Anda di halaman 1dari 55

Diagnosis dan

Tatalaksana
Epilepsi

Cabang Jambi
Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata..

Jelaskan, jika tak punya penjelasan silahkan pulang..

Cabang Jambi
Epilepsi
Definisi
Definisi kejang menurut American
Epilepsy Society
• Kejang adalah manifestasi (wujud)
klinis dari suatu sinkronisasi (hubungan)
berlebih dan abnormal sekumpulan
neuron kortikal.

Cabang Jambi
Cont..
ILAE membagi kejang menjadi 2 kategori:
Kejang dengan penyebab (atau kejang akut
simtomatik)
• Kejang yang terjadi sebagai reaksi dari keadaan
akut atau perubahan kondisi yang mempengaruhi
otak. Faktor penyebabnya dapat berupa trauma
kepala, infeksi stroke intrakranial, gangguan
metabolik akut, atau keracunan obat akut.
Kejang tanpa penyebab
• Suatu kejang epileptik yang terjadi tanpa adanya
penyebab secara akut seperti yang tertera di atas,
atau dianggap tanpa penyebab.
• Epilepsi ditandai berulangnya kejang tanpa
penyebab dengan atau tanpa diketahui
pemicunya.
Cabang Jambi
Cont..
Definisi Epilepsi menurut ILAE
• Epilepsi adalah kelainan otak yang
ditandai dengan kecenderungan
timbulnya kejang epileptik
berkesinambungan dan dengan
konsekwensi neurobiologis,
kesadaran, psikologis, dan sosial pada
kondisi tersebut.

Cabang Jambi
Cont..
Definisi dan gejala epilepsi menurut POKDI
PERDOSSI
• Manifestasi klinis yang serupa dan berulang
secara paroksismal (keadaan semakin
parah)
• Disebabkan oleh hiperaktivitas (berlebihan)
listrik sekelompok sel saraf di otak yang
spontan
• Bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak
akut
Cabang Jambi
Cont..
Klasifikasi epilepsi menurut ILAE

Epilepsi

Parsial Umum Tak Tergolongkan

• Sederhan • Absen
a • Mioklonik
• Tonik
• Kompleks • Klonik
• Umum • Tonik-klonik
sekunder • Atonik

Cabang Jambi
Epilepsi parsial
Epilepsi parsial adalah epilepsi yang
memiliki focus epilepticus (pusat
epilepsi) terbatas di sebelah hemisphere
(belahan otak) saja.
1) Parsial sederhana
2) Parsial kompleks
3) Umum sekunder

Cabang Jambi
1) Serangan parsial sederhana
(kesadaran tidak terganggu)
– Dengan gejala motorik, contoh
pergerakan tangan dan kaki
yang tidak normal
(menggelepar, mengangkat
secara kaku)
– Dengan gejala sensorik, contoh:
sensasi rasa gatal
– Dengan gejala otonom,
contoh: gerakan dibawah
sadar (automatisme) seperti
menggerakan tangan tanpa
diinginkan.
– Dengan gejala psikis, contoh:
perasaan bingung

Cabang Jambi
2) Serangan parsial
kompleks (kesadaran
terganggu)
– Serangan parsial
sederhana diikuti
dengan gangguan
kesadaran
– Gangguan
kesadaran saat awal
serangan
Cabang Jambi
3) Serangan umum sekunder
(generalisasi sekunder)
– Berawal dari serangan parsial
sederhana kemudian menjadi umum
tonik-klonik (lihat penjelasan epilepsi
tonik-klonik)
– Berawal dari serangan parsial kompleks
kemudian menjadi umum tonik-klonik
– Parsial sederhana menjadi parsial
kompleks menjadi tonik-klonik

Cabang Jambi
Serangan umum
Epilepsi umum adalah epilepsi yang
memiliki focus epilepticus di kedua belah
hemisphere dan kejadian epilepsi ini
mempengaruhi kesadaran, hal ini disebabkan
area distribusi secara bilateral (kedua arah
atau bolak-balik) terganggu yaitu kortikal dan
subkortikal (dari korteks dan menuju korteks).
1) Absen
2) Mioklonik
3) Tonik
4) Klonik
5) Tonik-klonik
6) Atonik
Cabang Jambi
1) Absens (Lena)
Kejang yang ditandai dengan
terhentinya tingkah laku seseorang
dan berhubungan dengan
aktivitas lonjakan gelombang
pada EEG (alat pengukur
gelombang).
– Memiliki durasi singkat (5-10 detik)
– Penderita tampak seperti tak seperti
terjadi apa-apa
– Gerakan mulut seperti mengunyah
– Kerap terjadi sejak masa kanak-
kanak
– Menggerak-gerakan mata ke atas
dan kebawah (eyelid movement)
Cabang Jambi
2)Mioklonik
Kejadian singkat (<100 ms) dan
hampir seperti satu kali sentakan
atau lebih secara tiba-tiba dan
tanpa sadar, yang diakibatkan oleh
aktivitas neuronal abnormal berlebih
atau sinkronisasi dan berhubungan
dengan lonjakan pada EEG.
– Biasanya terjadi pada pagi hari,
setelah bangun tidur pasien
mengalami sentakan yang tiba-tiba
– Bisa bersifat ringan, timbul gerakan
tanpa diketahui orang lain
– Bersifat parah, hingga menyebabkan
jatuh dan terluka
– Berkala, tiba-tiba sampai tak terduga

Cabang Jambi
3)Klonik
Kejang epileptik yang
ditandai dengan gerakan
menghentak secara berkala
pada tangan dan kaki,
kadang-kadang terjadi pada
kedua sisi tubuh (kanan, kiri).
– Berdurasi 1 menit sampai
hitungan jam
– Kejang clonic berbeda
dengan kejang clonic pada
GTCS yang terjadi sebagai
fase lanjutan dari kejang tonic
– Kejang ini berbeda juga
dengan kejang lain yang
biasanya ditandai dengan
adanya komponen tonic
bercampur komponen
Cabang Jambi
4)Tonik
Kejang epileptik yang
ditandai dengan kekakuan
otot sekujur tubuh secara
tiba-tiba dan mungkin
hingga terjatuh.
– Mengangkat kepala dari
keadaan tidur, bergerakan
mata dan alis
– Membuka mata, bola mata
mengarah ke atas
– Mulut terbuka dan lidah
menjulur ke satu arah
– Kadang disertai menangis.
Cabang Jambi
5)Atonik (Astatik)
Kejang umum yang
ditandai dengan
kehilangan kekuatan
otot secara tiba-tiba.
– Jarang terjadi
– Pasien tiba-tiba
kehilangan kekuatan
otot jatuh, tapi bisa
segera bangkit.
Cabang Jambi
6)Tonik-klonik
Kejang epileptik yang mula-
mula ditandai dengan kekakuan
otot, diikuti hentakan berkala
pada tangan, biasanya
berlangsung dalam beberapa
menit.
– Merupakan bentuk paling banyak
terjadi
– Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
– Bisa terjadi ngompol, atau menggigit
lidah
– Terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
– Tampak menyakitkan tetapi
sebenarnya tidak sama sekali. Cabang Jambi
ETIOLOGI

Cabang Jambi
Idiopatik
Etiologi
Predisposisi genetik
(1) Proliferasi neuron dan glia di zona
ventricular dan subventricular (Sanai et al,
2012)
(2) Migrasi neuron posmitosik yang belum
matang ke segala arah pada saat
perkembangan serebral korteks (Epileptic
Disord, 2006)
(3) Organisasi kortikal

“40% anak-anak epilepsi dengan malformasi


otak resisten terhadap pemberian obat
anti epilepsi”
(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
• Subcortical Band Heterotopia (SBH)
– Adanya layer baru pada Ventricle wall dan Cortical
mantle
– Pasien dengan SBH biasanya memiliki abnormalitas kognisi
ringan-sedang, terkadang mengalami kejang,
perkembangan yang lambat, masalah tidur, tingkah laku,
dan sulit belajar
– Kejang biasa terjadi pada usia 10 tahun awal, bisa berupa
kejang parsial hingga umum
• Lissencephaly (LIS)
– Perkembangan gyri abnormal (hanya ada 4 layer pada
korteks)
– LIS dapat pula berupa: perluasan lateral ventricles,
hilangnya claustra dan external capsules, malformasi
corpus callosum, hypoplasia pyramidal tracts, dan
malformasi cerebellar
– Epilepsi biasa terjadi pada 6 bulan pertama dan sulit
disembuhkan
(Atlas of Epilepsies,
– Kejang yang kerap timbul yaitu fokal motorik, kejang 2010)
Cabang Jambi
Subcortical Band Heterotopia

(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
Lissencephaly (LIS)
(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
Simtomatik Continued

•Trauma kepala (TBI)


•Lesi SSP
•Kelainan kongenital
•Gangguan peredaran darah otak
•Toksik
•Alkohol, obat
•Metabolik
•Kelainan neurodegeneratif

Cabang Jambi
Continued
Cedera Otak Traumatik (TBI)
•Merupakan suatu perubahan fungsi
otak sebagai akibat dari tekanan yang
mengarah ke kepala
•Kontak langsung antara darah dengan
korteks menjadi epileptogenesis pada
hewan coba hal itu sebagai akibat
besi yang ditusukan, selain itu
penyebabnya adalah efek toksik dari
pecahan hemoglobin
(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
Continued
• TBI tidak diklasifikasikan secara universal melainkan hanya
diklasifikasikan secara tradisional yaitu ringan, sedang dan
berat berdasarkan skor status mental dengan skala Glasgow
coma
• 80% TBI bersifat ringan (GCS 14-15/15)
• 10% TBI bersifat sedang (GCS 9-13/15)
• 10% TBI bersifat berat (GCS 3-8/15)

(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
Continued
Lesi SSP
• Epilepsi yang terjadi pada pasien yang memiliki
tumor otak bisa diestimasikan sekitar 30% bahkan
lebih (van Breemen et al. 2007) yang dipengaruhi
jenis tumor beserta letaknya
• Tumor yang terletak pada korteks frontal, temporal,
dan parietal cortex memiliki hubungan dengan
kejadian kejang
• Biasa terjadi pada masa kanak-kanak hingga
remaja, dan epilepsi dengan kasus seperti ini sulit
untuk disembuhkan
• Contoh :
Dysembryoplastic Neuroepithelial Tumors (DNT)
Epileptogenik: Reseptor glutamat ionotropik dan
metabotropik ditemukan banyak pada DNT
(Aronica et al. 2001a; Lee et al. 2006)
(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
Continued
Alkohol dan Penyalahgunaan Obat Terlarang
Berhubungan dengan Kejang Epileptik
• Penelitian membuktikan bahwa penggunaan
alkohol yang terlalu banyak akan menghambat
influks kalsium pada reseptor N-methyl-D-aspartate
(NMDA)
• Hal ini menyebabkan peningkatan regulasi
reseptor NMDA pada hippocampus dan area otak
lain yang berakibat meningkatnya sensitivitas titik
ikatan pada reseptor NMDA
• Alkohol juga mempengaruhi aksi GABA pada
kanal ion klorida yang mengarah pada penurunan
regulasi media inhihibisi GABA.
• Penghentian secara tiba-tiba pemakaian alkohol
mengarah pada eksitotoksisitas media NMDA
secara terbuka dan reduksi inhibisi media GABA
yang mengarah pada hipereksitabilitas neuronal
dan kejang (Atlas of Epilepsies, 2010)
Cabang Jambi
Simtomatik
Continued
West Syndrome “slight head bobbing”
Beberapa hipotesa telah dilontarkan
diantaranya adalah hipereksitabilitas
pada korteks dan aktivasi berlebih dari
reseptor, terganggunya neurotransmisi
serotoninergik (Panayiotopoulos, 2005)
Lennox–Gastaut Syndrome
Beberapa kemungkinan yang
menyangkut LGS meliputi anoxia,
infeksi, metabolik, traumatik, dan
penyebab secara struktural.
(Atlas of Epilepsies,Cabang
2010) Jambi
PATOFISIOLOGI

Etiologi

Gangguan neuronal

Hiper eksitasi

Kejang

Parsial
Umum Tak tergolongkan
PATOFISIOLOGI
Secara umum patofisiologi epilepsi diakibatkan oleh tidak
seimbangnya neuron eksitasi dan inhibisi. Untuk lebih mengenal epilepsi
lebih jauh kita harus bahas terlebih dahulu mekanisme eksitasi dan inhibisi
secara mendasar.

Eksitasi adalah alat atau proses tapi bukan substansi signaling (perangkat
pensignalan), hanya sebagai respon sel postsinaptik (sel penerima
neurotransmitter) terhadap substansi pensignalan tersebut.

Inhibisi adalah aktivitas hiperpolarisasi (menjadi lebih polar) secara ionik


untuk merubah potensial transmembran dari keadaan ledakan treshold
(ambang pembuka untuk eksitasi).

Eksitasi (berlebihan)
•Ion masuk - Na+, Ca2+
•Neurotransmitter yang berpengaruh glutamat, aspartat, asetilkolin

Inhibisi (kurang)
•Ion masuk - CI-, arus K+ keluar
•Neurotransmitter yang berpengaruh - GABA
Dasar-dasar neurotransmisi

Cabang Jambi
Mutasi genetik pada kanal ion
PREVALENSI EPILEPSI

Kejadian epilepsi di negara industri, berdasarkan spesifikasi usia

(Neligan, 2011).
Cabang Jambi
PREVALENSI EPILEPSI

• Distribution of seizure type in Iceland incidence cases, 1995–1999.


NOS,not otherwise specified
Cabang Jambi
Prevalensi Epilepsi Berdasarkan
Klasifikasi

Hauser WA. Epilepsia. 1992;33(suppl Cabang


4):S10.Jambi
PREVALENSI EPILEPSI

• Prevalensi kejadian epilepsi di RS. DR Kariadi


(Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;vii-viii)
Cabang Jambi
PREVALENSI EPILEPSI
• Prevalensi berdasarkan jenis bangkitan

(Husam. Perbedaan usia dan jenis kelamin pada jenis epilepsi di rsup dr. Kariadi. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;ix)

Cabang Jambi
PREVALENSI EPILEPSI

Menurut data Indonesian Medical Data Index


(IMDI S1 2007):
– Epilepsy tidak spsifik menempati Ranking 6 pada 12
Month dan naik peringkat menjadi Ranking 4 pada 6
Month untuk penyakit yang sering didiagnosa oleh
Neu/Psy AGE %
– Distribusi pasien Epilepsi menurut usia: <1 1
1-4 5.3
• Epilepsi tidak spesifik dikonsultasikan ke 5 - 11 10.7
spesialis berikut : 12 - 19 12.4
20 - 29 27.6

SPECIALITY % 30 - 39 26.6

GP 58 40 - 54 14.2

NEU/PSY 34 55 - 64 1.3

PED 6.7 >65 0.8

INT/PUL 0.5

IMDI S1 2007
PREVALENSI EPILEPSI

BERDASARKAN ETIOLOGI
• Penyakit serebro vaskuler 11 – 21%.
• Trauma kepala 2 – 6%.
• Tumor 4 – 7%.
• Infeksi SSP 0 – 3%.
• Idiopatik 54 – 65%.
BERDASARKAN JENIS BANGKITAN
• Parsial 55%.
• Umum 45%.
• Pengecualian di 2 negara yaitu Pakistan (P:U =
19,5:80,5) dan Turki (P:U = 34,6:65,4).

(Neligan, 2011)
Cabang Jambi
PROGNOSIS
• Satu dari tiga orang yang pernah
mengalami satu kali kejang tanpa provokasi
akan mengalami kejang kedua lima tahun
kemudian. Pengobatan dianjurkan untuk
mencegah kejang berulang, bukan untuk
mencegah epilepsi. Tanpa diobati, setelah
kejang kedua berlangsung 75% akan terjadi
kejang susulan satu atau dua tahun
kemudian (WHO, 2005).

(Reynold E. Atlas: Epilepsy care in the world (Global Campaign Against Epilepsy). WHO 2005
Cabang Jambi
Obat Anti-Epilepsi

LOGO
Obat antiepilepsi merupakan obat sentral yang sering diresepakan.
Survey menunjukan dari 471,873 yang dilibatkan, sebanyak 5,426
pasien menggunakan OAE (1.1%). Penggunaan obat ini juga
meningkat dengan meningkatnya usia. Suatu studi di AS, dari
sekitar 10,168 pasien usia tua yang dirawat di Rumah 1,132 (11.1%)
menerima AED, dan 19% nya ditujukan bukan untuk kejang atau
epilepsi. Fakta ini menunjukan jika OAE digunakan secara luas
untuk menangani selain epilepsi, termasuk migrein, nyeri
neuropatik, bipolar disorder, ansietas, dan penyakit lainnya.

Perruca, et.al., An Introduction to Antiepileptic Drugs, Epilepsia 2005, 46 (Suppl. 4): 31 - 37


Cabang Jambi
OBAT ANTIEPILEPSI
• GENERASI PERTAMA:
1. Benzodiazepine
2. Carbamazepine
3. Ethosuximide
4. Phenobarbital
5. Phenytoin
6. Valproic Acid
• GENERASI KEDUA
1. Felbamat
2. Gabapentin
3. Lamotrigine
4. Levetiracetam
5. Oxcarbazepine
6. Pregabalin
7. Tiagabine
8. Topiramate
9. Vigabatrine
10. Zonisamide

Perruca, et.al., An Introduction to Antiepileptic Drugs, Epilepsia 2005, 46 (Suppl. 4): 31 - 37


Cabang Jambi
INDIKASI UTAMA OAE

Perruca, et.al., An Introduction to Antiepileptic Drugs, Epilepsia 2005, 46 (Suppl. 4): 31 - 37Cabang Jambi
PHARMAKOKINETIKA & INTERAKSI OBAT OAE

Pharmacokinetic Characteristic
The pharmacokinetic characteristics of AEDs affect their efficacy, safety,
and tolerability profiles and administration, and are therefore key
determinants of drug selection. Ideally, an AED has high oral
bioavailability, a half-life allowing once- or twice-daily dosing, linear
pharmacokinetics, and minimal plasma protein binding; is not
hepatically metabolized; and has no drug interactions
Bioavailabilty
High oral bioavailability in an AED is desirable given the frequent need
for chronic daily administration.
Distribution
The main aspect of drug distribution that affects choice of AEDs is
degree of protein binding. A high degree of protein binding is
disadvantageous because only unbound drug can cross the blood-brain
barrier to have biological activity. Highly protein-bound drugs are also
likely to interact with coadministered protein-bound drugs. One highly
protein-bound drug may displace another on plasma proteins to alter
the free fraction of the second drug.

Biton Victor. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy, US Neurological Disease 2006
Cabang Jambi
PHARMAKOKINETIKA & INTERAKSI OBAT OAE

Route of Elimination
Hepatic metabolism of a drug is associated with a high risk of clinically
significant drug interactions, can alter hormonal function to lead to side
effects and toxicity, and can result in production of pharmacologically
active metabolites. In contrast, renal excretion is associated with
minimal risk of drug interactions and does not alter hormonal function;
therefore, renal excretion without hepatic metabolism is the generally
preferred route of elimination of an AED
Drug Interactions
Generally, AEDs that undergo hepatic metabolism are associated with
more varied and frequent drug interactions than those that primarily
undergo renal elimination. Some AEDs, including lamotrigine and
valproate, are metabolized by glucuronic acid conjugation; therefore,
agents such as oral contraceptives that induce or inhibit
glucuronidation may affect the metabolism of these
AEDs

Biton Victor. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy, US Neurological Disease 2006
Cabang Jambi
KARAKTERISTIK
FARMAKOKINETIKA OAE

Biton Victor. Choosing an Antiepileptic Drug for Newly Diagnosed Epilepsy, US Neurological Disease 2006
Cabang Jambi
Studi population-based untuk penggunaan OAE menunjukkan
bahwa 19 – 24% dengan epilepsy menggunakan polyterapi
dengan OAE lainnya. Studi terkini menunjukkan 64% pasien
epilepsy dewasa dan anak-anak yang mengalami refrakter
menerima 2 atau lebih OAE, dan 35% pasien dewasa mengalami
CNS-related co-morbid sehingga perlu dipertimbangkan risiko
interaksi dengan resep sebelumnya.

Johannessen, et.al. Antiepileptic Drug Interactions - Principles and Clinical Implications. Current Neuropharmacology,
2010, 8, 254-267 Cabang Jambi
TERAPEUTIC DRUG
MONITORING (TDM) OAE

Therapeutic drug monitoring is defined as the measurement made in the


laboratory of a parameter that, with appropriate interpretation, will directly
influence prescribing procedures

– Tujuan dari TDM adalah untuk mengoptimalisasikan farmakoterapi dengan


memaksimalkan efek terapeutik dan meminimalisasi efek samping, konsentrasi obat
dalam darah merupakan cara instan sebagai prediktor untuk menentukan efek yang
diinginkan
– Prinsif-prinsif farmakokinetika merupakan bagian dari TDM telah digunakan untuk
mengukur karakteritik obat.
– Secara tradisional TDM telah digunakan terhadap obat antiepilepsi golongan tua atau
generasi pertama seperti carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, primidone dan
asam valproat. Generasi pertama ini mempunyai range terapi sempit, dan secara
signifikan mempunyai variasi farmakokinetika yang bereda antar individu.
– Beberapa alasan TDM mungkin diperlukan dalam tatalaksana klinis pengobatan OAE:
• Alasan umum adalah farmakokinetika obat yang mempunyai variabilitas yang berbeda secara
signifikan secara individu. Jika farmakokinetika sangat konsisten dan bisa diprediksi, maka tidak
perlu dilakukan TDM
• Metabolisme (biotranformation) merupakan faktor utama yang mempengaruhi farmakokinetika
OAE.
• Ikatan protein, terutama dengan ikatan protein > 90%
• Touw. et.al. Cost-Effectiveness of Therapeutic Drug Monitoring: A Systematic Review. Ther Drug Monit 2005;27:10–17
Cabang Jambi
• Krasowski D Metthew. Therapeutic Drug Monitoring of the Newer Anti-Epilepsy Medications. Pharmaceuticals 2010, 3,
Mekanisme Kerja

Targets:
Sodium channels
Calcium channels
GABAergic synapses
SV2α
Other targets
FAKTOR YG BERHUBUNGAN DENGAN OBAT Pasien
• Khasiat • Jenis Kelamin
• Untuk tipe kejang tertentu • Usia
• Sebagai monotherapy • Co medikasi
Factors
• Keamanan dan Tolerabilitas • Comorbiditas
Affecting • Efek samping Neurologis • Pilihan Pasien
Choice of AEDs • Pengaruh terhadap fungsi luhur
• Reaksi Idiosynkrasi
• Efek terhadap berat badan
• Efek Kosmetik
• Efek terhadap tulang
• Efek Reproduktif endokrin
• Teratogenisitas
• Karakteristik Farmacokinetik
• Bioavailabilitas
• Distribusi
• Rute eliminasi
• Interaksi obat
• Dosis
• Dosis titrasi
• Jobst BC, Holmes GL, CNS Drugs • Dosis individualisasi
(2004);18: pp. 617–628.
• Glauser T,Ben-Menachem • Frekwensi Dosis
E,Bourgeois B, et alEpilepsia
(2006);47: pp. 1094–1120 • Biaya
Cabang Jambi
Tatalaksana epilepsi
Roy G. Beran

• The optimal goal of epilepsy treatment


is to stop all seizures without causing
adverse events (AEs). While this is the
ideal objective, it is not always feasible
and one is reminded of the goal of all
medical treatments, namely to
optimize quality of life (QoL). In the
treatment of epilepsy this translates
into minimizing seizures and AEs.
(Atlas of Epilepsies, Springer-Verlag London Limited 2010)
Cabang Jambi
Lanjutan..
Tahapan pengobatan dengan OAE
• Pertimbangan risiko kekambuhan kejang.
• Diagnosa dengan alat bantu misalnya EEG dan
pencitraan.
• Pencitraan jenis epilepsi secara kasar melalui EEG
atau MRI akan mempengaruhi pemberian OAE di
awal pengobatan.
• Semua pasien yang diduga mengalami bangkitan
harus segera diperiksa ke spesialis, hal ini bertujuan
untuk memastikan secara jelas dan diagnosa awal
sebagai acuan inisiasi terapi yang tepat sesuai
kebutuhan pasien tersebut.
(Atlas of Epilepsies, Springer-Verlag London Limited 2010)
(NICE GUIDELINE, 2012)
Cabang Jambi
Lanjutan..
• Pelaksana profesional epilepsi harus
mengadopsi sistem konsultasi yang
memungkinkan pasien, keluarga, dan
hubungan karir sebagai partner dalam
pengambilan keputusan demi kesehatan
pasien tersebut.
• Strategi pemberian OAE harus secara
pribadi yang mengacu pada jenis kejang,
jenis sindroma, ko-medikasi & ko-morbiditas,
gaya hidup, dan pilihan pasien tersebut.

(NICE GUIDELINE, 2012)


Cabang Jambi

Anda mungkin juga menyukai