Anda di halaman 1dari 22

METOPEN

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI


ECENG GONDOKDENGAN HIDROLISIS
OLEH
ANNISSA SOPHIE LADUI
Asam oksalat yang mempunyai banyak kegunaan, antara lain untuk menetralkan kelebihan alkali pada
pencucian dan sebagai bleaching, sebagai bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat,
dimana kebutuhannya sampai saat ini masih mengimpor dari luar negeri. Sehingga dengan bahan baku
utama batang eceng gondok, penelitian dengan judul “Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng
Gondok” ini, dimaksudkan untuk mengurangi impor asam oksalat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam oksalat yang terkandung dalam batang eceng
I gondok, metode yang digunakan adalah peleburan hemiselulosa (suatu polisakarida lain yang terdapat
dalam tanaman dan tergolong senyawa organik) dengan pelarut alkali (NaOH).
N
Adapun cara kerja pembuatan asam oksalat dengan peleburan hemiselulosa adalah menimbang batang
T eceng gondok sebanyak x gram kemudian menambahkan pelarut alkali (NaOH) dengan perbandingan 1:3 ,
I campuran dimasukkan kedalam labu leher tiga, kemudian dipanaskan diatas kompor listrik sesuai dengan
suhu ± 150oC dan konsentrasi 40%; 45%; 50%; 55% dan 60% dengan kecepatan pengadukan 500 rpm
S selama 1 jam. Hasil peleburan dilarutkan dengan air panas, kemudian ditambahkan CaCl2. Endapan yang
terbentuk dilarutkan dalam H2SO4 , kemudian disaring dengan karbon aktif dan dianalisa kadar asam
A oksalatnya.

R Dari hasil penelitian, di dapatkan kesimpulan bahwa, % kadar asam oksalat yang optimum diperoleh
pada konsentrasi NaOH 55 % dan berat batang eceng gondok 30 gr dengan kadar sebesar 9,82 %,
I
Kegunaan asam oksalat antara lain sebagai bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan
cat, menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleaching, kebutuhannya sampai sekarang
masih didatangkan dari luar negeri. sehingga kami akan melakukan penelitian yang berjudul “ Pembuatan
Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok “. Pembuatan asam oksalat dengan menggunakan bahan baku
batang eceng gondok ini dilakukan dengan proses peleburan alkali. (attachment:/125/pra-rancangan-
pabrik-asam-oksalat.html).
P
Pemilihan tanaman batang eceng gondok ini didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan
E berikut ini : Tanaman eceng gondok merupakan jenis tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia serta dari
N segi ekonomi tanaman eceng gondok harganya relatif murah.

D Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai
A gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Gulma air tersebut berkembang lebih cepat terutama bila
kondisi lingkungannya sangat mendukung, seperti airnya mengandung limbah. Walaupun eceng gondok
H ternyata juga mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai bahan untuk kerajinan, sebagai adsorben
U logam yang berbahaya dan juga sebagai pakan ternak, namun sampai sekarang eceng gondok tetap
dianggap sebagai tanaman pengganggu.
L
U Eceng gondok sebenarnya mengandung lignoselulosa, sedangkan selulosa merupakan bahan untuk
pembuatan kertas, selain itu, dengan kandungan selulosanya, eceng gondok bisa juga digunakan sebagai
A bahan pembuatan bioetanol yang sekarang ini amat diperlukan untuk mengatasi berkurangnya produksi
N minyak dunia. (lppm.uns.ac.d/ENNY KRISWIYANTI ARTATI ST/2006).
RUMUSAN MASALAH
1 Bahan baku batang eceng gondok
yang direaksikan dengan larutan alkali
Sodium Hidroksida (NaOH) maka
akan terjadi pelepasan hemisellulosa
yang selanjutnya akan terhidrolisa
serta mengalami oksidasi. Dari sinilah MANFAAT
diharapkan akan diperoleh garam –
garam oksalat.
Manfaat dari penelitian yang kami lakukan adalah
meningkatkan nilai tambah dari batang eceng
2
gondok sebagai bahan baku pembuatan asam
oksalat serta mengurangi import asam oksalat
yang selama ini masih dilakukan.
TUJUAN
3 1.

