENT
Pengkajian biopsikososial
Pengkajian kondisi fisik
Pengkajian psikologis
Status fungsional (ADL)
Status nutrisi
Interaksi diantara hal-hal tersebut
KEMUNDURAN DAN KELEMAHAN PADA USILA
(14 ”I”)
• Bersifat holistik
• Bio-psiko-sosial
• Kuratif, Rehabilitatif, Promotif, Preventif
• Pengkajian status fungsional
• Pengkajian status psiko-kognitif
• Pengkajian aset keluarga pasien (sosial)
PENANGANAN HOLISTIK
3. Pelayanan kesehatan vertikal & horizontal : vertikal mulai dari puskesmas sampai RS propinsi.
4. Jenis pelayanan kesehatan : Meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi dengan
memperhatikan aspek psiko-sosial & lingkungan
ASESMEN GERIATRI
Definisi :
suatu analisis multi disiplin oleh seorang geriatri atau tim interdisipliner geriatri
penderita lansia untuk mengetahui kapabilitas medis, fungsional, psikososial agar
dapat penatalaksanaan menyeluruh & berkesinambungan
( Shaw et al, 1984 ; Mykyta, 1992 )
Tujuan :
1. Menegakkan diagnosis kelainan fisik/psikis yg bersifat fisiologik atau patologik &
melakukan terapi
2. Menegakkan adanya ggn organ/sistem (impaiment), ketidakmampuan sosial
(handikap) → diterapi/rehabilitasi
3. Mengetahui sumber daya sosial ekonomi & lingkungan untuk penatalaksanaan
pasien tersebut
TATA KERJA INTERDISIPLINER
1. Anamnesis
Identitas penderita : mencakup faktor resiko sakit yaitu usia sgt lanjut (>70
tahun ), duda hidup sendiri, baru kematian orang terdekat, baru sembuh dari
sakit/pulang opname, ggn mental nyata, menderita penyakit progresif, ggn
mobilitas, dll
Anamnesis tentang obat : sebelum sakit ini atau yg diminum di rumah, baik
berasal dari resep dokter, yg dibeli bebas ( jamu-jamuan)
Penilaian sistem : dilakukan secara urut mulai dari saraf pusat, saluran napas
atas, bawah,
• Anamnesis tentang kebiasaan yg merugikan kesehatan : ( merokok, minum
alkohol)
• Anamnesis tentang ggn yg terdapat : menelan, masalah gigi, gigi palsu, ggn
komunikasi, nyeri/gerak yg terbatas pd anggota badan
Daftar masalah
- Kesimpulan berbagai hasil asesment
- Untuk penatalaksanaan penderita
ASESMEN GERIATRI DI PELAYANAN DASAR
• Terdapat KMS ( kartu menuju sehat ) suatu form asesmen sederhana bagi
dokter/kader kesehatan di tingkat dasar.
• Terdapat data tambahan penting kelompok usia lanjut beresiko tinggi :
- laki-laki, duda
- Sangat tua (> 80 tahun )
- Hidup sendiri
- baru keluar dari RS
- baru duka cita mendalam
IMOBILISASI &
ULKUS DEKUBITUS
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5- 8 : Ketergantungan berat
0- 4 : Ketergantungan total
Urinary Incontinence
33
34
D elirium, Perubahan proses menua :
R estricted mobility, retension • Kapasitas kk
• Otot dasar panggul
I nfection, inflammation, impaction • Kontraksi otot kk abnormal
P olyuria, pharmaceutic • Residu urin kk banyak
• Hipertrofi prostat
• Produksi urin malam
INKONTINENSIA URIN
- TIPE STRES - T I P E OV E R F LOW
- T I P E UR G E N S I - TI P E C AM P UR AN
Instabilitas
• Rasa Nyeri
• Imobilisasi
Falls Fraktur • Gangguan asupan
makanan dan cairan
INFEKSI
Faktor predisposisi infeksi pada usila
Imunitas menurun
-Atropi timus Nutrisi
-Perubahan respon sitokin - Kurang energi-protein
-Efek komorbiditas - Defisiensi mikronutrien
-T-sel
Komorbiditas
mempengaruh innate immunity
Tampilan infeksi tidak khas :
- Demam sering tidak timbul
- Confusion, jatuh
- Anoreksia dan asupan makanan
Status Kognitif dan Emosional -1
• Gangguan kognitif :
- Menyulitkan anamnesis
- Mempengaruhi compliance pasien Pengaruhi
• Kondisi psikologik : pengelolaan
- Gangguan penyesuaian
- Depresi
GDS
• Alat bantu penapisan gangguan depresi / penyesuaian
• Terdiri atas 15/30 pertanyaan
• Telah diuji kesahihan dan keandalannya
AMT
ORIENTASI [thn,bln,tgl,hari,musim,negara,
propinsi,kota,RS,ruang apa] 10
REGISTRASI [3 obyek, sebut ulang] 3
ATENSI+KALKULASI [100-7/mesra] 5
RECALL [sebut ulang 3 obyek] 3
BAHASA ; EKSEKUTIF
Tunjuk 2 benda 2
‘Tanpa, bila, dan atau tetapi’ 1
‘Ambil kertas dgn tangan kanan,
lipat dua, letakkan di meja. 3
Read and do it: MOHON PEJAMKAN
MATA IBU/BPK 1
Tulis 1 kalimat 1
Gambar 2 buah segi-5 1
GERIATRIC DEPRESSION SCALE
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Ya TIDAK
anda ?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan YA Tidak
dan minat atau kesenangan anda ?
-Gangguan imunitas
MALNUTRISI
-Status fungsional
-Menghambat penyembuhan
luka
- Mortalitas
STATUS NUTRISI
• Gangguan nutrisi :
- mempengaruhi status imun & keadaan umum
- sering tidak terdeteksi secara dini
• Pengkajian status nutrisi
- Anamnesis gizi (asupan kalori, protein, lemak,
vitamin, mineral, serat)
- Antropometrik (IMT dengan TL)
- Biokimiawi (albumin dan Hb)
TIM TERPADU
GERIATRI
48