Anda di halaman 1dari 16

TOLOK UKUR

PERTANGGUNGJAWABAN
MORAL
Nama Kelompok:
Amang Darmawan
Rida Elsa
Wahyuni Dwi Andriani
Zhazha Lutfi Azizah
Kewajiban moral kita sadari sebagai sesuatu
yang mengikat dengan mutlak, tetapi sekaligus sebagai
keharusan kita untuk mempertanggungjawabkan
pendapat kita tentang kewajiban moral secara rasional
Apa yang dimaksud dengan
mempertanggungjawabkan?

Mempertanggungjawabkan sesuatu berarti kita dapat


menunjukkan bahwa sesuatu tersebut sesuai dengan norma yang harus
diterapkan padanya.
Jadi, pertanggungjawaban dimungkinkan terjadi jika ada norma-norma
yang menetapkan bagaimana keadaan yang seharunya.
Bagaimana tolak ukur pertanggungjawaban
moral?
Untuk mengukur apakah suatu sikap dapat dianggap
bertanggungjawab atau tidak, kita mencari dasar objektif
pertanggungjawaban moral. Dasar objektif sebenarnya dituntut
oleh kesadaran moral itu sendiri
Bagaimana kita dapat mengetahui sikap-sikap dan
tindakan-tindakan mana yang harus kita ambil kalau
kita mau bertanggungjawab secara moral?

1). Sesuaikan diri dengan masyarakat


2). Ikuti suara hati
Etika Wahyu
ETIKA WAHYU
• Suatu tindakan adalah benar jika sesuai dengan kehendak Allah; suatu
tindakan adalah salah jika tidak sesuai dengan kehendak Allah; dan suatu
tindakan adalah wajib jika diperintahkan oleh Allah.
• Etika wahyu membutuhkan etika normatif karena etika wahyu memiliki dua
masalah: menyangkut isi norma dan menyangkut rasionalitas.
• Meskipun sudah terdapat wahyu, kita harus mempergunakan akal budi untuk
memahami apa yang dituntut dari kita secara moral.
Etika Peraturan
ETIKA PERATURAN
• Etika yang melihat hakekat moralitas dalam ketaatan terhadap sejumlah
peraturan.
• Contoh: anak yang baik terhadap orang tua tidak membantah, manusia tidak
boleh melukai hati orang lain, dan jangan bohong.
Etika Situasi
Etika situasi adalah etika yang
menolak adanya peraturan dan norma-
norma moral yang berlaku di mana
saja dan bagi siapa saja.
Serta mengembalikan moralitas pada
tanggung jawab individual masing-
masing orang berdasarkan panggilan
unik setiap situasi.
Etika situasi menekankan bahwa
setiap manusia memang individu yang
unik. Sehingga tujuan dalam dirinya
tidak dapat dipukul rata atau
diperhitungkan sebagai roda gigi yang
sama. Setiap situasi menuntut
pertimbangan moral yang baru
Revalitisme moral

Norma-norma hanya berlaku


relatif terhadap lingkungan
atau wilayah tertentu, dalam
berbagai masyarakat dan
kebudayaan yang berbeda
satu sama lain.
Revalitisme moral
Misalnya: moral di wilayah A ada yang
membenarkan monogami dan poligami, namun ada
yang melarang keras moral tersebut. Nampak jelas
tidak ada kesatuan pandangan moral dalam umat
manusia. Relativisme ini menolak anggapan bahwa
norma-normal moral berlaku umum.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai