Anda di halaman 1dari 9

Etika Dalam

Taman Norma-
norma

Oleh
Arinal Fikri
TAMAN NORMA-NORMA


Bersama dengan bahasa, kita sudah mulai
belajar apa yang boleh dan apa yang tidak
boleh kita lakukan, apa yang diharapkan dari
kita dan kelakuan mana yang menghasilkan
teguran atau pukulan. Hidup kita dari lahir
sampai mati bergerak dalam taman norma-
norma. Pertama-tama orang tua, khususnya ibu,
yang membuat kita mengerti bahwa dalam
taman itu kita harus mengikuti jalan yang telah
ditentukan.
Lanjutan ..

Manakah jalan-jalan itu, ditunjukkan kepada kita
oleh siapa pun: orang tua, guru, kyai, atasan,
dan teman. Norms-norma yang mereka ajukan
membimbing setiap langkah kita. Itu paling
jelas dalam masyarakat tradisional, dengan
adat istiadat yang masih asli, di mana
perbedaan antara lembaga-lembaga tersebut
belum mencolok: adat istiadat merupakan suatu
rancangan hidup yang dapat menjadi pegangan
dalam keadaan apapun, selalu ada jalan dan
pelanggarannya pasti akan ditindak
Angin puyuh di taman norma-norma


Dalam mayarakat tradisional tidak diketemukan perpisahan
antara norma-norma yang dipasang oleh masyarakat dan
norma-norma moral dalam kesadaran individu. Norma-norma
adat istiadat begitu saja dibatibkan. Kalau ada orang yang
menyeleweng dari norma-norma adat istiadat, ia sendiri akan
merasa bersalah. Tidakk mungkin ia nenentang adat istiadat
atas dasar suara hati karena suara hati justru
mengumandangkan norma-normanya. Taman norma-norma
yang indah itu baru di kacaubalaukan oleh masyarakat
dengan adat istiadat yang lain. Masyarakat tradisional pun
umumnya tahu bahwa di bumi ada masyarakat dengan adat
istiadat lain. Tetapi selama masyarakat itu jauh dan orang
asing tetap asing, adat istiadat sendiri tidak terancam
Etika : kambing hitam atau tukang kebun ?


Saat kesadaran moral mulai menyadari kekhasan
dalam kancah pancaoba dari masyarakat tertutup ke
masyarakat terbuka sekaligus merupakan saat
lahirnya filsafat mengenai permasalahan moral.
Karena pertanyaan suara hati apa yang sebenarnya
harus saya lakukan ? akan menimbulkan juga
pertanyaan bagaimana caranya untuk menentukan
apa yang sebenarnya harus saya lakukan? yang
terakhir ini adalah pertanyaan inti etika. Etika di sini
dibedakan dari ajaran moral. Ajaran moral langsung
mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Etika fenomenologis

Terpecahnya kesatuan normatif masyarakat tertutup ke
dalam norma-norma yang dipasang oleh masyarakat
dan norma-norma yang disadari sebagai kewahiban
batin, menunjukkan arah terjang bagi etika. Sebagai
akibat perpecahan itu individu menyadari bahwa
norma-norma resmi tidak dengan sendirinya mengikat,
bahwa dia sendiri berhak bahkan wajib untuk
menentukan apa yang merupakan kewajibannya. Jadi
bahwa ia harus mengikuti suara hatinya. Kesadaran itu
bukan hasil etika melainkan merupakan unsur dalam
fenomena kesadaran moral itu sendiri.
Etika normatif

Tetapi etika fenomenologis tidak mencukupi.
Tidak cukuplah memastikan apa yang disadari
sebagai norma moral. Kesadaran moral sendiri
memuat kesadaran bahwa apa yang disadari
sebagai kewajiban bersifat objektif. Norma-
norma moral tidak dipasang sendiri oleh
kesadaran individu, melainkan disadari sebagai
kewajiban sejauh betul secara objektif, berlaku
bagi setiap orang dalam situasi yang sama.
Tukang kebun
kebingungan ?

Etika normatif membersihkan kebun norma-
norma dari norma yang tidak ada pada
tempatnya dengan membuka implikasi-implikasi
dari norma-norma itu. Atas dasar apa penilaian-
penilaian moral mau dinilai? Suatu penilaian
murni tidak lagi dapat dikritik dengan menunjuk
pada fakta, melainkan hanya berdasarkan
penilaian-penilaian lain. Tetapi bagaimana
penilaian-penilaian lain itu mau dipertanggung
jawabkan? Dari mana tukang kebun tahu,
apakah sebuah tumbuhan termasuk tanaman
baik atau liar?
Komunikasi terbuka

Anda mungkin juga menyukai