Anda di halaman 1dari 18

Dosen Pembimbing: Dr. Pitri Nopiadi, S.Pd, M.

Kes

Disusun Oleh:
Putri Taskirah Auliya
1919720022
Aktivitas Kegiatan Klinik
 Pendaftaran : Klinik Polres Tanjung Jabung Timur
hanya melayani pasien rawat jalan. Saat datang ke Klinik
Polres Tanjung Jabung Timur, semua pasien
mendaftarkan diri terlebih dahulu. Pasien akan
mendapatkan nomor antri, dan dapat memeriksa
kesehatannya setelah nomor antriannya dipanggil. Dari
pendaftaran, pasien akan diarahkan ke poli yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Pasien lansia dan anak-anak
menjadi prioritas utama dalam penentuan urutan,
 Poliklinik : Poliklinik yang ada di Klinik Polres
Tanjung Jabung Timur terdiri dari Poli Umum.
Lanjutan................
 Ruang Tunggu: Di Klinik Polres Tanjung Jabung Timur
disediakan ruang tunggu di beberapa tempat, antara lain di
tempat pendaftaran, di dekat poli umum.
 Apotek : Apotek di Klinik Polres Tanjung Jabung Timur
melayani kebutuhan farmasi bagi setiap pasien yang datang
berobat. Pelayanan yang diberikan bersifat dasar. Hal ini
dikarenakan formularium nasional maupun regional Jambi telah
mengatur jenis obat-obatan yang boleh disediakan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan. Apotek di Klinik
Polres dilayani oleh satu orang apoteker dan satu orang asisten
apoteker,
 Aula : Klinik Polres memiliki sebuah aula yang digbung
dengan aula Polre itu sendiri yang digunakan untuk ruang rapat
maupun untuk menunjang kegiatan klinik seperti pemeriksaan
kesehatan massal dan sunatan massal,
 Toilet : klinik polres memiliki satu buah toilet untuk
pasien dan petugas klinik.
ALUR PELAYANAN KLINIK
BAGAN I

Pendaftaran

Mengambil Nomor Antrian dan


Menunggu Panggilan

Poli Umum dan Ruang


Rujukan Eksternal
Pemeriksaan

Pemberian
Obat/Apotik
IDENTIFIKASI HAZARD
Pemanfaatan tempat sampah
belum optimal
Pada gambar terlihat tempat sampah hanya menggunakan
kardus, yang seharusnya klinik harus memiliki tempat
sampah. Dampaknya sampah beresiko tercampur tanpa
membedakan jenisnya. Penilaian risiko dari bahaya ini
dengan probability: 3, frequency: 3, severity: 2 dan tingkat
risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui
metode eliminasi (dilakukan perawatan berkala),
substitusi (mengganti tempat sampah yang rusak dengan
yang baru), administrasi (memasang instruksi
penggunaan). Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko
yang dapat diterima.
Kabel belum tertata rapi
Dampaknya meningkatkan resiko petugas kesehatan
maupun pasien terjatuh dan menyebabkan cedera.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 4,
frequency: 3, severity: 2 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode
eliminasi (menyingkirkan kabel dan mengganti
dengan wireless microphone) dan teknik (dirapikan
dan dijauhkan dari ruang gerak). Dengan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan, maka
bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.
Kabel tidak tertata
Ventilasi yang tertutup
Dampaknya membahayakan kesehatan pernafasan
pasien maupun petugas kesehatan apabila digunakan
terus menerus. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
probability: 3, frequency: 2, severity: 3 dan tingkat
risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan
melalui metode teknik (membersihkan dab
menambah ventilasi dari kotoran dan debu secara
berkala) dan APD (membersihkan dengan
menggunakan masker agar kotoran tidak terhirup).
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang
dapat diterima.
Ventilasi
Tidak Adanya Jalur Evakuasi
Dampaknya pada saat ada bencana akan sulit karena
tidak ada jalur evakuasi. Penilaian risiko dari bahaya
ini dengan probability: 5, frequency: 2, severity: 3 dan
tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya
dilakukan melalui metode Reboisasi (Membuat jalur
evakuasu), dan teknik (dilakukan perawatan berkala).
Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang
dapat diterima
Tidak adanya Foostep besi pada
ranjang pasian pemeriksaan
Dampaknya saat dapat meningkatkan resiko jatuh pada
setiap orang pasien yang mau melakukan pemeriksaan
apalagi kondisi tempat tidur yang tinggisehingga
menyulitkan pasien untk naik ke tempat pemeriksaan.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 5,
frequency: 2, severity: 3 dan tingkat risiko medium.
Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode
substitusi (mengganti dengan yang baru), dan teknik
(dilakukan perawatan berkala). Dengan pengendalian
bahaya yang telah dilakukan, maka bahaya ini
termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Footstep
Kamar mandi licin dan kurang
terawat
Dampaknya meningkatkan resiko jatuh terhadap
pengguna fasilitas kamar mandi. Penilaian risiko dari
bahaya ini dengan probability: 3, frequency: 2,
severity: 2 dan tingkat risiko medium. Pengendalian
bahaya dilakukan melalui metode teknik
(memperbaiki bak mandi agar air tidak bocor), dan
administrasi (memasang tanda peringatan bahwa area
licin). Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria
risiko yang dapat diterima.
Kamar Mandi
Rak Obat dan Lemari Obat
yang terbuat dari kaca
Dampaknya meningkatkan risiko terjadinya cedera/luka
karena kaca tidak dilindungi oleh aluminium atau
yang lainnya. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
probability: 3, frequency: 2, severity: 2 dan tingkat
risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan
melalui metode substitusi (memasang aluminium atau
kain untuk melindungi kaca.
THANK YOU......................

Anda mungkin juga menyukai