2.
Memanfaatkan batang eceng gondok
yang selama ini menjadi tanaman gulma.
Mencari kondisi optimal pembuatan asam
oksalat dari batang eceng gondok.
Eceng gondok

Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama
Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun
1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok Eichhornia
T
crassipes merupakan gulma air yang laju pertumbuhan yang sangat pesat dan dapat
I
membentuk area penutupan yang luas pada permukaan perairan. Eceng gondok
N
merupakan tanaman herba air, perenial, perbanyakannya sangat cepat dengan bantuan
J
stolon horizontal yang menghasilkan anakan tanaman. Stolon tersebut berkembang dari
A
akar, yang perkembangannya didistribusikan oleh arus air, angin, jala ikan dan kapal kecil.
U
Pertumbuhan optimum tanaman ini pada temperatur 28°C - 35°C, tetapi tanaman ini
A
toleran terhadap lingkungan yang ekstrim.
N

P
Divisi : Spermatophyta
U
Sub divisi : Angiospermae
S
Kelas : Monocotyledoneae
T
Suku : Pontederiaceae
A
Marga : Eichhornia
K
Jenis : Eichornia crassipes Solms .
A
Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar
kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Daunnya tunggal dan
berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.
Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk,
berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna
T
hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
I
N
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain :
J
1. Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun
A
tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
U 2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan
A menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
N 3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga
mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
P 4. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang
U kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan
S beberapa daerah lainnya.
T 5. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
A 6. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
K
A
Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan
tergolong senyawa organik. Casey (1960) menyatakan bahwa hemiselulosa bersifat non-
H
kristalin dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat
I
berpengaruh terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran,
M
lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam.
E
S
Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut dalam alkali
E
tapi sukar larut dalam asam, sedang selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa juga bukan
L
merupakan serat-serat panjang seperti selulosa. Hasil hidrolisis selulosa akan menghasilkan
U
D-glukosa, sedangkan hasil hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan
L
monosakarida lainnya (Winarno, 1984).
O
S
A
Mac Donal dan Franklin (1969) menyatakan bahwa adanya hemiselulosa mengurangi
waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melunakkan serat selama proses mekanis dalam
H air. Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku sebagai perekat
I antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan tanaman lainnya. Kandungan
M hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar serat, karena
E hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal. Pada saat proses
S pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak,
E serat yang sudah terpisah akan lebih mudah menjadi berserabut
L
U Secara struktural, hemiselulosa berhubungan dengan selulosa dan mempunyai sifat
L reaksi yang sama. Namun, hemiselulosa lebih cepat dapat mengalami reaksi oksidasi dan
O degradasi daripada selulosa, karena rantai molekulnya yang pendek dan bercabang.
S Hemiselulosa tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam alkali encer.
A
Asam oksalat,”Ethanedioic Acid” merupakan salah satu anggota dari asam karboksilat
yang mempunyai rumus molekul C2H2O4 tidak berbau, higroskopis, berwarna putih sampai
tidak berwarna dan mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol. Secara komersial asam oksalat
dikenal dalam bentuk padatan dihidrat yang mempunyai rumus molekul C2H2O4.2H2O dan
A
berat molekulnya 126,07 gr/mol.
S
A
Asam dikarboksilat ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC- COOH. Merupakan
M
asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya,
dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.
O
K
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam potassium dan kalsium
S
yang diperoleh pada daun, akar dan rhizome dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat
A
juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang
L
merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Makanan yang banyak mengandung asam
A
oksalat adalah coklat, kopi, kacang, bayam dan teh.
T
“Metal Treatment”
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada
permukaan logam yang akan di cat. Hal ini dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi
pada permukaan logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.

M “Oxalate Coatings”
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat digunakan untuk melapisi
A
logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak
N dapat bertahan lama apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
F
A “Anodizing”
A Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih jauh di Jerman. Pelapisan
T asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus.
Pelapisannya bersifat keras, abrasi dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak
diperlukan pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila dengan
dibandingkan dengan proses asam sulfat.
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa
lignoselulosa yang terdiri lignin, selulosa dan hemiselulosa yang dapat dihidrolisis menjadi
glukosa menggunakan asam sulfat encer.27
Reaksi hidrolisis dapat dikelompokkan, berdasarkan zat penghidrolisis yang digunakan
sebagai berikut:
H 1. Hidrolisis murni, hanya digunakan air.
I 2. Hidrolisis dengan larutan asam, encer atau pekat.
D 3. Hidrolisis dengan larutan alkali, encer atau pekat.
R 4. Alkali fusion dengan sedikit atau tanpa air pada temperatur tinggi.
O 5. Hidrolisis dengan enzim sebagai katalis.
L
I Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah
S asam sulfat (H2SO4), asam perklorat dan asam klorida (HCl). Asam sulfat merupakan asam
I yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat
S dikelompokkan menjadi hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer. Pada proses
hidrolisis sering digunakan antara lain dengan menggunakan metode peleburan alkali dalam
pembuatan asam oksalat.
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, misal
serbuk gergaji, kulit padi, tongkol jagung dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan cairan sodium atau
potassium hidroksida pekat atau campuran keduanya, pada suhu 200 °C.
Dari proses peleburan ini terbentuk 50% garam yang kemudian membentuk asam oksalat dan sisanya
sebagai garam karbonat. Pemurnian hasil ini dicuci dengan air panas, kemudian larutan didinginkan dan
dipekatkan yang akhirnya akan membentuk natrium oksalat. Dengan mereaksikan Ca(OH)2 dengan natrium
P oksalat akan diperoleh kalsium oksalat dan natrium hidroksida dengan reaksi sebagai berikut :
E A Na2C2O4 + Ca(OH) CaC2O4 + 2NaOH
Calsium oksalat yang terbentuk direaksikan dengan asam sulfat, yang sebelumnya NaOH yang ada
L L
dipisahkan terlebih dahulu dengan filtratnya (proses pemisahan) dimana NaOH yang telah dipisahkan dapat
E K digunakan kembali untuk proses peleburan.
B A
U L Reaksi yang terjadi pada penambahan asam sulfat : CaC2O4 + H2SO4 CaSO4 +
R I H2C2O4
A Kalsium Oksalat Asam Oksalat
N
Kondisi optimum untuk peleburan alkali adalah sebagai berikut :
1. Perbandingan antara NaOH dengan bahan = 3: 1
2. Konsentrasi NaOH 50 %
3. Suhu akhir peleburan 200 °C
Bahan yang Digunakan
Batang eceng gondok
NaOH
Aquadest
Ca(OH)2
A
CaCl2
L
H2SO4
A
Karbon aktif
T

B
Alat yang digunakan
A
1. Motor berpengaduk
H
2. Kondensor
A
3. Labu leher tiga
N
4. Kompor listrik
5. Thermometer
Kondisi yang ditetapkan :

Waktu pemanasan : 1 jam


Kecepatan pengadukan : 500 rpm
Jenis pelarut : NaOH
P Suhu peleburan : ± 150°C
E
U Variable yang dijalankan :
B
Konsentrasi pelarut : 40%, 45%, 50%, 55%, 60%
A
Berat batang eceng gondok : 10gr, 20gr, 30gr, 40gr, 50gr
H
Persiapan sampel.
Mula – mula batang eceng gondok dipotong kecil atau dirajang kemudian dikeringkan untuk
mengurangi kadar airnya. Dalam setiap kali percobaan ditimbang sebanyak berat yang akan
dipelajari (gram).

P Proses peleburan alkali.


R Sebelum melakukan percobaan, peralatan yang diperlukan dirangkai, kemudian batang
O eceng gondok sebanyak berat yang akan dipelajari (gram) dimasukkan kedalam labu leher
S tiga bersama dengan NaOH dengan konsentrasi tertentu dan kemudian ditambahkan 5
E gram Ca(OH)2 untuk membantu dalam proses peleburan supaya batang eceng gondok lebih
D cepat hancur dan lebih cepat bereaksi. Percobaan dilakukan sesuai dengan konsentrasi
U NaOH dan berat batang eceng gondok yang dijalankan.
R
Proses pengendapan dan penyaringan.
Setelah selesai pemasakan, didinginkan sampai suhu dibawah 100°C untuk memudahkan
penyaringan. Hasil peleburan kemudian disaring dan endapannya dicuci dengan air panas
sampai dengan volume 100 ml. Filtrat yang akan didapatkan diencerkan lagi sampai 200 ml
untuk mengkonversi Natrium oksalat menjadi Kalsium oksalat ditambahkan CaCl2 2N
P kedalam filtrat sampai terjadi endapan.
R
O
S
E
D Proses pengasaman
U Setelah itu dilakukan penyaringan untuk mengambil endapan Kalsium oksalat. Endapan
R yang diperoleh dilarutkan dengan H2SO4 2N sebanyak 100 ml sehingga diperoleh Asam
oksalat kotor kemudian dijernihkan dengan menggunakan karbon aktif untuk memperoleh
asam oksalat.
Analisa Bahan Baku
Kadar air
1. Kroes kosong ditimbang, dipanaskan di oven dengan suhu 105°C, didinginkan
dieksikator, timbang panaskan lagi sampai berat konstan.
2. Timbang 3 gr batang batang eceng gondok, keringkan dalam oven 3 jam pada suhu
A 110°C dinginkan sampai berat konstan.
N
A
L
I Kadar Hemisellulosa
S 1. 2,5 gram sampel ditimbang, dimasukkan dalam erlenmeyer tambahkan H2SO4 100
I ml 4 N, kemudian dipanaskan pada suhu 60°C selama 0.5 jam.
S 2. Tambahkan 200 ml NaOH 4 N dan dipasang pendingin tegak, didihkan selama 30
menit saring dan keringkan.
3. Residu yang kering dicuci dengan air panas dan alkohol, dikeringkan kembali pada
suhu 100°C selama 1 jam.
Analisa Hasil
1. Filtrat asam oksalat yang dihasikan diambil 10 ml, kemudian diencerkan sampai 100 ml
dan kocok hingga homogen, kemudian pipet 10 ml larutan dan masukkan dalam
erlenmeyer.
A 2. Setelah itu tambahkan 4 – 5 ml larutan H2SO4 dan indkator PP. Kemudian panaskan
N sampai 75°C. Sambil dipanaskan, titrasi dengan KMnO4 0.1 N sampai timbul warna
A merah muda yang tidak hilang lagi.
L 3. Catat KMnO4 yang digunakan.
I
S Banyaknya asam oksalat
I 1. BE asam oksalat = 90.04 / valensi.
S 2. Tiap 10 cc asam oksalat memerlukan V ml larutan KMnO4 0.1 N.
3. Jumlah banyaknya asam oksalat = (100/10) x (100/10) x N KMnO4 x BE asam
oksalat x V KMnO4
D
I
A
G
R
A
M

A
L
I
R
Tabel Jadwal Kegiatan
J
A
No Jenis kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
D
W 1 Persiapan alat
A 2 Persiapan bahan
L
3 Pembuatan
Produk
K
4 Pengujian produk
E
5 Pembuatan
G
laporan
I
A
T
A
N
D
A
F
T
A
R

P
U
S
T
A
K
A
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai