Anda di halaman 1dari 45

Sindroma Mata Kering

Pembimbing:
dr. Irma A. Pasaribu, Sp.M

Oleh:
Yuanita Chandra
Monica Tanggono
Affan Nadzar Basmallah
Anatomi Apparatus Lakrimalis
• Kelenjar lakrimalis utama
• Kelenjar lakrimalis asesorius
• Punctum lakrimalis
• Kanalikuli
• Saccus lakrimalis
• Ductus nasolakrimalis
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(1) Kelenjar lakrimalis
a. Pars orbitalis
• Ukuran lebih besar
• Bentuk seperti almond
• Permukaan superior (konveks) dan permukaan
inferior (konkaf)
b. Pars palpebralis
• Ukuran lebih kecil
• Terdiri satu atau dua lobulus

 10-12 duktus lakrimalis sekretorius  fornix


superior dan inferior
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(2) Kelenjar lakrimalis asesorius
1. Kelenjar Krause (Glands of Krause)
• terletak di bawah dari konjungtiva pars
palpebralis diantara forniks dan ujung dari
tarsal.
• Terdapat sekitar 42 kelenjar Krause pada
forniks superior dan 6 sampai 8 pada forniks
inferior.
2. Kelenjar Wolfring (Glands of Wolfring).
• Terletak didekat batas superior dari lempeng
tarsal dan berjalan sepanjang batas bawah
dari tarsus inferior
Anatomi Apparatus Lakrimalis
Vaskularisasi dan innervasi
Vaskularisasi :
A. Lacrimalis  cabang dari a. Opthalmicus

Innervasi:
Sensoris : n. Lacrimalis  cabang dari n. Opthalmicus
Simpatik : plexus carotid dari sabut saraf servikal
Sabut sekretomotor dari nucleus salivari superior
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(3) Punctum lakrimalis
• Jumlah dua
• Ukuran 6 - 6.5 mm
• Bentuk bulat oval
• Di sebelah temporal
kantus interna
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(4) Kanalikuli
• Mempunyai bagian
vertikal (1-2 mm) dan
horiontal (6-8 mm)
• Bagian horisontal
menyatu ke kantus
internal untuk menuju
saccus lakrimalis
• Katub Rosenmuller 
lipatan mukosa untuk
mencegah refluks air
mata
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(5) Saccus lakrimalis
• Terletak pada fossa lakrimalis yang terletak di
bagian anterior dari dinding orbita medial.
• Fossa lakrimalis dibentuk oleh tulang
lakrimalis dan prosesus frontalis dari maksila.
Ketika terdistensi, saccus lakrimalis berukuran
panjang sekitar 15 mm dengan lebar sekitar 5-
6 mm.
• Saccus lakrimalis mempunyai tiga bagian yaitu
fundus, corpus dan collum.
Anatomi Apparatus Lakrimalis
(5) Duktus nasolakrimalis
• memanjang dari
collum saccus
lakrimalis menuju
ke meatus inferior
pada cavum nasi
dan memiliki
panjang sekitar 15-
18 mm
Anatomi Tear Film
1. Lapisan mukus
• Merupakan lapisan paling dalam dan stratrum yang paling tipis dari tear film.
• terdiri dari musin yang disekresikan oleh sel-sel goblet konjungtiva dan
kelenjar Manz.
• Lapisan mukus mengubah permukaan korneal yang hidrofobik menjadi
hidrofilik.
2. Lapisan aqueous
• Sebagian besar dari tear film dibentuk oleh lapisan ini  mengandung air
mata yang disekresikan oleh kelenjar lakrimalis utama dan asesorius.
• Air mata terutama tersusun dari air dan sejumlah kecil dari larutan seperti
sodium klorida, gula, urea dan protein.
• Air mata juga mengandung substansi antibakteri seperti lisosim, betalisin dan
laktoferin.
3. Lapisan lipid
• Merupakan lapisan paling luar dari tear film yang dibentuk dari sekresi
kelenjar Meibomian, Zeis dan Moll.
• Lapisan ini mencegah adanya aliran berlebihan dari air mata, memperlambat
penguapannya serta melubrikasi palpebra
Fisiologi
• Fungsi tear film
o Menjaga kornea dan konjunctiva lembap.
o Menyediakan oksigen untuk epitel kornea.
o Membersihkan debris dan iritasi berbahaya.
o Mencegah infeksi yang disebabkan substansi
antibakterial.
o Memfasilitasi pergerakan kelopak mata di
atas bola mata
Sekresi air mata
• Air mata terus disekresikan oleh kelenjar lakrimal
aksesori (sekresi basal) dan utama (sekresi
refleks). Sekresi refleks pada respons sensasi
kornea dan konjungtiva, mungkin dihasilkan oleh
penguapan dan break-up dari film air mata.
• Hiperlakrimasi terjadi karena sensasi iritasi dari
kornea dan konjungtiva.
• Jalur aferen sekresi ini dibentuk oleh saraf kelima
dan eferen oleh parasimpatis (secretomotor)
pasokan kelenjar lakrimal
Eliminasi air mata
• Aliran air mata ke bawah dan medial seluruh permukaan bola mata
untuk mencapai forniks dan kemudian melalui lacus lacrimalis pada
inner kantus. Mengalir melalui saluran lakrimal ke dalam rongga
hidung. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pompa lakrimal aktif
didasari oleh serat-serat orbicularis (terutama otot Horner) yang
dimasukkan pada kantung lakrimal.
• Ketika kelopak mata menutup selama berkedip, kontraksi serat ini
fundus kantung mengalami distensi, menciptakan dalamnya
tekanan negatif menyedot air mata melalui punctum dan canaculi
ke kantung.
• Ketika kelopak mata terbuka, otot Horner relaksasi, kantung
lakrimal kolaps dan tekanan positif dibuat yang mengarahkan air
mata turun duktus nasolakrimalis ke dalam hidung.
Sindroma Mata Kering
Definisi
• Sindroma mata kering bukan merupakan
suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan
gejala yang terjadi karena adanya defisiensi
atau abnormalitas dari lapisan tear film
(Khurana, 2007).
Sindroma Mata Kering
Etiologi
1. Defisiensi air mata aqueous (Aqueous tear deficiency)
• = keratokonjungtivitis sika.
• Etiologi : alakrimia kongenital, hiposekresi paralitik,
sindroma Sjogren’s sekunder, sindroma Riley Day dan
hiposekresi idiopatik.

2. Mata kering akibat defisiensi mucin (Mucin deficiency dry


eye)
• Etiologi : sel-sel goblet mengalami kerusakan
• Terdapat pada : hipovitaminosis A (xerophtalmia), dan
penyakit dengan luka pada konjungtiva seperti sindroma
Steven Johnson, trakoma, trauma kimia, radiasi dan
pemfigoid okular.
Sindroma Mata Kering:
Etiologi
4. Abnormalitas dan defisiensi lipid (Lipid deficiency and
abnormalities)
• displasia ektodermal anhidrotik kongenital dengan ketiadaan
dari kelenjar meibomian.
• blefaritis kronik dan meibomitis kronik
5. Gangguan fungsi palpebra (Impaired eyelid function)
• Bell’s palsy, keratitis eksposure, dellen, symblepharon,
pterygium, lagophtalmos nokturnal dan ektropion.
6. Epiteliopathy
• Hubungan yang dekat antara permukaan kornea dan lapisan
air matajika terjadi perubahan pada epitel kornea akan
mempengaruhi stabilitas dari lapisan air mata (Khurana,2007)
Sindroma Mata Kering
Epidemiologi
Berdasarkan data dari American
Academy of Ophthalmology, 2013,
• 2520 sampel >= 65 tahun 14,6%
dengan gejala mata kering.
• pada populasi warga US berusia 65
hingga 84 tahun  satu juta hingga
4,3 juta orang yang mengalami mata
kering.
• Beaver Dam Eye Studi  prevalensi
sindroma mata kering dipengaruhi
oleh usia tua baik pada pria maupun
wanita
Faktor Resiko
Patogenesis
Sign and Symptom
Gejala :
• mata terasa mengganjal seperti ada benda asing (sandy sensation) .
• mata terasa kering dan gatal
• rasa panas pada mata
• fotosensitivitas
• kesulitan menggerakkan kelopak mata

Tanda :
• sekresi mukus berlebihan
• terdapat partikel di lapisan air mata
• conjungtival xerosis
• perubahan pada kornea karena erosi dari epitel punctum dan
filamen.
Diagnosis
Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk menunjang
diagnosis sindroma mata kering, antara lain (Khurana,
2007) :
• Tear film break-up time (BUT)
• Schirmer-I test
• Rose bengal staining
• Pemeriksaan lysozyme
• Pemeriksaan osmolaritas dan impresi sitlogi konjungtiva
Dari pemeriksaan di atas tes BUT, schirmer-i, rose bengal
staining adalah tes yang paling penting, dan apabila 2 dari 3
hasil tes tersebut positif makan diagnosis sindroma mata
kering dapat ditegakkan
Tear Film Break-up Time
• BUT adalah indikator dari komponen mucin pada
air mata.
• Teknik :
1. Fluoroscein diteteskan ke fornix inferior
2. Pasien diminta untuk berkedip beberapa kali
dan minta untuk berhenti berkedip
3. Lapisan air mata dapat dilihat dengan cobalt
blue filter. Setelah interval beberapa waktu
adanya titik hitam (black spot) menggambarkan
adanya area kering pada kornea.
• Tear film break-up time (BUT) dinilai setelah
meneteskan fluoroscein dan dilihat melalui
cobalt-blue light pada slit-lamp.
• Dikatakan normal apabila nilainya antara 15-
35 detik. Nilai kurang dari 10 detik
menunjukkan ketidakstabilan lapisan air mata.
Schirmer test
• Tes schirmer-I bertujuan untuk mengukur total
sekresi (basal dan reflex) dengan menggunakan
Kertas filter Whatman 41 (panjang 35mm dan
lebar 5 mm) yang dilipat 5mm dari ujungnya.
• nilai normal = 10 mm-25 mm
• 10-30 mm = sekresi lakrimal normal atau ada
pseudoepifora
• > 30 mm = pseudoepifora, hipersekresi atau
• < 5 mm menunjukkan sekresi basal kurang
– lipatan kertas filter diletakkan
pada 1/3 lateral forniks
inferior, dengan bagian
lekukan kertas 5 mm
diletakkan di forniks inferior.
– pasien diminta
memfiksasikan matanya pada
titik di atas bidang horizontal
selama 5 menit.
– mata diminta tidak berkedip
terlalu banyak
– kertas filter diangkat
– dilihat bagian filter yang
basah sesudah 5 menit dan di
ukur dari bagian filter yang
dilipat
Rose Bengal
• Rose bengal merupakan zat warna yang bila
diberikan pada permukaan mata akan diambil
oleh sel epitel yang mati
• Filamen kornea dan plak juga dapat terlihat lebih
jelas dengan pewarnaan ini.
• Kerugian : iritasi mata selama beberapa hari.
Untuk meminimalisir iritasi jumlah tetesan harus
sesedikit mungkin, penggunaan anestesi topical
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan hasil
false-positive
Differential Diagnosa
• Beberapa penyakit pada permukaan mata akan
memberikan gejala yang berhubungan dengan
mata kering, seperti sensasi benda asing, gatal,
iritasi, dan sakit. Mengidentifikasi berbagai faktor
pencetus, seperti paparan AC, kelembapan
rendah), penggunaan mata dalam jangka lama
seperti membaca, dan bermain komputer sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa mata
kering. Pemeriksaan penunjang juga digunakan
untuk menunjang diagnosis.
Managemen
• Saat ini, tidak ada pengobatan untuk mata
kering.
• Mata kering umumnya tidak dapat
disembuhkan dan manajemen untuk
mengendalikan gejala dan pencegahan
kerusakan permukaan.
1. Suplementasi dengan pengganti air mata
Air mata buatan tetap menjadi andalan dalam
pengobatan mata kering.
a. Drops dan gel
• Turunan selulosa
• Karbomer
• Polivinil alkohol
• Sodium hyaluronate
• Serum autologus
• Povidone dan natrium klorida
b. Salep yang mengandung minyak petrolatum
mineral dapat digunakan pada waktu tidur
2. Agen Inflamasi
• Cyclosporine topikal (0,05%, 0,1%)
3. Mukolitik
• Acetylcystine5%
4. Retinoid topikal
5. Menjaga air mata yang ada dengan mengurangi
penguapan dan menurunkan drainase.
 Penguapan dapat dikurangi dengan menurunkan
suhu ruangan, penggunaan ruang lembab dan
kacamata pelindung
 Oklusi punctal untuk mengurangi drainase
Oklusi punktal
6. Lensa kontak
7. Pilihan lain
Tarsorrhaphy
Injeksi toxin botulinum ke otot orbicularis
Agonis kolinergik oral
Zidovudine
Komplikasi
• Toleransi lensa kontak berkurang
• Iritasi-induced reflex tearing
• Fungsi antibakteri tear film berkurang
• Superficial punctate keratopathy
• Superficial punctate keratopathy
• Filamentary keratitis
• Secondary lid infection
Prognosa
• Remisi diharapkan jika kondisi sistemik kronis
meningkat.
• Beberapa evaluasi mungkin diperlukan untuk
menentukan rejimen pengobatan minimal
yang berhasil.
• Follow up pada interval yang tepat diperlukan
untuk memenuhi dan untuk memastikan
efektivitas lanjutan
Edukasi
• Keluarga dan pasien harus mengerti bahwa
mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada
kasus ringan, saat perubahan epitel kornea
dan konjungtiva masih reversibel

Anda mungkin juga menyukai