Anda di halaman 1dari 80

UTAMAKAN

KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN

BAHAN LISTRIK
( EDITING - JUNI 2018 )
H. SUMARSONO
I. PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi sekarang ini terasa pula dampaknya


sampai dengan pola kehidupan industri. Pengetahuan dan
kemahiran seorang teknisi dalam menangani instalasi listrik.
Dan bidang teknik listrik merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang memegang peranan penting.
Pengetahuan seseorang tentang bahan listrik dan teknik
instalasinya sangat diperlukan untuk bergerak dan berkem-
bang dibidang teknologi, khususnya teknologi kelistrikan.
I. PENDAHULUAN

Bahan listrik dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Wujud


bahan tertentu juga bisa berubah karena pengaruh suhu.
Selain pengelompokkan berdasarkan wujud, dalam teknik
listrik bahan listrik juga dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Bahan Penghantar (konduktor);
2. Bahan Penyekat (isolator/insulator);
3. Bahan Setengah Penghantar (semi konduktor);
4. Bahan Magnetis;
5. Bahan Super Konduktor;
6. Bahan Nuklir;
7. Bahan Khusus (untuk pembuatan kotak-kontak, Fuse).
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Bahan Penghantar
Sebagai bahan penghantar untuk kabel listrik digunakan
tembaga atau aluminium.
1. Tembaga.
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu
57 m/Ω.mm2 pada suhu 20 o C. pemakaian tembaga dalam
teknik listrik adalah sebagai konduktor, misalnya : BC/BCC,
kawat berisolasi NYFGbY, N2XFGbY, NYA, NYAF, NYM,
NYY, dan busbar / rel.
Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidai,
tetapi mempunyai kekuatan tarik yang tidak terlalu besar,
yaitu berkisar antara 20 – 40 kg/mm2.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Bahan Penghantar (lanjutan)


Tembaga yang digunakan untuk penghantar umumnya tembaga
elektrolis dengan kemurnian sekurangnya 99,9%.
Daya hantar tembaga sangat dipengaruhi oleh ketidakmur-nian.
Campuran besi sebanyak 0,02 % misalnya akan meningkatkan
tahanan jenis tembaga kira-kira 10 %. Keadaan kekerasan
tembaga juga berpengaruh terhadap daya hantarnya, dengan
daya hantar 100 % memiliki kuat tarik 195-245 N/ mm2.
Tembaga sebagai penghantar arus listrik dibuat dengan berbagi
macam type dan ukuran. Untuk penampang <16 mm2, biasanya
digunakan penghantar tembaga pejal, untuk penampang > = 16
mm2 digunakan penghantar serabut yang dipilin (stranded).
Spectral lines of Copper
TEMBAGA MURNI
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Bahan Penghantar
1. Aluminium.
Aluminium digunakan dalam teknik tenaga listrik juga sebagai
konduktor, walaupun daya hantar aluminium hanya sebesar
35 m/Ω.mm2 pada suhu 20 o C. atau 61,4 % dari daya hantar
tembaga.
Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan
tariknya hanya 9 kg/mm2. OLeh karena itu bila aluminium
digunakan sebagai ganah penghantar yang dimensinya
cukup besar, selalu diperkuat dengan kawat baja (ACSR)
atau menggunakan bahan campuran aluminium (A3C).
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Bahan Penghantar
1. Aluminium (lanjutan)
Pada pembuatannya konduktor aluminium sebagai penghantar
arus listrik dibuat dengan berbagi macam type dan ukuran dari
digunakan untuk daya besar sampai daya yang kecil.
Macam type dan Ukuran penghantar tembaga atau aluminium,
dinormalisasikan kedalam SPLN maupun kedalam satuan
industri lainnya, sedangkan pengkodeannya dinormalisasikan
kedalam Nomenklatur dari penghantar/ konduktor yang
distandarkan secara internasional.
Contoh : A3C, A2C, ACSR, NAKBA, NAYFGbY, NFA2X-T
ALUMINIUM MURNI
Spectral lines of aluminium

Aluminium alloys
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Bahan Penghantar (lanjutan)


Bahan penghantar adalah bahan yang menghantarkan listrik
dengan mudah. Bahan ini mempunyai sifat daya hantar listrik
yang besar dan tahanan listrik kecil.
Dilihat secara mikroskopis, bahan konduktor adalah bahan
yang mempunyai elektron bebas yang mudah berpindah dari
satu atom ke atom lainnya atau bahan yang dapat mengalir-
kan banyak elektron bebas untuk berpindah atau bergerak
secara bebas.
Bahan penghantar listrik berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik. Dalam teknik listrik, bahan penghantar yang sering
dijumpai adalah tembaga dan alumunium.
Susunan Atom Suatu Bahan Listrik
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Resistansi
Resistansi spesifik adalah resistansi dalam “ohm” yang
dipengaruhi oleh satuan volume konduktor (cm3) untuk
mengalirkan arus listrik. Resistansi berkebalikan terhadap
konduktivity. Material yang mempuyai resistansi tinggi akan
mempunyai konduktivitas rendah, demikian pula sebaliknya.
Resistansi spesifik tergantung juga terhadap temperatur,
sehingga nilai resistansi spesifik pada temperatur tersebut
disebut juga temperatur spesifik. Tabel dibawah ini
menunjukkan nilai resistansi spesifik pada temperatur
spesifik sebesar 20 oC.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Resistansi (lanjutan)
Resistansi konduktor yang seragam bervariasi langsung
terhadap panjang dan resistansi spesifik konduktor, dan
kebalikan dari luas area konduktor itu sendiri. Kita dapat
menghitung resistansi konduktor bila kita tahu panjang, luas,
dan resistansi spesifik material. Resistansi ini diekspresikan
dengan simbol R (Resistansi dalam Ohm).
Formulanya adalah :
R = Resistansi material L
ρ = Resistansi spesifik material R
L = Panjang Material A
A = Luas penampang material
Resistansi Spesifik pada Material Logam
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Ukuran konduktor
Ukuran/diameter konduktor biasanya telah distandarkan,
tabel dibawah ini adalah ukuran diameter konduktor
berdasarkan ukuran diameter solid tembaga dalam AWG
(American Standard Wire Gauge).
Untuk mempermudah dalam menentukan diameter suatu
konduktor berikut nilai resistansinya dimana spesifikasinya
tidak tertulis/terhapus dapat menggunakan alat ukur
diameter konduktor (Wire Gauge).
Wire Gauge
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Pemilihan Penghantar
Konduktor dapat membawa arus listrik hanya pada batas
amannya saja. Bila arus mengalir melebihi kapasitas daya
hantar konduktor, maka akan timbul panas. Panas ini dapat
saja membakar isolasi sekeliling konduktor yang merupakan
titik awal terjadinya nyala api. Jadi dalam pemilihan konduk-
tor, faktor arus memegang pengaruh yang besar. Selain itu
juga harus melihat hal-hal sebagai berikut :
1. Ukuran inti penghantar kabel
Bertambahnya diameter/luas penampang inti penghantar
kabel/konduktor akan menurunkan resistansinya dan
meningkatkan kapasitas hantar arus.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Pemilihan Penghantar (lanjutan)


2. Lokasi penghantar
Lokasi konduktor ditentukan oleh temperatur dimana
penghantar bekerja. Penghantar bisa saja diletakkan
dalam pipa (conduit) atau diikat menjadi satu (lace)
bersama dengan konduktor lain, tetapi penghantar akan
bekerja pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan
pada lokasi yang berudara bebas.
Temperatur yang tinggi dimana kabel bekerja akan
meningkatkan resistansinya, sehingga kapasitas untuk
membawa arus menurun.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Pemilihan Penghantar
2. Lokasi penghantar (lanjutan)
Semakin meningkat resistansi-nya, daya yang diserap
(rugi-rugi) dalam bentuk energi panas semakin besar.
Kabel dapat juga diletakkan pada lokasi dimana tempe-
ratur sekeliling relatif tinggi. Untuk kasus ini, panas yang
ditimbulkan dari sumber luar adalah bagian penting dari
total panas penghantar.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Pemilihan Penghantar
3. Isolasi Penghantar
Isolasi penghantar tidak mempunyai efek terhadap
resistansi, resistansi sendiri ditentukan berdasarkan
berapa jumlah panas yang diperlukan untuk membakar
isolasi.
Sebagaimana arus mengalir pada penghantar berisolasi,
batas arus dimana penghantar dapat bertahan tergan-
tung seberapa panas yang dihasilkan sebelum isolasinya
terbakar. Bahan isolasi yang berbeda akan terbakar pada
temperatur yang berbeda pula.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Pemilihan Penghantar
4. Rating arus yang aman
Berdasarkan jenis bahan isolasinya, kapasitas arus yang
dijinkan merujuk pada penghantar tembaga tunggal
dengan berbagai jenis bahan isolasi, pada udara bebas
dengan temperatur maksimum ruangan 30 oC diberikan
pada tabel dibawah ini.
Temperatur Rating dan Kapasitas Arus (dalam Ampere) Tembaga
Tunggal Pada Temperatur Ruangan 30 oC
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Identifikasi Penghantar
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti
penghantar berlaku untuk semua instalasi tetap atau semen-
tara, termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik.
Hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan kesatuan
pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantar,
guna keseragaman dan mempertinggi keamanan.
PUIL mengatur identifikasi penghantar seperti terlihat pada
tabel dibawah ini :
Identifikasi Penghantar Menurut Warna
Isolasi/Selubung Inti (PUIL)
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Jenis Penghantar
Jenis penghantar berdasarkan intinya :
a) Kabel dengan inti penghantar solid
Inti penghantar jenis ini hampir semua instalasi rumah
tinggal menggunakannya. Dikarenakan sifat mekanisnya
dan kaku, maka penghantar jenis ini sangat sesuai untuk
pasangan instalasi yang sifatnya tetap.
Umumnya pengahantar dengan inti tunggal seperti ini
untuk instalasi rumah tinggal mempunyai diameter yang
relatif kecil, biasanya dibawah 16 mm2 (NYM).
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Jenis Penghantar
Jenis enghantar berdasarkan intinya :
b) Penghantar inti konduktor banyak (stranded conductor)
Untuk memecahkan problem mekanis, inti kabel
dibentuk dari beberapa konduktor solid tunggal dengan
diameter yang kecil yang disusun sedemikian rupa
sehingga mempunyai sifat elastisitas yang tinggi.
II. KARAKTERISTIK BAHAN LISTRIK

Jenis Penghantar
b) Penghantar inti konduktor banyak (lanjutan)
Susunan inti kabel tersebut biasanya dibentuk dalam
suatu serat banyak/strand. Geometris dari susunan
kabel seperti ini mengikuti aturan sebagai berikut :
1. lapisan pertama pada keliling konduktor pusat
berjumlah enam buah,
2. lapisan kedua terdiri dari 12 buah konduktor,
3. lapisan ketiga terdiri dari 18 konduktor, dst.
Jadi standar kabel jenis ini terdiri dari 7, 19, dan 37 serat
dan seterusnya sesuai standar.
Kabel Berserat Tunggal dan Kabel Berserat
Banyak (Strand)
Geometris dari Penghantar Berkas
(Stranded Conductor)
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Benda di alam ini ada yang mudah dialiri arus listrik dan ada
yang sukar dialiri arus listrik. Benda yang mengalirkan arus
listrik disebut konduktor dan yang sukar mengalirkan arus
listrik disebut isolator.
Contoh bahan konduktor :
Perak, Aluminium, tembaga, besi, karbon, seng dsb.
Contoh bahan isolator :
Mika, fiber, kaca, kayu, plastik porselin dsb.
Selain kedua macam benda tersebut masih ada pula benda
yang tidak dapat digolongkan konduktor maupun isolator.
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Benda ini tergantung pada suhu sekitarnya, ia dapat jadi


konduktor dan dapat pula menjadi isolator. Benda ini disebut
semikonduktor.
Contoh bahan semikonduktor :
Silikon, germanium, selenium danoksida tembaga.
Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai daya hantar
lebih kecil dibanding bahan konduktor, tetapi lebih besar
dibanding bahan isolator. Dalam teknik elektronika banyak
dipakai semi konduktor dari bahan germanium (Ge) dan
silicon (Si). Dalam keadaan aslinya, Ge dan Si adalah bahan
pelikan dan merupakan isolator.
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Di Pabrik bahan tersebut diberi kotoran. Jika bahan tersebut


dikotori dengan alumunium maka diperoleh bahan semikon-
duktor type P (bahan yang kekurangan elektron/ mempunyai
sifat positif). Jika dikotori dengan fosfor maka yang dipeoleh
adalah semikonduktor jenis N (bahan yang kelebihan
electron, sehingga bersifat negative).
Ge mempunyai daya hantar lebih tinggi dibandingkan Si,
sedangkan Si lebih tahan panas dibanding Ge
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Sifat-sifat Bahan Konduktor


Ada banyak bahan konduktor untuk kabel namun yang paling
umum digunakan adalah tembaga ( cu ) dan aluminium ( al ),
kawat baja memang banyak juga dipakai namun hanya
sebagai penguat mekanis saja.
Sifat konduktor aluminium :
1. Ringan
2. Non magnetism ( tidak dapat dimagnetkan )
3. Lebih tahan korosi disbanding tembaga
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Sifat-sifat konduktor tembaga :


1. Lebih berat dibanding aluminium
2. Sifat mekanis lebih baik
3. Tidak tahan korosi
4. Dapat dipatri
5. Konduktivitas lebih baik dibanding aluminium :
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Sifat-sifat Bahan Isolasi


1. Sifat Mekanis : Tensile/strength ( kekuatan tarik ),
kemuluran, kekuatan tekan, kerapuhan, pembengkokan
bahan.
2. Sifat Thermis : suhu operasi maksimum, tergantung dari
kelasnya.
3. Sifat Kimia : ketahanan terhadap gas, asam alkali dan air.
4. Higroskopisiti yaitu kandungan air didalam bahan.
5. Kemampuan menyerap air.
6. Sifat-sifat lain seperti : kelarutan, titik leleh dan ketahanan
terhadap kotoran.
Suhu dalam derajat celcius, impregnasi adalah
pengotoran bahan dengan menggunakan silicon

Maksimum suhu
Kelas Contoh material
kerja
Y 90 Serat orgamnik, termo plastic
A 105 Cotton, kertas
E 120 Poly Ethylene ( PE ), Pentinax
B 130 Mika, fibreglass, asbestos
F 155 Bahan anorganik
Mika, fibreglass, asbestos yang
H 180
diimpregnasi
C > 180 Bahan anorganik spesial
Kelas Bahan Penyekat

Bahan penyekat listrik dapat dibagi atas beberapa kelas


berdasarkan suhu kerja maksimum, sebagai berikut :
1) Kelas Y, suhu kerja maksimum 90°C
Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan berserat
organis (seperti Katun, sutera alam, wol sintetis, rayon
serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrilat,
polietilen, polivinil, karet, dan sebagainya) yang tidak
dicelup dalam bahan pernis atau bahan pencelup
lainnya. Termasuk juga bahan termoplastik yang dapat
lunak pada suhu rendah.
2) Kelas A, suhu kerja maksimum 150°C
Yaitu bahan berserat dari kelas Y, yng telah dicelup dalam
pernis aspal atau kompon, minyak trafo, email yang
dicampur dengan vernis dan poliamil atau yang terendam
dalam cairan dielektrikum (seperti penyekat fiber pada
transformator yang terendam minyak). Bahan ini adalah
katun, sutera, dan kertas yang telah dicelup, termasuk
kawat email (enamel) yang terlapis damar-oleo dan
damar-polyamide.
3) Kelas E, suhu kerja maksimum 120°C
Yaitu bahan penyekat kawat enamel yang memakai bahan
pengikat polyvinylformal, polyurethene dan damar epoxy
dan bahan pengikat lain sejenis dengan bahan selulosa,
pertinaks dan tekstolit, film triacetate, film dan serat
polyethylene terephthalate.
4) Kelas B, suhu kerja maksimum 130°C
Yaitu Yaitu bahan non-organik (seperti : mika, gelas,
fiber, asbes) yang dicelup atau direkat menjadi satu
dengan pernis atau kompon, dan biasanya tahan
panas (dengan dasar minyak pengering, bitumin sirlak,
bakelit, dan sebagainya)

5) Kelas F, suhu kerja maksimum 155°C


Bahan bukan organik dicelup atau direkat menjadi satu
dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang tahan
panas tinggi.
6) Kelas H, suhu kerja maksimum 180°C
Semua bahan komposisi dengan bahan dasar mika,
asbes dan gelas fiber yang dicelup dalam silikon tanpa
campuran bahan berserat (kertas, katun, dan sebagai-
nya). Dalam kelas ini termasuk juga karet silikon dan
email kawat poliamid murni.

7) Kelas C, suhu kerja diatas 180°C


Bahan anorganik yang tidak dicelup dan tidak terikat
dengan substansi organic, misalnya mika, mikanit yang
tahan panas (menggunakan bahan pengikat anorganik),
mikaleks, gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan
organik saja yang termasuk kelas C yaitu politetra
fluoroetilen (Teflon).
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

Bahan isolasi kabel untuk instalasi listrik umumnya jenis


termoplastik yaitu bisa dicairkan, sifat plastisnya tinggi,
mudah rapuh oleh iklim, diantaranya adalah :
1. PE (Poly Ethylene) : tahan air (bisa untuk kabel laut),
lebih keras dibanding PVC, tahan terhadap serangan
kimia (asam, alkali), termasuk didalamnya jenis XLPE
(sifat mekanis baik,lebih ringan, suhu kerja tinggi, lebih
tahan terhadap penuaan, murah, bahan bakunya mudah
didapat ).
2. PVC (Poly Vinyl Chlorid) : dapat terbakar tetapi tidak
menjalar (mencegah penyebaran kebakaran akibat
listrik), lebih keras dibanding karet, tidak rusak oleh
ozon dan minyak mineral.
III. KONDOKTOR, SEMIKONDUKTOR DAN
ISOLATOR

3. Bakelit : non elastis, larut dalam alcohol, lebih keras


dibanding PVC dan PE.
4. Bahan serat : kekuatan mekanis baik, sifat higroskopis-
nya tinggi, contohnya kayu, kertas, kain, asbestos.
5. Karet : mudah terjadi penuaan dipermukaannya,
terpengaruh sinar matahari (cocok untuk pemasangan
dalam), lebih elastis disbanding PVC dan PE.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


Agar penggunaannya bermanfaat dan aman, arus harus
dipaksa mengalir hanya bila diperlukan. Arus harus
dihubungkan dari sumber tenagake beban yang sesuai.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa konduktor pembawa
arus tidak diijinkan untuk mengadakan kontak dengan
lainnya, peralatan pendukung, atau personal yang bekerja
dekat dengannya. Berkaitan dengan hal tersebut, konduktor
dilapisi atau dibungkus dengan suatu material tertentu yang
bersifat isolator.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


a. Kabel Berbahan Isolasi Karet
Satu dari sekian banyak tipe isolator adalah karet.
Tegangan yang bekerja pada kabel berisolasi karet
tergantung pada ketebalan karet dan kualitasnya.
Semakin tebal isolasinya, tegangan kerjanya semakin
besar. Umumya isolasi jenis ini digunakan untuk
tegangan dengan julat (range) rendah sampai dengan
medium. Sedangkan karet dari jenis bahan lain adalah
Code-Graded Rubber, Latex Rubber, dan Silicone.
Kabel Berbahan Isolasi Karet
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


b. Kabel Berbahan Isolasi Plastik
Plastik banyak juga dipakai sebagai bahan dasar isolator
konduktor. Plastik mempunyai keunggulan dalam fleksi-
bilitas dan tahan lembab. Meskipun banyak isolator
plastik, jenis thermoplastic-lah yang paling banyak
dipakai, karena lebih tahan terhadap temperatur yang
lebih tinggi dibandingkan plastik jenis.
Jenis ini digunakan pada range tegangan rendah sampai
dengan medium. Penandaan untuk mengetahui jenis
isolator kabel berbahan plastik menurut NEC adalah :
Penandaan pada Kabel Berisolasi Plastik

Sebagai contoh, kabel bertipe THWN akan menunjukkan


kabel berisolasi: thermoplastic - heat - moisture-resistant
dengan pelindung nylon.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


c. Kabel Berbahan Isolasi Linen Dipernis
Kabel jenis ini mempunyai daya tahan terhadap tempe-
ratur lebih tinggi daripada jenis isolasi karet. Linen yang
dipernis berbentuk pita yang dililit dengan lapisan pada
keliling konduktor. Pada tiap lapisan mengandung minyak
untuk mencegah air masuk melalui bocoran kecil pada
lapisan pelindung luar.
Kabel ini digunakan untuk tegangan tinggi diatas 15.000 V
disamping tahan minyak dan mempunyai kekuatan
dielectrik yang tinggi. Biasanya digunakan pada rumah
pembangkit dan gardu listrik.
Kabel Berbahan Isolasi Linen Dipernis
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


d. Kabel Berbahan Isolasi Extruded Poly tetrafluoro ethylene
Kabel jenis ini mempunyai daya tahan pada temperatur
yang tinggi dan digunakan pada kondisi dan lokasi spesial
yaitu pada pesawat. Isolasi kabel ini tidak terbakar bila
terjadi panas, akan tetapi menguap. Konduktor inti dilapisi
oleh nickel sehingga sulit dilakukan penyolderan.
e. Kabel Berbahan Isolasi Fluorinated Ethylene Propylene
(FEP)
Kabel jenis ini mirip dengan Extruded Poly tetra fluoro
ethylene, tetapi intinya mudah melebur pada temperatur
penyolderan.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


f. Kabel Berbahan Isolasi Asbestos
Kabel jenis ini merupakan kabel dengan teknologi lama
dan sekarang mulai ditinggalkan. Disamping sudah
terdapat kabel berisolasi yang lebih baik, kabel ini dapat
menghasilkan racun apabila panas/terbakar yang dapat
merusak paru-paru.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


g. Kabel Berbahan Isolasi Kertas
Kabel jenis ini mempunyai daya tahan pada temperatur
tinggi dan tegangan yang ekstrim. Kombinasi kertas dan
mineral oil menjadikan kabel ini mempuyai keungulan
tersebut.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


h. Kabel Berbahan Isolasi Sutra dan Kapas
Kabel jenis ini hanya digunakan untuk arus kecil umumnya
untuk saluran komunikasi, karena tidak memerlukan
isolasi tegangan tinggi. Kombinasi sutra dan kapas sudah
cukup memberikan hasil isolasi yang memuaskan.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


i. Kabel Berbahan Isolasi Enamel
Kabel jenis ini tidak digunakan dalam instalasi rumah
tinggal. Kabel jenis sebenarnya adalah kawat yang
berenamel, dan digunakan pada peralatan magnetik
seperti transformator, motor. Enamel sendiri adalah
synthetic compound yang terdiri dari asetat selulosa.
IV. JENIS DAN FUNGSI ISOLASI

Jenis Penghantar Berdasarkan Isolasinya


j. Kabel Berbahan Isolasi Mineral
Kabel jenis ini dikembangkan untuk memenuhi keterse-
diaan kabel pada lokasi temperatur tinggi, tahan air, dan
tidak mudah berubah. Komposisi kabel jenis ini terdiri dari
konduktor yang diisolasi compressed mineral (magnesium
oxide), dan dibungkus liquidtight, gastight metallic tube.
2. Bahan Penyekat ( Insulator / isolator )
Adalah bahan yang befungsi untuk menyekat (misalnya
antara 2 penghantar); agar tidak terjadi kebocoran arus/
hubung singkat listrik, apabila kedua penghantar tersebut
bertegangan.
Dilihat secara mikroskopis, bahan isolator adalah bahan
yang tidak mempunyai elektron bebas yang mudah ber-
pindah dari satu atom ke atom lainnya atau bahan yang
tidak dapat mengalirkan elektron bebas untuk berpindah
atau bergerak secara bebas. Perpindahan elektron berarti
rusaknya bahan isolator tersebut (pecah/retak).
Bahan penyekat yang sering ditemui dalam teknik listrik,
dapat berbentuk : PADAT, CAIR dan GAS.
Macam bahan penyekat
1) Bahan penyekat bentuk padat,
Bahan listrik ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, diantaranya yaitu : bahan tambang, bahan
berserat, gelas/kaca, plastik, karet, ebonit, bakelit,
keramik/porselen, kayu kering, kertas, mika, PVC (Poly
Vinil Clorida), XLPE (Cross Link Poly Ethilene) dan
bahan-bahan lain yang dipadatkan.
Bahan isolasi padat yang banyak digunakan dalam
teknik tenaga listrik adalah :
Bahan kramik/porselen banyak digunakan untuk bushing
transformator dan isolator SUTM, kaca digunakan untuk
isolator SUTM.
Ebonit dan mika digunakan sebagai isolator rel/busbar
pada beberapa merek kubikel TM demikian juga
kramik/porselen digunakan juga untuk rel/busbar pada
type open type.
PCV dan XLPE digunakan sebagai bahan isolasi untuk
kabel tanah baik untuk SKTR maupun SKTM.
Bahan isolasi yang lain digunakan sesuai
keperluannya, misalnya penyekat pada alur/slot pada
stator motor dan generator.
2) Bahan penyekat bentuk cair,
Jenis penyekat ini yang banyak digunakan pada teknik
listrik adalah : minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah.
Dalam pemakaiannya, minyak ini dipengaruhi oleh
panas, seperti pada transformator dan kabel, karena
pengaruh panas dan rugi didalam transformator akan
timbul hydrokarbon.
Selain dari bahan minyak mineral bahan isolator cair
dapat juga dibuat dari bahan organic, misalnya minyak
trafo Pitanol dan Silikon.
Bahan isolasi cair yang digunakan dalam teknik tenaga
listrik umumnya minyak Diala dari type A, B atau C yang
terbuat dari bahan minyak mineral. Sebagai bahan isolasi,
minyak Diala harus mempunyai tegangan tembus yang
tinggi. minyak transformator,
Isolasi minyak yang digunakan dalam breaker (OCB) atau
pemutus tenaga (PMT) adalah untuk memadamkan busur
api listrik akibat membuka/menutupnya pisau kontak
dengan aliran arus listrik yang besar (> 1.000 A),
Sedangkan isolasi minyak yang diisikan kedalam transfor-
mator adalah sebagai media pendingin dan sebagai bahan
isolasi penyekat antara bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan atau bagian bertegangan
uang satu dengan bagian bertegangan yang lainnya.
Ketahan listrik bahan isolasi minyak dapat menurun karena
pengaruh asam dan dapat pula karena kandungan air.
Keasaman pada bahan isolasi minyak dapat dinetralisir
dengan menggunakan Potasium Hidroksida (KOH),
sedangkan kandungan air didalam bahan isolasi minyak
dapat dihilangkan dengan memakai bahan higroskopis yaitu
Silikagel.
Agar berfungsi baik sebagai media pendingin, bahan isolasi
minyak kekentalan-nya tidak boleh terlampau tinggi agar
mudah bersirkulasi didalam tangki pendingin.
Macam bahan penyekat

3) Bahan penyekat bentuk gas, yang sering digunakan


untuk keperluan teknik listrik diantaranya :
 nitrogen,
 hidrogen,
 karbondioksida.
 SF6
 Udara atau Vakum
SF6
Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas
bentukan antara unsure Sulphur dengan Fluor
dengan reaksi eksotermis. Molekul SF6 mempunyai
enam atom Fluor mengikat sebuah atom Sulphur,
disini masing-masing atom Fluor mengikat satu
buah electron terluar atom Sulphur, sehingga
dengan demikian maka SF6 menjadi gas yang inert
atau stabil seperti halnya gas mulia.
Sampai saat ini SF6 adalah merupakan gas terberat
dengan massa jenis 6,139 kg/m3 yaitu sebesar 5 kali
berat jenis udara pada 0 oC, tekanan 1 atm.
Sifat lainnya dari SF6 adalah : tidak terbakar, tidak
larut pada air, tidak beracun, tidak berwarna dan tidak
berbau.
Bahan isolasi SF6 sangat baik digunakan untuk
bahan pendingin pada peralatan listrik yang menimbul
kan panas atau bunga api pada waktu bekerjanya,
sehingga dapat digunakan untuk memadamkan busur
api listrik akibat membuka atau menutup nya pisau
kontak yang dialiri arus listrik yang besar (> 1.000 A)
seperti pada PMT 150 kV gardu induk atau hanya
beberapa ratus Amper (< 630 A) seperti pada LBS
kubikel.
Udara atau Vakum
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapat-
kan, mempunyai tegangan tembus yang cukup besar,
yaitu sebesar 30 kV/cm. Contoh yang mudah dijumpai
adalah pada penghantar terbuka seperti pada JTR, JTM
dan JTT antara hantaran yang satu dengan yang lain
dipisahkan oleh udara.
Bahan isolasi udara atau vakum digunakan untuk
memadamkan busur api listrik akibat membuka atau
menutup nya pisau kontak yang dialiri arus listrik hanya
beberapa ratus Amper (< 630 A) seperti pada LBS
kubikel, Pole Top LBS dan Pole Top Switch (PTS)
V. BAHAN MAGNETIK

Dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :


1) ferro magnetic,
2) para-magnetic dan
3) dia-magnetic.
Bahan ferro-magnetic adalah bahan yang mempunyai per-
meabilitas tinggi dan mudah sekali dialiri garis gaya magnet.
Contoh bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi adalah
besi, besi pasir, stalloy. Selain itu sering dijumpai magnet
yang merupakan magnet permanen, misalnya alnico, cobalt,
baja arang.
Baja untuk magnet sering dijumpai pada pelat motor, genera-
tor, transformator. Dalam bidang elektronika misalnya pada
speaker, alat-alat ukur elektronika.
V. BAHAN MAGNETIK

Teori Elektromagnetik
Pada 1813 Hans Christian Oersted memprediksi hubungan
antara magnetik dan listrik akan ditemukan. Tahun 1819 dia
menempatkan kompas dekat kawat yang berarus listrik dan
mengamati bahwa kompas mengalami perubahan arah.
Penemuan ini menjelaskan bahwa listrik yang mengalir akan
menghasilkan medan magnetik.
Pada 1831 ilmuwan Inggris Michael Faraday menemukan
bahwa magnet yang bergerak di dekat kumparan akan
menghasilkan aliran listrik, penemuan ini merupakan
kebalikan dari penemuan Oersted.
V. BAHAN MAGNETIK

Teori Elektromagnetik
Oersted menunjukkan bahwa aliran listrik menghasilkan
medan magnet, tapi Faraday menunjukkan yang sebaliknya,
perubahan medan magnet dapat digunakan untuk menimbul-
kan aliran listrik.
Gabungan dari teori listrik dan magnet secara penuh telah di
kemukakan oleh ilmuwan Inggris James Clerk Maxwell, ia
memprediksi adanya gelombang elektromagnetik dan meng-
identifikasi bahwa cahaya adalah peristiwa elektromagnetik.
Kontribusi dari persamaan Maxwell adalah pengembangan
pembangkit tenaga listrik yang bernama generator.
V. BAHAN MAGNETIK

Teori Elektromagnetik
Perkembangan selanjutnya dari kemagnetan adalah dikon-
sentrasikan pada sifat magnetik bahan dari sudut pandang
atom atau molekul. Pada 1905, fisikawan Perancis yang
bernama Paul Langenvin menghasilkan teori yang menyata-
kan hubungan antara suhu dan sifat magnetik bahan, yang
berlandaskan pada struktur atom suatu zat.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh fisikawan Perancis
Pierre Ernst Weiss, yang postulatnya berkaitan dengan
adanya medan magnet internal berskala molekuler dalam
material seperti besi.
V. BAHAN MAGNETIK

Teori Elektromagnetik
Konsep ini ketika dikombinasikan dengan teori Langenvin,
membantu untuk menjelaskan sifat material yang memiliki
kemagnetan kuat seperti batu magnet.
Dipol Magnet
Setelah penemuan Weiss, sifat magnetik dikembangkan men-
jadi lebih baik dan detail. Teori struktur atom yang dikemuka-
kan fisikawan Denmark Neils Bohr, sebagai contohnya, mem-
berikan pengetahuan tentang tabel periodik dan menunjukkan
mengapa magnet terjadi dalam transisi unsur seperti besi dan
unsur bumi yang jarang, atau di dalam senyawa yang memuat
unsur-unsur.
VI. PARA ILMUWAN

Pada 1831 Faraday (1791-1867) menunjukkan bahwa listrik


dapat dibangkitkan dari magnet. Dari kumpulan catatan hasil
percobaan yang dilakukan oleh Faraday, suatu formulasi
matematis telah diturunkan untuk menyatakan hukum
Faraday, yaitu :

Dimana :
e = tegangan induksi [volt] pada suatu kumparan,
= fluksi lingkup yang dicakup oleh kumparan.
VI. PARA ILMUWAN

Jika kumparan mempunyai N lilitan dan setiap lilitan


mencakup fluksi magnit sebesar  [weber], maka fluksi
lingkup adalah  = N [weber-lilitan] dan (1.1) menjadi :

Tanda negatif pada (1.1) diberikan oleh Emil Lenz, yang


setelah melanjutkan percobaan Faraday
menunjukkan bahwa arah arus induksi selalu sedemikian
rupa sehingga terjadi perlawanan terhadap aksi yang
menimbulkannya. Reaksi demikian ini disebut hukum Lenz..
michael faraday Hans Christian Ørsted
Paul Langenvin James Clerk Maxwell
André Marie Ampère Neils Bohr
SIFAT BAHAN LISTRIK
Dalam pemilihan jenis bahan listrik, selain sifat listrik,
perlu dipertimbangkan beberapa sifat lain dari bahan,
yaitu :
A. Sifat Mekanis,
yaitu perubahan bentuk dari suatu benda padat
akibat adanya gaya-gaya dari luar yang bekerja
pada benda tersebut. Jadi adanya perubahan itu
tergantung kepada besar kecilnya gaya, bentuk
benda, dan dari bahan apa benda tersebut dibuat.
Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja, maka ada
tiga kemungkinan yang akan terjadi pada suatu benda
 Bentuk benda akan kembali ke bentuk semula, hal
ini karena benda mempunyai sifat kenyal (elastis).
 Bentuk benda sebagian saja akan kembali ke
bentuk semula, hal ini hanya sebagian saja yang
dapat kembali ke bentuk semula karena besar gaya
yang bekerja melampaui batas kekenyalan
sehingga sifat kekenyalan menjadi berkurang.
 Bentuk benda berubah sama sekali, hal ini dapat
terjadi karena besar gaya yang bekerja jauh
melampaui batas kekenyalan sehingga sifat
kekenyalan sama sekali hilang.
B. Sifat Fisis,
Benda padat mempunyai bentuk yang tetap (bentuk
sendiri), dimana pada suhu yang tetap benda padat
mempunyai isi yang tetap pula. Isi akan bertambah atau
memuai jika mengalami kenaikkan suhu dan sebaliknya
benda akan menyusut jika suhunya menurun.
Karena berat benda tetap , maka kepadatan benda akan
bertambah, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Jika isi (volume) bertambah (memuai), maka kepadatan-
nya akan berkurang
 Jika isinya berkurang (menyusut), maka kepadatan akan
bertambah
 Jadi benda lebih padat dalam keadaan dingin daripada
dalam keadaan panas
C. Sifat Kimia,
Berkarat adalah termasuk sifat kimia dari suatu bahan
yang terbuat dari logam. Hal ini terjadi karena reaksi
kimia dari bahan itu sendiri dengan sekitarnya atau
bahan itu sendiri dengan bahan cairan. Biasanya
reaksi kimia dengan bahan cairan itulah yang disebut
berkarat atau korosi. Sedangkan reaksi kimia dengan
sekitarnya disebut pemburaman
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai