Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 7

Disusun Oleh:
Riska Sintikhe (16510256)
Dormauli (16510274)
Filadelfia (165102
Rehulina
LATAR BELAKANG

Teori akuntansi positif mulai berkembang sekitar tahun 1960-an yang


dipelopori oleh Watt &Zimmerman menitik beratkan pada pendekatan
ekonomi dan perilaku dengan munculnyahipotesis pasar efisien dan teori
agensi.

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang


menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi
kondisi tertentu dimasa mendatang.

Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori
akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik
akuntansi.
 Sedangkan teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subjektif, sehingga tidak dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji
secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Dalam praktik, para
profesional dalam bidang akuntansi telah menyadari sepenuhnya bahwa
teori akuntansi positif lebih cendrung diterapkan dibanding teori akuntansi
normatif.

 Dalam makalah ini akan dijelasan lebih rinci tentang akuntansi positif dan
juga akuntansi normatif, baik itu sejarah awal mula, perkembangannya
perbedaan ataupun perbandingan antara keduannya serta hal-hal yang
berhubungan dengan akuntansi positif maupun normatif.
 RUMUSAN MASALAH

 1. Apa perbedaan antara teori akuntansi normative dengan teori akuntansi


positif?
 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teori keagenan dan permasalahan
yang mungkin timbul dalam hubungan keagenan!
 3. Jelaskan mekanisme yang dapat digunakan untuk meminimalkan konflik
kepentingan antara Priciple dengan Agent!
 4. Jelaskan hipotesis rencana bonus,hipotesis perjanjian utang,dan hipotesis
biaya politik!
 5.Carilah hasil penelitian yang menguji:
 Hipotesisi rencana bonus
 Hipotesis perjanjian utang
 Hipotesis biaya politik
TUJUAN RUMUSAN MASALAH

 Untuk mengetahui perbedaan antara teori akuntansi normative dengan teori


akuntansi positif?
 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori keagenan dan
permasalahan yang mungkin timbul dalam hubungan keagenan!
 3. Untuk mengetahui mekanisme yang dapat digunakan untuk
meminimalkan konflik kepentingan antara Priciple dengan Agent!
 4. Untuk mengetahui hipotesis rencana bonus,hipotesis perjanjian utang,dan
hipotesis biaya politik!
 5.Untuk mengetahui hasil penelitian yang menguji:
 Hipotesisi rencana bonus
 Hipotesis perjanjian utang
 Hipotesis biaya politik
PEMBAHASAN

 Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntansi Normatif


 Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang
didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan. Pendekatan klasikal yang
lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif mengalami kejayaannya
pada tahun 1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran
pendekatan dalam penelitian akuntansi.
Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah bahwa pendekatan normatif
yang telah berjaya selama satu dekade tidak dapat menghasilkan teori
akuntansi yang siap dipakai didalam praktek sehari-hari.

Pada awal perkembangannya teori akuntansi menghasilkan teori normative


yang didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan dan menggunakan
kebijakan nilai (value judgement) yang mengandung minimum sebuah prem
is (Wolk & Tearney, 1997).
 Selain itu perkembangan akuntansi juga mengarah pada teori akuntansi
positif atau deskriptif yang investigasinya sudah lebih terstruktur dengan
menggunakan pendekatan induktif (didasarkan pada konklusi yang
digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci
(Anis dan Imam,2003).

 Perkembangan teori mengarah pada teori positif (deskriptif) ini dibarengi


dengan perubahan fokus teori akuntansi yang digunakan oleh lembaga
akuntansi, misalnya FASB yang menekankan pada kegunaan dalam
pengambilan keputusan dan tidak lagi terfokus pada postulate seperti
terlihat pada kerangka konseptual yang diterbitkan oleh FASB mulai tahun
1979 yang dimulai dengan perumusan tujuan pelaporan keuangan (SFAC
1,1979 dalam Anis dan Imam,2003).
 Jadi dari perkembangan teori akuntansi normative dengan teori
akuntansi positif dapat dijelaskan perbedaanya sebagai berikut:

 Teori normatif berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya


dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi dan bagaimana
akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi teori normatif berusaha menjelaskan
apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian
informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang
apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut terjadi.

 Sebaliknya tujuan pendekatan teori positif berusaha menguraikan dan


menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta
dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi atau dengan
kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan anjuran
mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk
menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti
keadaannya sekarang.
 Teori Keagenan (Agency Theory)

 Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan teori keagenan (agency


Theory) adalah bahwa hubungan agency terjadi ketika satu orang atau lebih
pemegang saham (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut.

 Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory
(Mursalim, 2005) yang merupakan teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan. Prinsip utama teori keagenan adalah adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang yaitu pemilik (principal) dengan
pihak yang menerima wewenang yaitu manajer (agent).
Permasalahan yang mungkin timbul dalam dalam hubungan keagenan
yaitu dapat dikemukakan dibawah ini:

 Hubungan ini mengimplikasikan adanya potensi konflik kepentingan antara


pemilik dan manajer karena masing-masing pihak memiliki kepentingan
yang berbeda. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab
untuk mengoptimalkan keuntungan para pemegang saham (principal).
Namun disisi lain manajer juga memiliki kepentingan memaksimumkan
kesejahteraan mereka, sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu
bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen & Meckling), 1976).

 Hubungan antara pemilik/pemegang saham (principal) dan manajer (agent)


dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi/asimetri
informasi (asymmetrical information) karena informasi perusahaan yang
dimiliki manajer lebih lengkap dibandingkan pemilik. Laporan keuangan
diperlukan oleh pihak internal (agent/manajer) dan pihak eksternal
(pemegang saham/principal).
 Penyajian informasi akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, agent
memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel
mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya.
Karena kondisi asimetri tersebut maka agent dapat mempengaruhi angka-
angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara
manajemen laba.

 Ketika asimetri informasi tinggi, pemegang saham (principal) tidak


memiliki sumber daya yang cukup, intensif, atau akses atas informasi yang
relevan untuk memonitor tindakan manajer, di mana hal ini memberikan
kesempatan atas praktik rekayasa keuangan. Adanya asimetri informasi ini
akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut terkait dengan pengukuran
kinerja manajer (Halim, dkk, 2005).
Mekanisme yang dapat digunakan untuk meminimalkan konflik
kepentingan antara Principle dengan Agent

 Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling
bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang
lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal
(Ichsan, 2013).

 Pertentangan terjadi apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal


untuk kepentingannya sendiri. Dalam penelitian ini, pemerintah adalah
prinsipal sedangkan perusahaan adalah agen. Pemerintah yang bertindak
sebagai prinsipal memerintahkan kepada perusahaan untuk membayar pajak
sesuai dengan perundang-undangan pajak.
 Hal yang terjadi adalah perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan
kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga
meminimalisir beban, termasuk beban pajak dengan melakukan
penghindaran pajak. Manajer perusahaan yang berkuasa dalam perusahaan
untuk pengambilan keputusan sebagai agen memiliki kepentingan untuk
memaksimalkan labanya dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.

 Karakter manajer perusahaan tentunya mempengaruhi keputusan manajer


untuk memutuskan kebijakannya untuk meminimalkan beban termasuk
beban pajak dengan mempertimbangkan berbagai macam hal seperti sales
growth atau leverage.
 Konflik keagenan yang terjadi antara agen dan prinsipal dapat
diminimalkan dengan berbagai macam cara,yaitu:
 1.Dengan Forum for Governance In Indonesia(FCGI)
 Pertama pengungkapan corporate governance (Evianisa, 2014). Menurut
Forum for Corporate Governance In Indonesia (FCGI) dalam Evianisa
(2014) mengenai pengertian corporate governance adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegeng saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegeng kepentingan intern dan eksteren lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka.

 2.Pemegang Saham sebagai Prinsipal dan Manajemen sebagai Agen


 Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa teori keagenan
mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen
sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.
Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat
keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham.
 3.Memotivasi Agen

 Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor,
yaitu (1) Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik
agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama.

 4.Pendesainan Aplikasi Agency Theory


 Scott (2000) menyatakan bahwa inti dari Agency Theory atau teori keagenan
adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan
prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Aplikasi agency
theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi
hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan.
 Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt &
Zimmerman (1986) dalam bentuk "oportunistik" yang sering
diinterpretasikan, yaitu :
 1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis),
 Dalam ceteris paribus para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan
lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat
menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode
sekarang atau dikenal dengan income smoothing.

 2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis),


 Dalam ceteris paribus manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage
(debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang
dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode
sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan
pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka
perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga
menurunkan kemungkinan default technic.
 . Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis),
 Dalam ceteris paribus semakin besar biaya politik perusahaan, semakin
mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang
menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode mendatang.

 Tiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa akuntansi teori positif


mengakui adanya 3 hubungan keagenan (1) antara manajemen dengan
pemilik, (2) antara manajemen dengan kreditur, (3) antara manajemen
dengan pemerintah (Anis dan Imam, 2003). Masalah agency muncul
disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal,
dimana agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan principal.
sehingga menyebabkan adanya moral hazard (Ahmed R.B.,2000).
 Hasil Penelitian yang menguji hipotesis rencana bonus,hipotesis
perjanjian utang,dan hipotesis biaya politik, Yaitu:

 Banyak periset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan


oleh Watt & Zimmerman , adapun periset-periset tersebut adalah Scott
(2000):

 a. Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan


bukti para manajer yang mendasarkan bonusnya pada income netto
dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akuntansi accrual
untuk pelaporan pendapatannya sehingga dapat memaksimalkan bonus.

 b. Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti


bahwa perusahaan sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk
pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham.
 c. Jones,1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income
netto yang dilaporkan untuk keringanan impor. Pemberian keringan impor
pada perusahaan tidak adil karena dipengaruhi oleh kompetisi asing,
sebagian merupakan keputusan politik.

 d. Lev (1979) dalam hipotesis bonus — debt convenant adanya


kecenderungan manajer menjadi opportunistik dengan menyelamatkan
bonus dan mengabaikan perubahan debt convenant ketika effisiensi pasar
yang diharapkan bereaksi negatif.
kesimpulan
Jadi teori normatif menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan
dalam proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan
menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal
tersebut terjadi. Sedangkan teori positif bukanlah untuk memberikan
anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk
menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti
keadaannya sekarang.
 Konflik keagenan yang terjadi antara agen dan prinsipal dapat diminimalkan
dengan berbagai macam cara Dengan Forum for Governance In
Indonesia(FCGI), Pemegang Saham sebagai Prinsipal dan Manajemen
sebagai Agen, Memotivasi Agen ,dan Pendesainan Aplikasi Agency Theory.
 Hasil Penelitian yang menguji hipotesis rencana bonus,hipotesis
perjanjian utang,dan hipotesis biaya politik yaitu Informasi tentang
laba akan mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam
mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996) dalam
Ndaruningpuri (2008) sehingga hal tersebut dapat menyebabkan para
manajer melakukan manajemen laba.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai