KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
BAHAN LISTRIK
( EDITING - JUNI 2018 )
H. SUMARSONO
I. PENDAHULUAN
Bahan Penghantar
Sebagai bahan penghantar untuk kabel listrik digunakan
tembaga atau aluminium.
1. Tembaga.
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu
57 m/Ω.mm2 pada suhu 20 o C. pemakaian tembaga dalam
teknik listrik adalah sebagai konduktor, misalnya : BC/BCC,
kawat berisolasi NYFGbY, N2XFGbY, NYA, NYAF, NYM,
NYY, dan busbar / rel.
Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidai,
tetapi mempunyai kekuatan tarik yang tidak terlalu besar,
yaitu berkisar antara 20 – 40 kg/mm2.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Bahan Penghantar
1. Aluminium.
Aluminium digunakan dalam teknik tenaga listrik juga sebagai
konduktor, walaupun daya hantar aluminium hanya sebesar
35 m/Ω.mm2 pada suhu 20 o C. atau 61,4 % dari daya hantar
tembaga.
Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan
tariknya hanya 9 kg/mm2. OLeh karena itu bila aluminium
digunakan sebagai ganah penghantar yang dimensinya
cukup besar, selalu diperkuat dengan kawat baja (ACSR)
atau menggunakan bahan campuran aluminium (A3C).
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Bahan Penghantar
1. Aluminium (lanjutan)
Pada pembuatannya konduktor aluminium sebagai penghantar
arus listrik dibuat dengan berbagi macam type dan ukuran dari
digunakan untuk daya besar sampai daya yang kecil.
Macam type dan Ukuran penghantar tembaga atau aluminium,
dinormalisasikan kedalam SPLN maupun kedalam satuan
industri lainnya, sedangkan pengkodeannya dinormalisasikan
kedalam Nomenklatur dari penghantar/ konduktor yang
distandarkan secara internasional.
Contoh : A3C, A2C, ACSR, NAKBA, NAYFGbY, NFA2X-T
ALUMINIUM MURNI
Spectral lines of aluminium
Aluminium alloys
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Resistansi
Resistansi spesifik adalah resistansi dalam “ohm” yang
dipengaruhi oleh satuan volume konduktor (cm3) untuk
mengalirkan arus listrik. Resistansi berkebalikan terhadap
konduktivity. Material yang mempuyai resistansi tinggi akan
mempunyai konduktivitas rendah, demikian pula sebaliknya.
Resistansi spesifik tergantung juga terhadap temperatur,
sehingga nilai resistansi spesifik pada temperatur tersebut
disebut juga temperatur spesifik. Tabel dibawah ini
menunjukkan nilai resistansi spesifik pada temperatur
spesifik sebesar 20 oC.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Resistansi (lanjutan)
Resistansi konduktor yang seragam bervariasi langsung
terhadap panjang dan resistansi spesifik konduktor, dan
kebalikan dari luas area konduktor itu sendiri. Kita dapat
menghitung resistansi konduktor bila kita tahu panjang, luas,
dan resistansi spesifik material. Resistansi ini diekspresikan
dengan simbol R (Resistansi dalam Ohm).
Formulanya adalah :
R = Resistansi material L
ρ = Resistansi spesifik material R
L = Panjang Material A
A = Luas penampang material
Resistansi Spesifik pada Material Logam
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Ukuran konduktor
Ukuran/diameter konduktor biasanya telah distandarkan,
tabel dibawah ini adalah ukuran diameter konduktor
berdasarkan ukuran diameter solid tembaga dalam AWG
(American Standard Wire Gauge).
Untuk mempermudah dalam menentukan diameter suatu
konduktor berikut nilai resistansinya dimana spesifikasinya
tidak tertulis/terhapus dapat menggunakan alat ukur
diameter konduktor (Wire Gauge).
Wire Gauge
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Pemilihan Penghantar
Konduktor dapat membawa arus listrik hanya pada batas
amannya saja. Bila arus mengalir melebihi kapasitas daya
hantar konduktor, maka akan timbul panas. Panas ini dapat
saja membakar isolasi sekeliling konduktor yang merupakan
titik awal terjadinya nyala api. Jadi dalam pemilihan konduk-
tor, faktor arus memegang pengaruh yang besar. Selain itu
juga harus melihat hal-hal sebagai berikut :
1. Ukuran inti penghantar kabel
Bertambahnya diameter/luas penampang inti penghantar
kabel/konduktor akan menurunkan resistansinya dan
meningkatkan kapasitas hantar arus.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Pemilihan Penghantar
2. Lokasi penghantar (lanjutan)
Semakin meningkat resistansi-nya, daya yang diserap
(rugi-rugi) dalam bentuk energi panas semakin besar.
Kabel dapat juga diletakkan pada lokasi dimana tempe-
ratur sekeliling relatif tinggi. Untuk kasus ini, panas yang
ditimbulkan dari sumber luar adalah bagian penting dari
total panas penghantar.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Pemilihan Penghantar
3. Isolasi Penghantar
Isolasi penghantar tidak mempunyai efek terhadap
resistansi, resistansi sendiri ditentukan berdasarkan
berapa jumlah panas yang diperlukan untuk membakar
isolasi.
Sebagaimana arus mengalir pada penghantar berisolasi,
batas arus dimana penghantar dapat bertahan tergan-
tung seberapa panas yang dihasilkan sebelum isolasinya
terbakar. Bahan isolasi yang berbeda akan terbakar pada
temperatur yang berbeda pula.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Pemilihan Penghantar
4. Rating arus yang aman
Berdasarkan jenis bahan isolasinya, kapasitas arus yang
dijinkan merujuk pada penghantar tembaga tunggal
dengan berbagai jenis bahan isolasi, pada udara bebas
dengan temperatur maksimum ruangan 30 oC diberikan
pada tabel dibawah ini.
Temperatur Rating dan Kapasitas Arus (dalam Ampere) Tembaga
Tunggal Pada Temperatur Ruangan 30 oC
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Identifikasi Penghantar
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti
penghantar berlaku untuk semua instalasi tetap atau semen-
tara, termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik.
Hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan kesatuan
pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantar,
guna keseragaman dan mempertinggi keamanan.
PUIL mengatur identifikasi penghantar seperti terlihat pada
tabel dibawah ini :
Identifikasi Penghantar Menurut Warna
Isolasi/Selubung Inti (PUIL)
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Jenis Penghantar
Jenis penghantar berdasarkan intinya :
a) Kabel dengan inti penghantar solid
Inti penghantar jenis ini hampir semua instalasi rumah
tinggal menggunakannya. Dikarenakan sifat mekanisnya
dan kaku, maka penghantar jenis ini sangat sesuai untuk
pasangan instalasi yang sifatnya tetap.
Umumnya pengahantar dengan inti tunggal seperti ini
untuk instalasi rumah tinggal mempunyai diameter yang
relatif kecil, biasanya dibawah 16 mm2 (NYM).
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Jenis Penghantar
Jenis enghantar berdasarkan intinya :
b) Penghantar inti konduktor banyak (stranded conductor)
Untuk memecahkan problem mekanis, inti kabel
dibentuk dari beberapa konduktor solid tunggal dengan
diameter yang kecil yang disusun sedemikian rupa
sehingga mempunyai sifat elastisitas yang tinggi.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK
Jenis Penghantar
b) Penghantar inti konduktor banyak (lanjutan)
Susunan inti kabel tersebut biasanya dibentuk dalam
suatu serat banyak/strand. Geometris dari susunan
kabel seperti ini mengikuti aturan sebagai berikut :
1. lapisan pertama pada keliling konduktor pusat
berjumlah enam buah,
2. lapisan kedua terdiri dari 12 buah konduktor,
3. lapisan ketiga terdiri dari 18 konduktor, dst.
Jadi standar kabel jenis ini terdiri dari 7, 19, dan 37 serat
dan seterusnya sesuai standar.
Kabel Berserat Tunggal dan Kabel Berserat
Banyak (Strand)
Geometris dari Penghantar Berkas
(Stranded Conductor)
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR
Benda di alam ini ada yang mudah dialiri arus listrik dan ada
yang sukar dialiri arus listrik. Benda yang mengalirkan arus
listrik disebut konduktor dan yang sukar mengalirkan arus
listrik disebut isolator.
Contoh bahan konduktor :
Perak, Aluminium, tembaga, besi, karbon, seng dsb.
Contoh bahan isolator :
Mika, fiber, kaca, kayu, plastik porselin dsb.
Selain kedua macam benda tersebut masih ada pula benda
yang tidak dapat digolongkan konduktor maupun isolator.
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR
Maksimum suhu
Kelas Contoh material
kerja
Y 90 Serat orgamnik, termo plastic
A 105 Cotton, kertas
E 120 Poly Ethylene ( PE ), Pentinax
B 130 Mika, fibreglass, asbestos
F 155 Bahan anorganik
Mika, fibreglass, asbestos yang
H 180
diimpregnasi
C > 180 Bahan anorganik spesial
Kelas Bahan Penyekat
Teori Elektromagnetik
Pada 1813 Hans Christian Oersted memprediksi hubungan
antara magnetik dan listrik akan ditemukan. Tahun 1819 dia
menempatkan kompas dekat kawat yang berarus listrik dan
mengamati bahwa kompas mengalami perubahan arah.
Penemuan ini menjelaskan bahwa listrik yang mengalir akan
menghasilkan medan magnetik.
Pada 1831 ilmuwan Inggris Michael Faraday menemukan
bahwa magnet yang bergerak di dekat kumparan akan
menghasilkan aliran listrik, penemuan ini merupakan
kebalikan dari penemuan Oersted.
V. BAHAN MAGNETIK
Teori Elektromagnetik
Oersted menunjukkan bahwa aliran listrik menghasilkan
medan magnet, tapi Faraday menunjukkan yang sebaliknya,
perubahan medan magnet dapat digunakan untuk menimbul-
kan aliran listrik.
Gabungan dari teori listrik dan magnet secara penuh telah di
kemukakan oleh ilmuwan Inggris James Clerk Maxwell, ia
memprediksi adanya gelombang elektromagnetik dan meng-
identifikasi bahwa cahaya adalah peristiwa elektromagnetik.
Kontribusi dari persamaan Maxwell adalah pengembangan
pembangkit tenaga listrik yang bernama generator.
V. BAHAN MAGNETIK
Teori Elektromagnetik
Perkembangan selanjutnya dari kemagnetan adalah dikon-
sentrasikan pada sifat magnetik bahan dari sudut pandang
atom atau molekul. Pada 1905, fisikawan Perancis yang
bernama Paul Langenvin menghasilkan teori yang menyata-
kan hubungan antara suhu dan sifat magnetik bahan, yang
berlandaskan pada struktur atom suatu zat.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh fisikawan Perancis
Pierre Ernst Weiss, yang postulatnya berkaitan dengan
adanya medan magnet internal berskala molekuler dalam
material seperti besi.
V. BAHAN MAGNETIK
Teori Elektromagnetik
Konsep ini ketika dikombinasikan dengan teori Langenvin,
membantu untuk menjelaskan sifat material yang memiliki
kemagnetan kuat seperti batu magnet.
Dipol Magnet
Setelah penemuan Weiss, sifat magnetik dikembangkan men-
jadi lebih baik dan detail. Teori struktur atom yang dikemuka-
kan fisikawan Denmark Neils Bohr, sebagai contohnya, mem-
berikan pengetahuan tentang tabel periodik dan menunjukkan
mengapa magnet terjadi dalam transisi unsur seperti besi dan
unsur bumi yang jarang, atau di dalam senyawa yang memuat
unsur-unsur.
VI. PARA ILMUWAN
Dimana :
e = tegangan induksi [volt] pada suatu kumparan,
= fluksi lingkup yang dicakup oleh kumparan.
VI. PARA ILMUWAN