Anda di halaman 1dari 57

Penerapan Metode Pengamatan Langsung Berbantuan dengan

Video Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi


Sistem Peredaran Darah Siswa Kelas VIII.2 SMP YLPI Pekanbaru
Tahun Ajaran 2019-2020.

Dosen Pebimbing : Dr. Elfis, M.Si

Proposal dan Analisis Jurnal :


Fathiya Nurul Haq
JURNAL 1

“Improving Cognitive Learning Outcomes through Science


Learning Videos Integrated with Local Potencies”

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif melalui Video


Pembelajaran Sains yang Diintegrasikan dengan Potensi Lokal
Oleh : S D Nugroho and I Wilujeng

Postgraduate Program of Science Education, Yogyakarta State


University, 55281, Yogyakarta, Indonesia

E-mail: sofyan.dwi2016@student.uny.ac.id
Abstrak
Menggunakan video dalam pendidikan siswa dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk menerapkan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan kelayakan video pembelajaran sains yang terintegrasi
dengan potensi lokal dan meningkatkan hasil belajar kognitif. Untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif menggunakan pembelajaran video, kami
menerapkan desain kuasi-eksperimental. Populasi penelitian terdiri dari 168
siswa kelas satu SMPN 1 Pundong, SMPN 1 Sanden, dan SPM Muhammadiyah
Sanden. Sampel penelitian dipilih dengan melakukan cluster random sampling
yang terdiri dari kelas kontrol dan eksperimen. Data pra-skor dan pasca-skor
diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif yang diberikan sebelum dan di akhir
proses pembelajaran. Data dianalisis dengan menggunakan skor gain yang
dinormalisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor gain yang dinormalisasi
rendah di kelas kontrol dan sedang di kelas eksperimen. Hasil termasuk validasi
video pembelajaran sains terintegrasi dengan potensi lokal berdasarkan para
ahli, guru sains, dan siswa dalam pengujian lapangan awal. Hasil validasi
menunjukkan bahwa video pembelajaran sains yang terintegrasi dengan
potensi lokal layak digunakan di kelas sains dan dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif.
Pendahuluan
• Pengalaman langsung dapat diperoleh dengan menggunakan
potensi lokal sebagai sumber pembelajaran terdekat.
• Pengembangan video pembelajaran yang terintegrasi dengan
potensi lokal di sekolah menengah pertama harus menjadi
salah satu solusi untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang terintegrasi dengan potensi lokal di ruang kelas.
• Video pembelajaran dapat menyajikan objek potensi lokal di
ruang kelas, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk secara langsung mengamati potensi lokal di wilayah
mereka tanpa mengkhawatirkan keterbatasan ruang dan
waktu karena aktivitas dapat dilakukan di kelas secara
bersamaan.
Metode penelitian

• Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di


tiga sekolah yang berlokasi di Bantul yaitu SMPN I
Pundong, SMPN I Sanden, dan SMP
Muhammadiyah Sanden dengan populasi yang
terdiri dari 168 siswa.
• Data dianalisis untuk menyelidiki kelayakan video
pembelajaran yang terintegrasi dengan potensi
lokal yang divalidasi oleh dua dosen ahli, enam
guru sains sebagai validator, dan sepuluh peserta
didik sebagai responden.
Hasil dan Diskusi
Kesimpulan

• Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi


menunjukkan bahwa video pembelajaran
sains terintegrasi dengan potensi lokal layak
digunakan dalam kelas sains menurut dosen
ahli dan guru sains.
• Hasil ini menunjukkan bahwa video
pembelajaran sains yang terintegrasi dengan
potensi lokal dapat digunakan di kelas sains
dan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif.
JURNAL 2

“The Influence of Assistance of Helped Guided Inquiry


Methods Tutorial Video Practicum on the Process of
Student Science Skills”

Pengaruh Bantuan Metode Pertanyaan Panduan Dipandu


Tutorial Video Praktikum pada Proses Keterampilan
Ilmu Pengetahuan Siswa

Oleh : Riska Sukma Isnayanti1,2 ,Wahyu Hardyanto2,


Sutikno2
Abstrak
Metode dan media pembelajaran yang menarik dapat mendukung proses
pembelajaran menjadi menyenangkan dan meningkatkan keterampilan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri terbimbing yang
dibantu oleh tutorial video praktikum pada keterampilan proses sains, keterampilan
kooperatif dan respons siswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Jepara 5
tahun 2018/2019 tahun ajaran. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 9. Penentuan
sampel dengan sistem cluster random sampling sehingga diperoleh dua kelas untuk
dijadikan sampel. Kelas eksperimen menerima perawatan menggunakan metode
inkuiri terbimbing yang dibantu oleh video tutorial praktis dan kelas kontrol
menggunakan metode inkuiri terbimbing. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa: (1) Ada perbedaan hasil keterampilan
proses ilmiah yang signifikan antara pembelajaran inkuiri terbimbing yang dibantu oleh
tutorial video praktikum dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing; (2)
Hasil pengamatan keterampilan kolaborasi antara pembelajaran inkuiri terbimbing
yang dibantu oleh tutorial video praktis lebih baik daripada pembelajaran inkuiri
terbimbing; (3) Siswa menunjukkan respons yang sangat baik (skor rata-rata semua
siswa 115). Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, dapat membuat siswa termotivasi dan tertarik untuk belajar.
Pendahuluan
• Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dalam penelitian
ini adalah:
(1) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
sains dalam pembelajaran sains dengan metode inkuiri
terbimbing yang dibantu oleh video tutorial praktikum
dibandingkan dengan inkuiri terbimbing;
(2) Untuk mengetahui perbedaan dalam keterampilan
kooperatif siswa dengan inkuiri terbimbing yang
dibantu oleh tutorial video praktis dibandingkan
dengan inkuiri terbimbing;
(3) Untuk mengetahui tanggapan siswa selama
pembelajaran rangkaian listrik dengan inkuiri
terbimbing yang dibantu oleh tutorial video praktis.
Metode
• Penelitian yang digunakan adalah quasi-beberapa
guru jarang melakukanilmu Fisika penelitian
eksperimental(Quasi Experiment) dengan
praktikum di laboratorium sains.
• Desain Grup Kontrol Pra-tes-Pasca-uji dalam
praktiknya, pembelajaran Sains Terpadu masih
menggunakan dua kelas.
• Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas IX SMP 5 Jepara pada tahun 2018 hingga 2019
tahun sekolah. Populasinya homogen sehingga
kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian
ditentukan secara acak (cluster random sampling).
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
• penulis dapat menyimpulkan bahwa ada
kecakapan dalam hasil ilmiah yang signifikan
keterampilan proses antara pembelajaran inkuiri
terbimbing dibantu oleh video tutorial
dibandingkan dengan dipandu pembelajaran
inkuiri.
• Hasil pengamatan keterampilan kooperatif antara
inkuiri terbimbing belajar dibantu oleh tutorial
video praktis lebih baik daripada pembelajaran
inkuiri terbimbing. Siswa menunjukkan respons
dengan kriteria sangat baik.
JURNAL 3

“Engaging Pre-Service Teachers to Teach Science


Contextually with Scientific Approach Instructional
Video”

Melibatkan Guru Pra-Pengajaran untuk Mengajar


Sains secara Kontekstual dengan Pendekatan Ilmiah
Video Instruksional

Oleh : E Susantini 1, I Kurniasari2, A N M Fauziah3,


T Prastowo4, A Kholiq4,
L Rosdiana3
Abstrak
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual / CTL menyajikan konsep-
konsep baru dalam pengalaman dan situasi kehidupan nyata di mana siswa dapat
mengetahui hubungan yang bermakna antara ide-ide abstrak dan aplikasi praktis.
Menerapkan pengajaran kontekstual dengan menggunakan pendekatan ilmiah
akan mendorong para guru untuk menemukan cara konstruktif dalam
menyampaikan dan mengatur konten sains. Penelitian ini mengembangkan video
instruksional yang mewakili pemodelan menggunakan pendekatan ilmiah dalam
CTL. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melibatkan guru pre-service dalam
belajar bagaimana mengajar CTL dan untuk menunjukkan bagaimana tanggapan
guru pre-service tentang belajar bagaimana mengajar CTL menggunakan video
instruksional. Subjek penelitian ini adalah sepuluh guru pre-service di Departemen
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia. Semua subjek
mengamati video instruksional yang menunjukkan pengajaran dan pembelajaran
kontekstual yang dikombinasikan dengan pendekatan ilmiah saat mereka
menyelesaikan lembar kerja untuk menganalisis konten video. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru pre-service dapat belajar mengajar secara kontekstual
serta menerapkan pendekatan ilmiah di kelas sains melalui pemodelan dalam
video instruksional. Mereka juga menjawab bahwa video instruksional dapat
membantu mereka belajar mengajar setiap komponen pengajaran kontekstual
serta pendekatan ilmiah.
Pendahuluan
Pengajaran kontekstual menghadirkan konsep-konsep
baru dalam pengalaman dan situasi kehidupan nyata di
mana siswa dapat menemukan hubungan yang
bermakna antara ide-ide abstrak dan aplikasi praktis
dalam konteks penggunaannya.

1.1. Pengajaran kontekstual dalam sains


Ada tujuh komponen pengajaran dan pembelajaran
kontekstual: 1) konstruktivisme; 2) pemodelan; 3)
bertanya; 4) komunitas belajar; 5) pertanyaan; 6)
penilaian otentik; dan 7) refleksi.
Metode penelitian
2.1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah sepuluh (10) guru pre-service di
Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia.
Guru-guru pra-jabatan
2.2. Prosedur kelas
2.3. Video instruksional
Video instruksional yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan untuk
memberikan pemodelan pembelajaran kontekstual yang memadai di kelas
sains dengan pendekatan ilmiah. Video pengajaran ini divalidasi oleh tiga ahli
pendidikan independen.
2.4. Pengumpulan dan analisis data
melalui rencana pelajaran yang dirancang dan mengamati keterampilan mengajar
mereka sepanjang pengajaran mikro menggunakan kriteria dan kinerja rubrik.
Hasil dan Diskusi
Kesimpulan
• guru pre-service dapat belajar mengajar
secara kontekstual serta menerapkannya
pendekatan ilmiah di kelas sains melalui
pemodelan dalam video instruksional.
• Pra-layanan keterampilan mengajar guru juga
menunjukkan bahwa mereka menjadi reflektif
tentang praktik mengajar mereka sendiri dan
keyakinan saat menonton video dan
menerima evaluasi dari fasilitator.
JURNAL 4

“Learning Motivation and Students' Critical Thinking


Ability in Science Learning through a Problem Based
Learning Model Assisted by Video Media”

Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


dalam Sains Pembelajaran melalui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Dibantu oleh Media Video

Oleh : Anisa Yuni Pertiwi1 , Sri Mulyani Endang


Susilowati2 & Khumaedi2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas model
pembelajaran PBL yang dibantu oleh media video pada motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa, menentukan korelasi antara motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental
dengan desain quasi-eksperimental dalam bentuk one-group pre-test - post-test.
Subjek penelitian adalah 63 siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Danareja 02 dan
Sekolah Dasar Negeri Cilongok 02 Balapulang, Tegal pada tahun akademik
2018/2019. Data dikumpulkan dengan kuesioner, tes, wawancara, dokumentasi,
dan observasi. Skor motivasi belajar diperoleh dengan angket motivasi belajar dan
kemampuan berpikir kritis melalui tes. Data motivasi dan berpikir kritis dianalisis
secara kuantitatif dengan uji kelengkapan, uji N-Gain, dan uji korelasi antara
motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran sains melalui model pembelajaran PBL yang dibantu oleh
media video efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir
kritis pada siswa kelas eksperimen. Hasil dari motivasi belajar tes N-Gain adalah
0,56 kriteria sedang dan hasil kemampuan berpikir kritis tes N-Gain adalah 0,54
kriteria sedang; ada korelasi antara motivasi siswa dan kemampuan berpikir kritis.
Motivasi belajar mempengaruhi kemampuan berpikir kritis sebesar 34,9%,
Pendahuluan
• Pendidikan di abad ke-21 adalah pendidikan yang berorientasi masa
depan.
• Prestasi belajar sains alam berdasarkan survei Tren Matematika dan
Ilmu Pengetahuan (TIMSS) 2015 oleh Asosiasi Internasional untuk
Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA) di Indonesia berada di peringkat ke
45 dari 48 negara dengan peringkat rata-rata 397 (IEA, 2016) .
• Indonesia termasuk dalam kategori negara yang lebih rendah dalam
mencapai studi PISA meskipun ada peningkatan.
• Pembelajaran yang dilakukan juga masih didominasi oleh guru
(berpusat pada guru) dengan memberikan ceramah dan memberikan
latihan, meskipun kurikulum yang diterapkan sudah mengacu pada
pembelajaran kontekstual dan bermakna.
Metode penelitian
• Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Danareja 02
dan SD Cilongok 02 Kabupaten Balapulang
Kabupaten Tegal.
• Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2019.
• Populasi : semua siswa kelas V di Klaster RA
Kartini Kabupaten Balapulang Kabupaten Tegal.
• Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik non-probability sampling,
Hasil dan Penelitian
Kesimpulan
• disimpulkan bahwa pembelajaran sains melalui model PBL
yang dibantu oleh media video efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen.siswa.
• Motivasi belajar mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
sebesar 34,9%, sedangkan sisanya 65,1% disebabkan oleh
faktor lain.
• Pembelajaran sains melalui model PBL yang dibantu oleh
media video secara aktif melibatkan siswa dalam
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan menarik
kesimpulan dari masalah yang ditemukan, untuk
meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
JURNAL 5

“BLENDED LEARNING-BASED MEDIA USAGE TO


PRACTICE PROBLEM SOLVING SKILLS”

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASISPENGGUNAAN


UNTUK PRAKTEK KETERAMPILAN PENYELESAIAN
MASALAH

Oleh : Fathinatush Shalihah1i,Supramono2,


Abdullah3
Abstrak
Laju informasi Teknologi adalah ciri khas kehidupan
orang yang berpengetahuan luas. Komunitas berpengetahuan
memiliki karakteristik keterampilan abad ke-21. Kecepatan
informasi digunakan dalam pendidikan melalui blended
learning. Penelitian ini mengembangkan media berbasis
blended learning dengan menggunakan Edmodo. Edmodo
memfasilitasi guru dan siswa dalam pembelajaran online,
terutama dalam penelitian ini tentang fakta-fakta pencemaran
lingkungan. Pengembangan media pembelajaran berbasis
blended learning dilakukan dengan model pengembangan
ADDIE dengan sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP 1
Simpang Empat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
berbasis blended learning memiliki dampak signifikan
terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa
Pendahuluan
• Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo),
Indonesia berada di peringkat keenam di dunia pengguna
internet setelah Cina, AS, India, Brasil, dan Jepang.
Pengguna internet Indonesia mencapai 123.000.000, 40%
pengguna internet adalah penggemar media sosial
(Yudhianto, 2017).
• Blended learning mampu mengakomodasi tujuan
kurikulum 2013 yaitu untuk melatih keterampilan abad ke-
21. Di antara keterampilan abad ke-21 adalah keterampilan
melek teknologi dan keterampilan informasi dan
pemecahan masalah.
• Media pembelajaran campuran menggunakan web
Edmodo mampu memberikan gambaran umum tentang
fakta-fakta pencemaran lingkungan melalui video.
Metodologi
• Media berbasis blended learning dikembangkan
menggunakan model pengembangan ADDIE.
• Perangkat ini dirancang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Blended Media
pembelajaran berbasis divalidasi oleh 5 validator
ahli di bidangnya dan diuji melalui tahapan-
tahapan pengembangan.
• Populasi penelitian ini adalah siswa Sekolah
Menengah Umum Simpang Empat 1. Jumlah
sampel penelitian untuk kelas VIIB adalah 24
siswa. Waktu penelitian adalah 3 minggu.
Hasil dan Diskusi
Kesimpulan
• Media berbasis blended learning menggunakan web
Edmono adalah pembelajaran yang menggabungkan antara
online dan offline.
• Peneliti dan guru percaya metode ini mampu meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah siswa, karena siswa akan
dihadapkan pada masalah dan difasilitasi dalam
menemukan dan menentukan informasi yang tepat dalam
menyelesaikan masalah.
• Penelitian ini membuktikan bagaimana peningkatan terjadi
pada siswa setelah belajar menggunakan media blended
learning. Secara kuantitatif, faktanya adalah bahwa media
berbasis blended learning meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Proposal
Latar belakang
Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti dengan guru bidang studi IPA di kelas VIII SMP YLPI
Pekanbaru yaitu Suwarno, S.Pd. pada tanggal 31 Oktober 2019,
ditemukan beberapa permasalahan yang didapatkan dari hasil
wawancara dan observasi terletak pada guru dan juga pada peserta
didik itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran IPA, guru IPA pada sekolah tersebut baru
pada tahun ajaran ini diberi tanggung jawab memegang pelajaran IPA
pada kelas VIII sebelumnya guru tersebut memegang Kelas VII
sehingga belum bisa menemukan cara bagaimana meningkatkan
motivasi belajar siswa dan belum bisa menguasai kelas. Selama guru
mengajar belum pernah melakukan metode pengamatan pada siswa
karena masih terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dalam
bentuk diskusi dan pemberian tugas yang menyebabakan siswa
menjadi pasif, baik dalam mengutarakan pendapat maupun bertanya
kepada guru. Hasil belajar siswa masih ada yang dibawah KKM 75,
dengan ketuntasan klasikal 50% dari 26 orang siswa.
Untuk memperbaiki keadaan di atas, perlu
dilakukan upaya perbaikan pemebelajaran di
antaranya dengan menggunakan startegi
pembelajaran yang lain. Salah satu upaya
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut perlu
kiranya mengunakan metode pembelajaran yang
lebih aktif yaitu dengan penggunaan metode
pengamatan. Metode pengamatan langsung juga
tidak dapat berkerja tanpa bantuan media,
sehingga media yang digunakan juga dapat
medefenisikan suatu materi yakni dengan
mengunakan video pemebelajaran. Menurut
Sukiman (2012: 187-188) menyatakan media video
pembelajaran adalah seperangkat komponen atau
media yang mampu menampilkan gambar
sekaligus suara dalam waktu bersamaan.
2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
• Guru lebih banyak menggunakan
metode diskusi dan belajar di luar kelas.
• Guru belum bisa menemukan motivasi
belajar dan penguasaan kelas.
• Siswa kurang aktif dalam proses
pemebelajaran.
• Hasil belajar siswa masih banyak
dibawah KKM 75, dengan ketuntasan
klasikal 50% dari 26 orang siswa.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah apakah
Penerapan Metode Pengamatan
Langsung Berbantuan dengan Video
Pembelajaran untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Pada Kompetensi 3.6,
4.6, 3.7 dan 4.7 Siswa Kelas VIII.2 SMP
YLPI Pekanbaru Tahun Ajaran 2019-
2020 ?
4. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah,
rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
• Metode pengamatan langsung
• Berbantuan video pembelajaran
• Hasil belajar yang dinilai adalah kognitif (pengetahuan)
untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar 3.6
dan 3.7 dengan penilaian ujian blok, tugas rumah, dan
quis.
• Hasil belajar yang dinilai adalah psikomotorik
(keterampilan) untuk mengukur ketercapaian
kompetensi dasar 4.6 dan 4.7 dengan penilaian
portofolio dan unjuk kerja.
• Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap di
kelas VIII.2 SMP YLPI Pekanbaru.
5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar setelah
diterapkan metode pengamatan langsung dengan menggunakan video
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada Kompetensi 3.6 , 4.7,
3.6, dan 4.7 siswa Kelas VIII.2 SMP YLPI Pekanbaru Tahun Ajaran 2019-2020.
Penelitian ini bermanfaat bagi, pada :
• Guru, dapat dijadikan sebagai alternatif variasi metode mengajar yang dapat
meningkatkan hasil belajar pada Kompetensi 3.6 dan 4.6.
• Guru, dapat dijadikan sebagai alternatif variasi metode mengajar yang dapat
meningkatkan hasil belajar pada Kompetensi 3.7 dan 4.7.
• Siswa, diharapakan hasil penelitian dapat dijadikan usaha dan motivasi untuk
meningkatkan hasil belajar.
• Sekolah, diharapkan untuk menyarankan kepada guru agar menvariasi gaya
belajar.
• Peneliti lain, diharapkan untuk dijadikan perbandingan antara penelitian lain.
6. Penjelasan Istilah Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul
penelitian, maka rumusan definisi istilah judul adalah:
• Menurut Suparlan dalam Gunawan (2013:149)
metode pengamatan (observasi) adalah metode
atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada subyek penelitian.
• Sukiman (2012: 187-188) menyatakan media video
pembelajaran adalah seperangkat komponen atau
media yang mampu menampilkan gambar sekaligus
suara dalam waktu bersamaan.
• Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan
tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar,
2014:62).
Tinjauan teori

1.1. Teori Konstruktivisme dalam Pemebelajaran Sains.


1.2. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
1.3. Paradigma Pembelajaran IPA
1.4. Metode Pengamatan
1.5. Video Pembelajaran
1.6. Hasil Belajar
1.7. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Pengamatan
Langsung Berbantuan dengan Video Pembelajaran untuk
Meningkatkan Hasil Pembelajaran
1.8. Penelitian yang Relavan
2.1. Hipotesis
Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP YLPI
Pekanbaru .Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan
pada semester genap Tahun Ajaran 2019/2020.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII.2 SMP YLPI Pekanabaru Tahun Ajaran 2019/2020,
dengan jumlah siswa 26 orang, terdiri dari 10 sisiwa laki-
laki dan 16 siswa perempuan. Alasan pengambilan kelas
ini karena hasil belajar siswanya tergolong rendah jika
dibandingkan dengan kelas lainnya.
3. Metode dan Desain Penelitian
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas
(PTK),
3.2. Desain Penelitian
` Bentuk penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian Tindalan Kelas (PTK) yaitu melaksanakan
suatu tindakan dalam proses penerapan metode
pengamatan untuk meningkatkan hasil belajar
kinerja ilmiah biologi siswa.
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Tahap Persiapan
1) Membuat jadwal penelitian.
2) Menetapkan kelas tindakan yaitu VIII.2 SMP YLPI Pekanbaru
3) Menetapkan materi pembelajaran yang akan disajikan.
4) Menyiapkan perangkat pemebelajaran.
5) Adapun perangkat pemebelajaran yang digunakan adalah:
Sillabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD), Buku Panduan Siswa, Soal Kuis beserta
Kunci Jawaban, Soal UJian Blok siklus I dan II beserta kunci
jawaban.
6) Membuat kelompok belajar siswa berdasarkan tingkat prestasi
akademiknya, dimana setiap kelompok terdiri dari5-6 orang.
3.3.2. Tahap Pelaksanan
Pelaksanaan pembelajaran di lakukan 8 kali pada tahap ini dilakukan
proses pemebelajaran dengan langkah-langkah pemebelajaran
sebagai berikut:
• 3.3.3. Tahap Observasi
• Melakukan observasi aktifitas siswa selama proses belajar
mengajar.
• 3.3.4. Melakukan Analisis
• Melakukan analisis terhadpa penelitian yang dilakukan
untuk dapat melihat sejauh mana tujuan yg di harapkan
dapat tercapai.
• 3.3.5. Refleksi
• Pada tahap ini, guru menyaji apa yang telah tercapai dan
yang belum tercapai, serta apa yang telah berhasil maupun
yang belum berhasil akan di tuntaskan dengan perbaikan
yang telah di laksanakan.
• 3.3.6. Perencanaan Tindakan Lanjut
• Bila masih penelitian belum memuaskan, maka akan di
lakukan tindakan perbaikan untuk mengatasinya, dengan
kata lain apabila masalah yang diteliti belum tuntas maka
penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus II
dengan langkah yang sama pada siklus I.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Tes
Tes merupakan pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur
kemampuan seseorang. Pengukuran dilakukan melalui kuis tertulis dan ujian
blok yg dilakukan dalam bentuk soal objektif dan soal essay.
3.4.2. Non Tes
Teknik non tes yang digunakan adalah teknik observasi untuk memperoleh data
tentang aktifitas siswa selama proses diskusi, presentasi, proses pengamatan
yang dilakukan dengan melakukan pengamatan oleh pengamat. Dalam
mengumpulkan data ini. Pengamatmengamati aktifitas siswa sesuai dengan
instrument yang di gunakan yang tersedia dalam lembar observasi. Dalam hal
ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti dan sebagai pengamat peneliti
di bantu oleh temana yang bersangkutan.
3.4.3. Assemen Perfomansi
Terknik perfomansi yang digunakan adalah assement perfomansi yang di perluas
(extended performance assement). Dalam penelitian ini assement perfomansi
untuk mengukur kemampuan pada ranah psikomotor siswa melalui portofolio
yaitu berupa laporan pengamatan.
3.5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument penelitian merupakan alat bantu untuk memperoleh data yang
diperlukan ketika peneliti sudah masuk pada langkah pengumpulan
informasi di lapangan.
3.5.1. Soal Tes
Untuk mengumpulakan data-data tentang kemampuan kognitif siswa dilakukan
dengan seperangkat tes belajar IPA. Soal tes akan di berikan pada siklus I dan
siklus II. Bentuk soal tes adalah objektif dan essay.
3.5.2. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan dalam penelitian ini merupakan lembar pengamatan
terfokus. Lembar pengamatan disusun berdasarkan indikator-indikator yang
akan di nilai pada data psikomotorik pada unjuk kerja siswa yang bertujuan
untuk mengamatai aktifitas dan interaksi siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Lembar penilaian kinerja ilmiah yang di ambil untuk unjuk kerja
adalah (1) Penilaian Diskusi (2) Penilaian Presentasi, dan (3) Penilaian
Pengamatan.
3.5.3. Rubrik Penilaian
Rubrik adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan sebagai
paduan penilaian yang menggambarkan kriteria untuk menilai
perfomansi/kinerja dari peserta didik. Perfomasi yang di nilai adalah melalui
portofolio yaitu (1) Laporan Pengamatan dan (2) Kliping.
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar
3.6.1.1. Pengelohan Data Hasil Belajar Kogintif
Menurut Elfis (2010c) nilai kognitif didapatkan dari nilai tugas, nilai
Quis Tertulis (QT) dan Ujian Blok (UB). Masing-masing nilai ini
dirumuskan sebagai berikut:
Kognitif = 40% Quis Tertulis + 20% tugas + 40% Ujian blok

3.6.1.2. Pengelohan Data Hasil Belajar Psikomotorik


Selanjutnya menurut Elfis (2010c), nilai psikomotorik di peroleh dari
nilai portopolio (LKPD), serta nilai unjuk kerja (diskusi, prestasi,
pengamatan). Masing-masing nilai digabungkan dengan rumus
sebagai berikut:
Psikomotik = 40% x (rata-rata nilai portopolio) + 60% x (rata-rata
nilai unjuk kerja)
3.6.2. Teknik Analisi Data Deskriptif
Elfis (2010c) menyatakan bahwa langkah-langkah
teknis kriteria penentuan skor pencapaian hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:

Daya Serap
3.6.3. Teknik Analisis Data Inferensial
Data hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan statistik
uji tanda. Tujuan dari analisis uji tanda yaitu untuk mengetahui
apakah terdapat peningkatan hasil belajar kinerja ilmiah biologi
pada pelaksanaan pembelajaran metode pengamatan.
Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
3.6.3.1. Pengujian Hipotesis Siklus I terhadap sebelum PTK
H0 : P (XB > XA) = P (XB < XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar IPA siswa sama dengan
peluang menurunya hasil belajar IPA siswa setelah penerapan
metode pengamatan
H1 : P (XB > XA) > P (XB < XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar IPA siswa lebih besar dari
peluang menurunya hasil belajar biologi siswa setelah
penerapan metode pengamatan.
Pilih α = 0,05 (kemungkinan kesalahan 5% dari 100%).
Uji statistik yang digunakan adalah uji tanda dengan rumus :

Anda mungkin juga menyukai